NovelToon NovelToon
Reborn For Revenge

Reborn For Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:56.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

⚠️Warning⚠️

Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan


Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.

Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.

Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.

Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.

Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.

Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

    Setelah mendengar perkataan Ziya, Viona tidak bereaksi seperti biasanya yang dulu selalu berjanji akan mengurus semuanya sendiri demi Ziya. Sebaliknya, Viona terlihat terkejut. "Wah! Ziya, berarti lo kaya dong? Lo punya 100 juta! Hebat banget! Gue tadi baru aja nemu barang yang harganya seratus ribu. Lo bisa beliin gue ngga? Cuma segitu kok, ngga mahal."

    'Ck! Cewek tol0l! Apa gitu aja lo ngga ngerti maksud perkataan gue?.' Batin Ziya.

   Sementara raut wajahnya menegang. "Gue udah ngga punya uang lagi. Uang gue udah habis semuanya. Viona, ini itu tabungan gue dari dulu. Lo liat nih--"

    "Tapi, bukannya lo tadi bilang kalau lo bantuan Billy buat bayar tagihan? Ya udah... lo ngga usah khawatir, Billy pasti mau bayar utangnya ke lo nanti. Kalian kan punya hubungan yang baik?." Kata Viona menyela perkataan Ziya dan tersenyum polos

   Membuat apa yang ingin Ziya katakan harus tertahan di tenggorokannya karena Viona telah menyelanya. Mendengar perkataan Viona tadi, juga masuk akal jika di pikirkan. Tetapi ini bukanlah hasil yang diinginkan Ziya!

    Ziya masih merasa sangat frustasi dan hendak memberi tahu Viona untuk mencari cara agar dia bisa mendapatkan kembali sejumlah uangnya. "Viona, dengerin gue deh, lo mau ngga--"

    Ketika Ziya sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

    "Non Viona, apa non ada di dalem? Ini bik Ida, non." Suara Ida terdengar dari luar.

    Ziya langsung terlihat tidak senang dan menarik lengan Viona sembari berkata lirih. "Udah biarin aja dia, dia kan cuma pelayan. Viona, lo harus dengerin gue dulu--"

    "Ya, bik. Masuk." Kata Viona kembali menyela. Dia tak kuasa menahan diri untuk mengernyitkan dahinya melihat perilaku Ziya yang tidak sopan itu. Jadi, dengan menahan rasa kesalnya, Viona memperbolehkan Ida masuk kedalam.

    Begitu Ida masuk kedalam kamar Viona, senyum diwajahnya langsung terlihat membeku saat melihat bahwa Ziya juga ada di dalam. Ida merasa bahwa sikap Viona yang terkadang suka membantah dan semaunya sendiri, sebagian karena pengaruh dari Ziya. Tepat, saat sikap Viona sudah mulai membaik, kenapa Ziya harus datang dan mengacaukan semuanya lagi?

    "Non, itu Tuan besar dah pulang, lho. Dan makan malam juga udah bibi siapin." Kata Ida.

    "Oh? Udah waktunya makan malam ya bik?!." Viona segera melompat dari atas tempat tidurnya dan menoleh ke arah Ziya. "Ziya, kita bicarain ini nanti aja! Gue laper banget dan pengen makan dulu!."

    Melihat Viona yang bertingkah seperti itu, membuat Ziya harus menahan diri untuk tidak melanjutkan pembicaraannya dan menyimpan kata-katanya sendiri.

    Sementara, Viona segera berlari turun ke bawah dan menemui ayahnya.

   Terlihat bahwa Arga sedang meletakan jasnya di sandaran kursi dan kemudian duduk di meja makan. Viona bergegas menghampiri dan tiba-tiba memeluk Arga dengan eratnya.  "Papa!."

    Arga terkejut sejenak saat putri kecilnya berlari dan tiba-tiba memeluknya. Dulu, Viona biasanya akan berdebat dengannya tentang hal-hal kecil, tetapi sekarang putri kecilnya telah memeluknya dengan erat. Arga tidak tahu bagaimana dirinya harus bereaksi.

