Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 8 – Lembah Seratus Pedang
Perjalanan Fang An dan Xiao Chen setelah meninggalkan penginapan bisa dibilang tidak menghadapi masalah berarti. Selain beberapa binatang buas atau orang yang mencoba merampok mereka, keduanya melanjutkan perjalanan sampai tiba di Lembah Seratus Pedang.
“Chen’er, tempat itulah yang akan menjadi rumah barumu.” Fang An menunjuk Lembah Seratus Pedang yang terlihat dari kejauhan.
Xiao Chen tersenyum lebar, pemandangan di depannya membawa begitu banyak kenangan.
“Kehidupan kali ini, aku tidak akan membiarkan Lembah Seratus Pedang binasa lagi…” Xiao Chen bertekad dalam hati sambil mengepalkan tangan dengan keras.
Biarpun disebut Lembah Seratus Pedang tetapi sebenarnya sekte tersebut memiliki ukuran yang setara dengan sebuah kota besar. Perbedaannya kota ini dibangun di daratan rendah yang dulunya merupakan sebuah lembah besar. Seiring perkembangan Lembah Seratus Pedang selama ratusan tahun, bangunan merekapun terus melebar sampai akhirnya membentuk sebuah kota.
“Senior Fang!”
“Ah! Junior Fang!”
Ketika Fang An dan Xiao Chen berjalan mendekati pintu masuk Lembah Seratus Pedang, belasan perempuan berpakaian seragam dengan Fang An menjadi antusias melihat kedatangan Fang An.
Xiao Chen bisa melihat tubuh Fang An yang berdiri di sampingnya bergetar sejenak melihat para perempuan itu berlari ke arah keduanya.
“Senior Fang, Mengapa kau selalu memakai topeng? Biarkan aku melihat wajahmu.”
“Junior Fang, Pastinya kau kelelahan, aku memiliki sebotol air yang diambil dari air terjun bunga salju, minumlah…”
“Saudara Fang, Apakah kau terluka dalam misi? Aku memiliki obat oles yang baik untuk luka luar.”
Setiap perempuan berusaha menarik perhatian Fang An dan memberikannya sesuatu, Xiao Chen mundur beberapa langkah karena takut terinjak oleh para perempuan ini.
Xiao Chen hanya tersenyum canggung melihat Fang An kerepotan menghadapi gadis-gadis tersebut. Fang An yang dikenal sebagai Pendekar Berwajah Giok memang disebabkan karena memiliki wajah yang begitu tampan. Keindahan paras Fang An dikatakan mampu membuat jantung gadis manapun berdebar kencang saat melihatnya.
Fang An sejak kecil mendapat perlakuan istimewa dari para murid gadis, bahkan para Tetua wanita di Lembah Seratus Pedang pun berusaha memanjakannya. Hal ini membuat Fang An dibenci oleh banyak murid pria, ditambah lagi Fang An begitu berbakat dalam bela diri.
Xiao Chen mengetahui alasan Fang An mengalami luka serius dari latih tanding beberapa tahun lalu yang menyebabkan kondisinya sekarang juga karena masalah perempuan dengan saudara seperguruannya.
Masalahnya Fang An tidak pernah tertarik dengan hubungan antara pria dan wanita, lebih tepatnya karena perlakuan yang diterima Fang An sejak kecil oleh para gadis-gadis disekelilingnya membuat Fang An sedikit takut dengan perempuan yang akhirnya menyebabkan Fang An selalu mengenakan topeng.
Tidak banyak orang luar Lembah Seratus Pedang yang pernah melihat wajah Fang An, tetapi mereka mendengar kabar dia memang memiliki paras yang mempesona.
Berkat wajahnya itulah semua gadis-gadis yang belum menikah di Lembah Seratus Pedang menolak menganggap Fang An sebagai Tetua meskipun Fang An menyandang posisi Tetua Pedang sejak tiga tahun yang lalu. Menurut para gadis tersebut, memanggil Fang An sebagai Tetua artinya memupuskan harapan untuk menjadi pasangan hidup Fang An.
Xiao Chen tertawa kecil ketika mengingat di kehidupan sebelumnya, setiap kali Fang An berulang tahun maka akan ada gunungan hadiah yang dikirim ke tempat mereka berdiam.
“Saudari-Saudari sekalian, Maaf tetapi aku sedang tidak bisa lama berbincang dengan kalian…” Fang An perlahan-lahan melangkah mundur kemudian memegang kepala Xiao Chen.
