Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seandainya.
Hubungan Lea dan Artur semakin baik saja selama 2 minggu, namun hari ini saat pulang kerja dia, dia sedikit terkejut dengan yang di ungkapkan oleh Artur.
^Udah selesai bersih bersihnya.
^Udah kak.
^bagus kalau gitu, tinggal istirahat ya.
^Iya kak.
^Lea, aku boleh ngomong ga.
^Ya boleh, tinggal ngomong aja kak, mau ngomong apa.
^Kita lebih baik, ga usah pacaran aja ya, berteman aja, toh kaya sama sama aja sih, walau pacaran juga.
^Oh, ya Lea, terserah kakak aja, sejak awal kan yang ngajak pacaran kakak.
^Iya Lea, sekarang kita ya temenan kaya biasa aja ya.
^Iya ka.
^Ya kalau chatt an yah pasti biasa aja.
^Iya kak, terserah kaka aja.
^Yaudah, kamu tidur udah malem, cape kerja kan.
^Iya kak, makasih.
Lea langsung menyimpan hpnya, dan dia hendak menutup matanya.
"Ada ada aja ka Artur ini, entah apa niat dia ngajak pacaran, terus tiba tiba sekarang, baru 2 minggu udah ngajak jadi temenan lagi, aneh, udah lah ga perlu dipikirin, tidur dan fokus kerja,bahagiain diri sendiri, bahagiain orang tua," ucap Lea, dia langsung menutup matanya dan tidur.
Keesokan harinya, seperti biasa dia sudah beres beres pagi pagi sampai hendak berangkat, saat dia berjalan menuju konter, dia mengecek hpnya, da ternyata ada pesan dari Artur, dia sangat kaget akan itu, dia langsung membaca dan mebalasnya.
^Lea, semangat kerjanya hari ini.
^Iya ka terimakasih.
Lea, menutup kembali hpnya dengan senyum mereka, dia kembali berjalan dengan sesekalu bersenandung.
"Udah putus, tapi tetep chat an, pas pacaran berasa ga pacaran, udah si ini mah biasa aja ga ada yang berubah" ucap Lea dalam hati, dia kembali berjakan dan sudah sampai di konter.
"Ceria ni pagi pagi bagus dong," ucap Aslan pada Lea.
"Iya dong, harus semangat kerja tuh, biar rizki nya berkah," ucap Lea, dengan senyum mengembang.
"Bagus bagus, haru ini bakal datang barang cukup banyak, dan pas banget mood kamu bagus, jadi kamu akan semangat menjalani ini," ucap Aslan.
"Wah, datang barang, pertama kali nii, selama aku kerja datang barang," ucap Lea.
"Iya ga papa, nanti siang ko datang barangnya, sekalian kamu belajar juga, biar nanti kan gampang kalau datang barang terus," ucap Aslan.
"Oh iya kak, siap kalau gitu, yaudah Lea mau beres beres lah," ucap Lea, dia lalu mulai mengambil sapunya.
Pekerjaan haru ini cukup sibuk, selesai beres beres, cukup banyak customer yang datang, lalu barang datang, mereka mengecek satu persatu sesuai pesanan apa tidak, takut ada kekurangan atau tidak, sampai tak terasa jam pulang tiba, seperti biasa, Lea berjalan kaki, menuju kontrakan ayahnya, sambil merenungi sepanjang jalan.
"Satu bulan lebih berada disini, aku berhasil ikhlas menjalani semua ini, aku harap kedepannya semua jauh lebih baik, kuatkan aku dalam setiap langkahku tuhan," ucap Lea, dalam hati, lalu dia berjalan kembali menuju kontrakan nya.
...****************...
Ikhlas yang sesungguhnya adalah ketika kita menjalani sesuatu yang tak pernah kita ingin, bahkan yang tak pernah kita bayangkan.