    Erina tersenyum melihat hal itu. "Viona, papa kamu baru pulang, lho. Dan beliau perlu istirahat. Ayo sini dan duduk di sini."

    "Ngga, aku cuma mau duduk di dekat Papaku." Viona menggeser kursi didekat menjadi disamping Arga dan kemudian langsung duduk.

    Dulu, Viona selalu menjaga jarak dengan ayahnya karena hubungan mereka yang renggang. Arga akan duduk di ujung meja, dengan Erina dan Ziya duduk dikedua sisinya. Hal ini seolah memberi kesan bahwa mereka bertiga adalah keluarga, sementara Viona adalah orang luar.

    Namun, sekarang Viona duduk di sebelah Arga dan Ziya terpaksa harus pindah dari tempat yang biasanya dia tempati. Meskipun Ziya  merasa sedikit tidak senang hati dengan hal ini, dia tidak bisa berkata apa-apa dan duduk diam disebelah Viona.

    "Papa, hari ini papa pasti capek karena harus kerja pagi sampe malem." Kata Viona saat membantu ayahnya untuk merapikan serbet, menunjukan perhatian dan kepedulian yang besar pada ayahnya.

    Meski pun, Arga terkejut, dia merasa senang melihat putrinya begitu perhatian padanya. Bahkan biasanya ekspresi stoik menunjukkan sedikit kegembiraan

    Erina terkekeh kecil. "Padahal seharian ini kamu keluar dan liar banget, tapi kamu masih keliatan semangatnya!."

    Gerakan tangan Viona terhenti saat gelombang perasaan jijik muncul dalam dirinya. Hal ini terjadi lagi, setiap kali Erina secara halus mengatakan semua perkataan tidak menyenangkan, selalu akan menimbulkan masalah bagi Viona.

    Dan ya, begitu Arga mendengar perkataan itu, dia langsung berhenti tersenyum dan menatap Viona  dengan tatapan waspada. "Kemana aja kamu emangnya hari ini? Apa kamu ngga sengaja ketemu sama orang-orang yang ngeselin lagi?." Tanya Arga.

    Tidak heran hari ini Viona begitu perhatian padanya. Arga menduga bahwa Viona kembali membuat masalah lagi. Ketika memikirkan hal seperti itu, dahinya mengernyit dan matanya memperlihatkan tatapan curiga.

    Dulu, Viona pasti akan langsung marah besar jika Arga menanyakan hal itu padanya dan langsung berdebat dengan ayahnya. Tetapi sekarang, Viona tidak sebodoh itu lagi!

    Sebaliknya, Viona memasang raut wajah tertekuk kesalnya. "Viona ngga ngelakuin kesalahan apa pun, Papa. Viona tadi keluar karena Ziya yang ngajakin. Gimana papa bisa langsung curiga sama Viona kayak gini?."

    Ketika Arga mendengar bahwa Viona pergi bersama dengan Ziya, raut wajah pria itu tiba-tiba terlihat lega. Dalam pemikirannya, Ziya selalu patuh padanya dan bijaksana, tidak mungkin Viona akan mendapatkan masalah.

    "Oh, gitu. Papa salah karena udah curiga sama kamu. Ayo makan." Kata Arga sembari terlihat malu.

    

Viona sedang sibuk menjejali mulutnya dengan makanan, sembari berpura-pura terlihat santai. "Bukan papa kok yang salah, emang cara ngomong Tante Erina aja yang salah dan terlalu ambigu. Pasti akan jadi lebih baik kalau dia ngomongnya lebih spesifik."

    Arga menganggukkan kepalanya, terlihat tidak puas dengan Erina.

    "Dan kau! Kau tadi bilang kalau putri ku keluar seharian, aku jadi berpikir kalau dia membuat masalah lagi. Lain kali bicara dengan jelas!." Ini adalah pertama kalinya Arga menegur Erina, membuat wanita itu merasa malu.