Ketika Fang An melakukan itu barulah para perempuan tersebut menyadari kehadiran Xiao Chen, bocah kecil yang tidak mereka kenal sebelumnya. Xiao Chen bisa merasakan tatapan dingin dari semua perempuan tersebut, beberapa bahkan mengeluarkan hawa pembunuh.
Xiao Chen mengingat pertama kali dirinya datang ke Lembah Seratus Pedang, dia juga mendapatkan perlakuan yang sama namun saat itu dia tidak mengerti apa yang terjadi sehingga dirinya hanya bisa menangis. Xiao Chen cepat-cepat memperkenalkan dirinya, “Murid Guru Fang, Xiao Chen memberi hormat pada Saudari semua.”
Ketika mendengar Xiao Chen memperkenalkan dirinya sebagai murid, sikap semua gadis tersebut segera berubah.
“Oh, Junior Fang akhirnya memiliki murid…”
“Aih, Manis sekali, siapa namamu tadi? Chen’er bukan?”
“Chen’er, Kau bisa memanggilku Bibi Guru Ling, aku adalah seseorang yang dekat dengan gurumu…” seorang gadis memberikan Xiao Chen sebuah sapu tangan.
“Apa maksudmu Saudari Ling?!” salah satu gadis memotong perkataan gadis bermarga Ling.
Xiao Chen mengaruk kepalanya, dalam sesaat perhatian para gadis itu terarah pada dirinya. Semua gadis ini memiliki pemikiran yang sama, Xiao Chen adalah sebuah kesempatan emas untuk mendekati Fang An.
Para gadis ini berusaha memanjakan Xiao Chen tetapi sebelum mereka bisa bertindak terlalu jauh, Fang An menarik Xiao Chen dan membawanya ke dalam sekte. Situasi seperti ini yang membuat Fang An lebih suka berada di luar sekte melakukan misi.
“Chen’er kau tidak apa-apa bukan?” Ketika keduanya sudah mencapai tempat yang cukup tenang, Fang An segera memeriksa kondisi Xiao Chen, khawatir Xiao Chen akan mengalami trauma yang sama dengan dirinya.
“Murid baik-baik saja Guru, mereka semua baik.” Xiao Chen tersenyum lebar.
Fang An membuka mulutnya tetapi tidak berkata apa-apa, dia kemudian mengajak Xiao Chen menuju sebuah Paviliun yang berada tidak jauh dari gerbang masuk. Sepanjang perjalanan, ada lebih banyak gadis yang berusaha mendekati Fang An tetapi melihat Fang An terburu-buru membuat mereka segan mendekatinya.
Tidak sedikit juga pemuda-pemudi berusia dibawah 16 tahun yang memberi hormat dan memanggil Fang An sebagai Tetua.
“Tempat ini bernama Paviliun Pedang Muda, tempat semua anggota sekte mengambil misi serta melakukan berbagai kegiatan administrasi.” Fang An menjelaskan.
Xiao Chen tentu sudah mengetahuinya, dia pernah bekerja sebagai bagian administrasi selama beberapa tahun pada kehidupan sebelumnya karena tidak ingin berlatih bela diri. Fang An mengatakan dia ingin mendaftarkan Xiao Chen sebagai muridnya serta membuat tanda pengenal untuk Xiao Chen.
Paviliun Pedang Muda memang menjadi salah satu tempat yang selalu ramai pengunjung di Lembah Seratus Pedang. Fang An dan Xiao Chen cukup menarik perhatian banyak orang ketika memasuki tempat tersebut.
Semua perhatian itu wajar mengingat Fang An merupakan Tetua Pedang termuda dalam sejarah, menduduki posisi tersebut pada usia 19 tahun. Di sebabkan seringkali menjalankan misi di luar sekte setelah menjadi Tetua Pedang, cukup jarang seseorang bisa melihat Fang An.
Fang An membawa Xiao Chen menuju salah satu meja administrasi yang sedang kosong. Xiao Chen tidak menduga akan melihat wajah yang tidak asing baginya.
Seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Fang An sedang sibuk menulis di meja tersebut, ketika menyadari kedatangan Fang An, dirinya segera tersenyum hangat dan menyambut keduanya.
“Tetua Fang anda telah kembali dan sepertinya anda tidak sendirian, siapa adik kecil ini?” gadis itu memandang Xiao Chen penuh kasih.