Lea menjalani hidupnya dengan baik dalam beberapa bulan ini, dia jalani dengan keceriaan, keseharian nya bekerja dan juga melayani customer, dia benar benar menikmati kehidupan nya, bohong bila dia tidak sedih ketika teringat sekolah, dan teman temannya, namun cara menghibur dirinya, adalah senyum kedua orang tuanya, entah disebut terpaksa, atau ikhlas yang pasti, saat ini dia menjalani kehidupan selama beberapa bulan ini dengan ceria, tidak ada tangisan dalam beberapa bulan ini, hanya kadang dia merenung seperti hari ini, keadaan konter yang sepi tak seperti biasanya membuat dia merenung.
"Kalau saat ini aku masih sekolah, mungkin aku saat ini sedang belajar, dan mencontek pada Meidia, lalu contekan nya ku berikan pada yang lain nya, pasti seru l, kalau saat ini sedang sekolah, terus pulang di antar ka Artur, dan juga pasti setiap hari minggu, akan joging bersama ka Artur, huh pasti menyenangkan ya. Ya Alloh, yang terbaik mungkin seperti, ini aku ada disini, melayani customer membantu ibuku, dan yang pasti ibuku ta akan kesusahan lagi," suara hati Lea, dia sambil memandangi sekeliling,ndengan mata yang saat ini hendak mengeluarkan air matanya.
Saat lamunannya ada customer datang, dan Lea langsung melayani customer tersebut.
"Boleh, cari apa,"ucap Lea, dengan senyumnya.
"Mau, beli pulsa de, " ucap orang tersebut.
"Oh silahkan, tulis nomornya, disini," ucap Lea, sambil menunjuk buku dan memberikan pulpen, orang tersebut lalu menulis nomornya.
"Udah de," ucap orang tersebut.
"Mau yang berapa pulsanya," ucap Lea, sambil mengetikan nomer tersebut di hpnya.
"Yang 25, aja," ucap orang tersebut.
"Oh, baik tunggu ya," ucap Lea, masih mengetik.
"De, umur berapa," ucap orang tersebut, mulai bertanya.
"15 tahun" ucap Lea.
"Wah, masih muda tapi ga ketara ya, badannya bongsor" ucap orang tersebut.
"Iya bu, bongsor," ucap Lea, dengan senyumnya.
"Hebat ya, udah kerja, di umur segitu, emang ga sekolah" ucap orang tersebut.
"Ga bu, putus sekolah, ga ada biaya, jadi bantu orang tua, " ucap Lea, dengan senyum getir.
"Oh maaf ya de, aduh maaf banget, malah nanya nanya privasi lagi," ucap ornag tersebut, tampak sorot matanya menyesal.
"Ga papa bu, itu uda bu, di cek aja dulu, udah masuk belum" ucap Lea.
"Oh, udah de berapa," ucap ornag tersebut, setelah membuka hpnya.
" 27 rb aja bu" ucap Lea.
"Oh, ini uangnya," ucap orang tersebut, memberikan uang pecahan 20rb dan 10 rb.
"Sebentar ya, saya ambil kembalian dulu," ucap Lea, lalu hendak mulai melangkah tapi di hentikan.
"Duh, ga usha de, buat ade aja, maaf ya tadi saya nanya nanya, ga sopan, maaf banget, yaudah makasih ya de, " ucap ornag tersebut, hendak berjalan pergi.
"Iya ibu, ga papa, makasih ya bu, hati hati," ucap Lea, menatap kepergian ibu itu.
Orang tersebut tak menjawab, hanya saja dia melambaikan tangan, sambil pergi begitu saja,
Lea menangapi itu dengan senyum getir.
Pasti saja selalu ada customer yang seperti itu, dia menanyakan tentang hal yang privasi, hal itu memang biasa, bagi Lea, namun akan terasa berbeda, ketika yang berbicara adalah ornag yang dikenal, istilah mulut adalah pedang, memang benar, kadang manusia salah dalam berbasa basi, manusia tak pernah tau, kata kata mana yang melukai, namun Lea memaklumi itu, karena orang orang disini, tak tau dia, jadi dia tak terlalu sakit hati, akan hal seperti itu, asal jangan sampai, kita yang melukai orang lain, hal yang terucap dari mulut, lebih membekas, dibanding luka yang timbul, makannya selagi orang yang bertanya jawab saja, ketika pertanyaan itu melukai, abaikan saja, keculi dia menghina baru kau tidak boleh diam saja.