  "Maaf, aku hanya bicara tanpa berpikir. Lain kali aku akan berhati-hati." Jawab Erina dengan suara yang lembut.

    Ziya yang sudah merasa kesal, menjadi semakin kesal saat melihat ketidaksenangan Arga terhadap Erina.

    Saat Ziya menyantap makanannya, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Sembari menatap Viona, Ziya tiba-tiba buka suara. "Eh, Viona. Gue tadi liat di tas lo ada botol anggur kecil, kenapa ngga lo ambil dan kita bisa minum bareng-bareng? Walaupun mahal, tapi anggur itu enak."

    Mendengar hal itu, Arga terlihat bingung. "Viona, kamu beli anggur?.

    Begitu Ziya mendengar pertanyaan Arga, dia mengambil kesempatan untuk kembali berbicara. "Waktu tadi keluar, saya dan teman-teman patungan buat bayar anggur yang di pilih Viona."  Dengan mengatakan hal ini, Ziya berharap Arga mau memberinya uang atau setidaknya mengganti uangnya yang telah di pinjam Billy dan lagi pula dia harus kehilangan uangnya karena Viona.

    "Emang seberapa mahal anggurnya?."

    Ziya memperlihatkan raut wajah khawatir. "Harganya mahal, Tuan. Sampai 200 juta!."

    "200 juta?." Suara Arga tiba-tiba terdengar meninggi karena terkejut. Raut wajahnya berubah tegas saat dia menatap Viona. "Viona, apa yang di bilang Ziya itu bener?."

    Arga selalu tidak suka jika anak-anaknya menghabiskan uang dengan sembarangan. Meskipun dia relatif toleran hanya terhadap Viona. Dia tidak setuju jika menghabiskan 200 juta hanya untuk membeli anggur dan itu benar-benar keterlaluan! Viona sudah bertindak gegabah!

   

    Viona menyantap makanannya dengan polos, dengan raut wajah polos saat berbicara. "Minuman itu emang mahal banget, tapi aku punya kartu VVIP yang katanya ngasih diskon 90%, jadi itu sebabnya aku membeli minuman anggur itu."

    "Diskon 90%?." Teriak Ziya kaget.

    Jika memang begitu, mereka hanya perlu mengeluarkan sedikit uang yang mana Billy bisa dengan mudah membayarnya sendiri tanpa harus ada patungan! "Kenapa lo ngga ngomong itu dari awal sih? Kita tadi udah bayar 200 juta loh?!."

    "Ya, kenapa lo ngga nanya ke gue? Jadinya kan gue pikir lo udah tau tentang diskon itu. Karena kalian udah bayar gede, gue ngga mau kasih tau lo dan buat lo ngga bisa tidur karena kepikiran itu terus." Jawab Viona dengan santainya sembari menikmati momen itu. Dia terlihat tidak enak, tetapi didalam dirinya ia merayakan kesedihan Ziya.

    'Haha, lo pikir lo bisa manfaatin gue selamanya? Sekarang lo nikmatin balasan dari gue!.' Batin Viona.

     Ziya terlihat tidak percaya dengan apa yang didengarnya, dia duduk di kursi dengan raut wajah pucat, tidak mengatakan sepatah kata pun untuk waktu yang lama. Tampaknya, apa yang baru saja didengarnya adalah pukulan yang cukup hebat untuknya.

    Arga mengernyitkan dahinya. "Kalian semua pergi ke mana? Kenapa harga mahal?." Tanya Arga, setelah berpikir apakah mereka telah ditipu dengan harga anggur yang tidak masuk akal itu!

    "Oh, itu cuma Klub Starlight, Pa."

    "Klub Starlight?." Arga tercengang. Dia baru ingat bahwa pemilik klub itu adalah Varell yang kemudian diberikan pada Viona sebagai hadiah ulang tahun gadisnya itu, beberapa bulan yang lalu.

    Tetapi saat itu, Viona hanya asal menerimanya saja tanpa ingin melihat atau terlihat antusias.

   'Apa Viona sekarang udah berubah pikiran?.' Arga merenung dalam hati. Jika memang begitu, itu akan bagus.

