Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga
"Besok kita pindah ke rumah baru," ucap Garren.
Septy menoleh, ia tetap tersenyum walau tidak ada balasan dari Garren. Kemudian ia kembali memandang kearah depan.
"Kapan aku mulai masuk kerja? Aku bosan jika seperti ini," tanya Septy tidak nyambung.
"Lusa, kita masih dalam masa cuti, bersiaplah untuk pindah besok."
"Mas, bolehkah aku pulang ke ke kontrakan sebentar? Ada barang yang ingin ku ambil."
"Hmmm, pergilah."
Septy tanpa sadar merangkul tubuh Garren, saking senangnya diizinkan oleh suaminya. Kemudian Septy keluar dari kamar dan berpamitan kepada mertuanya.
Sementara Garren sedang mematung ditempatnya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan pelukan dari Septy.
Kemudian ia menghela nafas sambil menggeleng kepala. Ia berdiri di pembatas balkon menggantikan posisi Septy.
Garren dapat melihat mobil Septy pergi meninggalkan mansion. "Apa aku terlalu kejam padanya?" gumam Garren.
Garren akhirnya memutuskan untuk mengikuti Septy, ia berlari kecil menuruni tangga dan keluar dari mansion.
Lita dan Carel hanya memperhatikan putranya, yang tidak berkata apa-apa, namun tetap mencium tangan kedua orang tuanya.
Septy yang sedang dalam perjalanan tidak menyadari jika mobilnya diikuti oleh suaminya.
Hingga Septy pun tiba dirumah kontrakan miliknya. Rumah kontrakan itu masih berhak untuk Septy tinggali. Karena sewanya sudah dibayar 5 tahun kedepan.
Septy masuk dan mengambil barang-barang penting miliknya. Hingga tidak ada satupun yang terlewat.
Karena semuanya dianggapnya penting. Sepertinya barang peninggalan orang tuanya. Dan barang-barang lain miliknya.
Sebelum Septy pergi, ia menemui pemilik kontrakan. Dan mengatakan jika ia sudah pindah.
"Bagaimana ini? Saya tidak punya uang untuk mengembalikan uang yang sudah dibayarkan," ucap pemilik kontrakan.
"Tidak perlu Bu, saya sudah bekerja di perusahaan dan gajinya lumayan besar. Dan sekarang saya akan pindah ke rumah baru yang tidak jauh dari perusahaan," jawab Septy.
Para warga berdatangan. Mereka yang baik pada Septy pun merasa sedih karena Septy akan pindah.
Septy membagikan oleh-oleh yang ia beli tadi saat diperjalanan. Septy memang baik pada semua orang.
Dan semua itu tidak luput dari pantauan Garren yang mengikutinya. Setelah berpamitan, Septy pun masuk kedalam mobil.
Septy melambaikan tangannya kemudian bergerak perlahan meninggalkan tempat itu. Para ibu-ibu menangis dengan kepergian Septy.
Septy mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu. Namun saat keluar dari mobil, Septy tidak sengaja bertemu Zulkifli.
"Eh Bu Septy, apa kabar?" tanya Zulkifli.
"Baik Pak, Bapak sendiri?"
"Baik, tapi sejak kamu berhenti mengajar, para murid merasa kehilangan Bu guru, maksud saya mantan guru."
Septy tersenyum, begitulah ciri khasnya Septy. Mudah tersenyum pada orang yang di kenalnya.
Septy pun ngobrol sebentar dengan Zulkifli, karena sudah lama tidak bertemu. Dan itu semua terlihat oleh Garren dari dalam mobil.
"Apa sih yang mama suka dari dia? bahkan dengan laki-laki pun genit begitu," gumam Garren. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat meremas setir mobil.
Kemudian ia pergi dari situ dan membiarkan Septy ngobrol dengan pria lain. Septy menoleh ke mobil yang pergi. Kemudian iapun menyudahi obrolannya dengan Zulkifli.
Septy masuk ke supermarket dan membeli keperluan pribadinya. Persiapan untuk pindah rumah nantinya.
