🏆Juara Satu Fiksi Modern Jalur Kreatif
Bagaimana jadinya, jika seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, harus di penjara hingga 12 tahun lamanya?
Padahal pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepada orang orang yang menuduhnya. Dia di Fitnah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Atas kasus pembunuhan seorang pemuda yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Lalu apa yang selanjutnya pria bernama Jo itu lakukan? Setelah dinyatakan bebas dari hukuman yang dia jalani? Mampukah Jo menemukan para dalang yang sudah memfitnah nya dengan sangat keji?
Dan nilah perjuangan Jo.Yang Dinobatkan sebagai seorang mantan Narapidana yang melekat sampai akhir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilham risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jo Menjadi Tersangka
Jo terduduk lemas kala semua tuduhan telah jatuh ke pada dirinya, para teman teman sekolahnya langsung meneriaki Jo dan mengejek Jo sebagai seorang pembunuh.
Jo tidak dapat berkata apa apa lagi, rasanya tenggorokannya sudah tercekakak oleh suatu benda yang membuatnya tidak bisa berbicara. Sedangkan kedua orang tuanya terlihat menangis sangat pilu, begitu juga dengan adiknya Nadia.
Wanita yang hampir hancur harga dirinya itu semakin bertambah syok kala mendengar tuduhan palsu yang di limpahkan untuk kakaknya.
Dan tak jauh dari mereka berdiri, terlihat seorang pria tersenyum penuh kemenangan, dan pria itu adalah Marvel. Dia terus menatap bergairah kearah wanita yang hampir dia gagahi kemarin siang.
Di dalam pikiran jahatnya, tersirat rencana laknat yang akan kembali dia lakukan kepada wanita tersebut.
"Lihat saja, sebelum aku pergi kuliah keluar negeri. Maka aku pastikan kau akan menjadi milikku gadis cantik." batin Marvel sambil tersenyum.
Hingga tak lama kemudian, pihak kepolisian sudah selesai mengambil rekaman di tempat kejadian perkara, sekaligus menetapkan seorang pemuda sebagai tersangka pembunuhan.
Lalu dengan segera, mereka menarik paksa tubuh Jo yang hanya mengenakan kaos hitam supak dan celana ponggol yang sudah jelek.
Jo diperlakan dengan tidak manusiawi, membuat seorang gadis cantik yang sedari tadi menatap lekat ke wajah pria malang itu menjadi menangis sedih.
"Jo...! Aku yakin, bahwa kau bukan pelakunya. Kau pasti telah difitnah oleh Marvel dan para teman yang lainnya. Tidak mungkin kau membunuh Dimas. Kau adalah seorang pria yang baik. Aku yakin itu Jo." gumam gadis itu yang tak lain adalah Clara.
Clara berdiri sambil memeluk adik Jo yaitu Nadia. Dia sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada Jo. Nadia telah menceritakan semua, apa yang dia alami dirinya bersama kakaknya.
Di dalam hati. Clara bersumpah, bahwa dia akan berusaha keras untuk menyelamatkan Jo dan membebaskan Jo dari jerat hukum yang telah memfitnah dirinya.
Lalu tak lama berselang, para petugas kepolisian yang sedang menarik paksa tubuh Jo berjalan melewati ibu Siti, pak Imran, Nadia dan juga Clara.
Jo tidak bisa menatap ke wajah seluruh keluarganya, rasanya Jo tidak mampu melakukan hal itu. Dan dia lebih memilih untuk menunduk sambil menahan air mata yang hendak mencolos keluar.
Jo bagaikan seorang laki-laki yang tidak berguna. Bahkan dia tidak bisa membela dirinya sendiri, dari para kekejian orang orang berkuasa yang sudah menunggangi kasus yang menyeret namanya itu.
Di dalam hatinya, Jo bersumpah bahwa dia akan membalas seluruh perbuatan jahat para penguasa yang telah tega memfitnah dirinya.