    Lagi pula, Arga selalu puas dengan Varell dan jika Viona bisa menerima Varell, Arga juga akan merasa senang.

    Erina memperhatikan ekspresi Arga dan kemudian menyelanya. "Meskipun mereka bisa ngasih kamu diskon, harganya tetap aja mahal. Lain kali kalian ngga usah pergi ke tempat-tempat yang biayanya semahal itu. Terutama kamu masih pelajar, kamu ngerti kan Viona?".

    Erina pikir argumennya cukup masuk akal untuk menyalahkan Viona didepan Arga karena dia tahu bahwa Arga tidak suka jika putra putri boros.

    Namun yang membuat Erina terkejut adalah ketika Arga tersenyum pada Viona. "Biarin aja. Ini kebebasan buat Viona, kau jangan membatasi putri ku." Kata Arga sembari menepuk baju Viona dengan nada yang gembira. "Kalau kamu lagi nganggur, kamu boleh kok sering-sering pergi ke Klub Starlight, itu bukan hal yang buruk."

    Mendengar hal ini, Erina terdiam membeku sekaligus merasa malu.

    Ziya juga tersadar dan menatap Arga dengan tatapan tak percaya. Apa yang terjadi? Kenapa Arga mendorong Viona untuk pergi ke tempat mewah seperti Klub Starlight?

    Ziya menundukkan kepalanya, sedikit rasa kebencian terpancar dimatanya. Memang benar, darah lebih kental dari air, tidak perduli seberapa bodohnya Viona bertindak, Arga akan tetap berpihak padanya. Ini sangat tidak adil, Viona hanya unggul dalam latar belakangnya, apa lagi yang Viona miliki yang tidak dimiliki oleh Ziya?

   Ziya duduk sepanjang makan malam dengan perasaan lesu dan tidak tertarik pada makanan, sementara Viona, dia makan dengan lahap dan tampak dalam suasana hati yang sangat baik.

    Tampaknya semakin tidak bahagia Ziya, maka akan semakin membuat Viona bahagia.

    Setelah makan malam selesai, Viona kembali ke kamarnya, meninggalkan Ziya dengan segala pemikiran kesalnya. Mungkin pukulan itu terlalu berat bagi Ziya, karena dia tetap diam dikamar nya sendiri dan tidak sadarkan diri.

1
Saythename_27
Luar biasa. Keren.

dan maaf, Kak, untuk rating sebelumnya.
aku ngelag jadi salah pencet.

sekali lagi maaf, Kak 🙏🙏
Saythename_27
Buruk
IndraAsya
👣👣👣
Abz
lnjut
Kharisma
penasaran IQ dia berapa eh bukan EQ nya
kok gak peka banget
Rossy Annabelle
next,, 💪
Abz
lanjut yg banyak thor
@haerani-d
dih! kita buktikan melalui cctv, daku percaya bi Ida g bersalah.
itu pasti kerjaan si anteknya ulat bulu /Smug/
Abz
lanjut
Abz
lnjut
@haerani-d
woi! maliiiing...!
hehehe, maling bibir /Curse/
kenapa bang, penasaran ya rasanya /Smirk/
lanjut kak, terimakasih /Kiss/
@haerani-d
hehehe ada yang gagal paham /Smirk/
awas salah mijit vio, nanti otot-ototnya pada setres kan kasian karena kang mijit amatiran /Bye-Bye/
Abz
lnjut
Abz
😂😂😂😂😂😂
Diyah Pamungkas Sari
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ngabrut! 🤣🤣🤣
Abz
lanjut
@haerani-d
sukurin tuh pelayan kurang adab, dihempaskan aja /Sneer/
haddehh kalian ini kapan sih saling terbuka, biar tidak miskom hanya saling berasumsi Mulu, daku jadi gregetan /Slight/
Rossy Annabelle
next,,,seru nih ceritanya
Anonymous
semangat kak/Rose/
Abz
felix klo tau si V itu vio gimana ya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!