"Ibu, ayah, Nadia. Mohon maafkan aku, karena aku tidak mampu membela diriku sendiri. Mereka semua sangat jahat dan berkuasa, bahkan mereka tidak mau mendengar penjelasan yang aku berikan. Mereka langsung membungkam mulutku. Mereka mengancam ku dan langsung menjadikan aku sebagai tersangka. Aku mohon, lindungilah adik ku. Suatu saat, aku pasti akan membalas perbuatan mereka semua." sumpah Jo di dalam hatinya sambil mengepalkan tangannya kuat.
Lalu Jo di naikkan paksa ke atas mobil kepolisian, dengan keadaan kedua tangan yang sudah di borgol dan di jaga ketat oleh dua orang petugas kepolisian disamping kanan kirinya.
Jo bagaikan penjahat kelas kakap, bahkan tak urung Jo mendapatkan pukulan tepat di bagian tangan dan juga kepalanya.
"Dasar bocah pembunuh! Masih kecil sudah jadi pembunuh. Kau harus diberikan pelajaran nanti." ancam petugas itu sambil memukul kepala Jo.
Ibu Siti dan pak Imran yang melihat sikap kasar dari petugas tersebut merasa sangat marah. Tapi apa daya, mereka tidak bisa berbuat apa apa saat ini.
Setelah itu, mobil yang ditumpangi oleh Jo pun pergi meninggalkan perkarangan sekolah SMA Dharma Wangsa, di iringi oleh suara teriakan para siswa dan siswi yang menyoraki Jo bahwa Jo adalah seorang pembunuh.
Dan tak lama berselang, kerumunan bubar dari tempat perkara kejadian. Mayat Dimas sudah di bawa oleh keluarganya untuk segera di kebumikan. Sedangkan kedua teman Marvel yang lain, yaitu Andre dan juga Kenzo, tidak terlihat batang hidungnya.
Mereka berdua tidak diperbolehkan hadir oleh papanya Marvel, karena takut jika mulut mereka sampai keceplosan berbicara.
Lalu tatapan mata pak Imran tertuju ke arah Marvel yang sedang berbicara kepada para teman sekelasnya yang lain. Dengan sigap pak Imran berjalan mendekati pria tersebut.
Plakkkk.....
Tamparan keras, mendarat indah di wajah Marvel, membuat Marvel terlonjak kaget dan memegang pipinya yang telah memerah.
Setelah itu tatapan Marvel menuju kearah depan, mencari orang yang telah lancang berani menampar wajahnya.
"Hei pak tua! Berani sekali kau menampar wajahku hah! Jangan kau kira aku tidak berani untuk membalas mu..!" bentak Marvel dengan sangat marah.
"Cih....! Dasar penjahat, pembunuh, tukang fitnah! Kau telah menjadikan putraku sebagai tersangka atas kasus yang tidak pernah dia lakukan. Kau benar-benar tidak punya hati...!"
"Hai jaga bicaramu pak Tua....! Jangan sampai kau juga aku seret ke dalam penjara!" timpal seorang pria paruh baya yang terlihat sangat gagah dan kaya raya hadir di tengah tengah mereka berdua.
Lalu para murid yang masih berada di wilayah itu diperintahkan untuk segera pulang meninggalkan sekolah, karena sang pemilik sekolah ingin berbicara empat mata kepada kedua orang tua Jo.
Pak Imran yang mendapat tawaran dari tuan Arlan, terpaksa mengikuti kemauan dari pria kaya tersebut. Setelah itu pak Imran dan ibu Siti masuk ke dalam sebuah ruangan yang menjadi ruangan khusus milik tuan Arlan.
Tatapan mata dari lelaki itu menyiratkan kebengisan yang sangat mendominasi. Pak Imran dan ibu Siti langsung mengeluarkan keinginan mereka. Berharap agar orang berkuasa itu mau membantu putranya,