Sebelum mereka resmi bercerai, Septy harus patuhi suaminya, selama itu dijalan kebaikan. Setelah selesai belanja, Septy pun membayar belanjaannya.
Sementara Garren yang sudah tiba di mansion, ia langsung masuk ke kamar. Garren menutup pintu dengan kuat. Beruntung pintunya terbuat dari bahan berkualitas.
Garren menghempaskan tubuhnya diatas ranjang, kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Septy.
"Assalamualaikum Mas, aku lagi menyetir nih," ucap Septy melalui telepon. Garren pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak tanpa berkata apa-apa.
Garren melempar ponselnya diatas tempat tidur, kemudian ia mencium aroma tubuh Septy ditempat tidur tersebut. Anehnya, Garren malah tertidur.
Sementara Septy setelah menerima telepon dari suaminya melajukan mobilnya. Ia berpikir jika suaminya akan marah.
"Dia tidak berkata apa-apa dan langsung menutup telepon, apakah dia marah?" batin Septy.
Septy akhirnya tiba di mansion, ia memarkirkan mobilnya dengan sembarangan. Yang penting tidak menghalangi mobil yang lain.
Septy langsung ke kamarnya dan membawa barang-barangnya. Dan mendapati suaminya tertidur di ranjang.
Septy menyimpan barangnya dan kemudian masuk ke kamar mandi. Ia ingin mandi terlebih dahulu. Sebelum suaminya bangun.
Tidak butuh waktu lama, Septy pun keluar dengan pakaian lengkap. Ia tidak ingin kejadian tadi terulang lagi.
Saat asyik-asyiknya mencoba pakaian, tiba-tiba suaminya masuk. Betapa malunya dirinya.
"Sudah pulang?" tanya suara berat khas bangun tidur.
"Eh, iya Mas, maaf aku terlalu berisik ya? Sehingga kamu terbangun."
"Hmmm, sudah puas pacarannya? Jangan sampai keluargaku tahu."
Septy mengernyitkan dahinya. "Kapan aku pacaran?" batinnya.
Kemudian ia teringat dengan mobil yang ia lihat di supermarket. Awalnya Septy curiga jika itu mobil suaminya. Namun ia tidak ingin berburuk sangka.
Jadi ia mengabaikan mobil tersebut. Karena menurutnya tidak mungkin jika suaminya membuntutinya.
"Oh itu, dia pak Zulkifli, tidak sengaja bertemu," jawab Septy.
"Lain kali jaga sikap, kamu sudah masuk ke keluarga ini. Jangan sampai mencoreng nama baik keluarga."
Septy tidak menjawab, ia juga tahu batasan dalam pergaulan. Apalagi dirinya tidak pernah pacaran.
Meskipun banyak pria yang menyukainya. Selain cantik, ia juga ramah pada orang. Tapi tetap menjaga sikap.
Garren masuk kedalam kamar mandi, ia ingin mandi karena sejak tadi belum mandi. Sementara Septy menyiapkan pakaian untuk suaminya dan menyimpannya diatas ranjang.
Kemudian ia keluar untuk menemui mertuanya. Septy berjalan kedapur dan mendapati mertuanya sedang membuat kue.
"Bikin apa Ma?" tanya Septy.
"Ehh sudah pulang?" Lita malah balik bertanya.
"Aku bantu ya Ma."
"Tidak perlu, semua sudah siap. Oya, kalian jadi pindah besok?"
"Jadi Ma, biar bagaimanapun aku harus ikut suami kemanapun ia pergi. Karena surga istri ada pada suami."
Lita langsung merangkul Septy dan memeluknya. Ia terharu mendengar ucapan Septy seperti itu.
"Terima kasih Nak, semoga kami bisa meluluhkan hati putra mama, dan semoga kalian bahagia."
"Aamiin." Septy tetap mengaminkan ucapan Lita. Karena ucapan bisa menjadi doa.
Walaupun ia tidak tahu kedepannya tentang hubungan pernikahan mereka. Sementara mereka dalam proses perceraian.
"Ma." Lita dan Septy menoleh kearah suara. Ternyata Garren yang sudah rapi dengan pakaian yang dipilihkan oleh Septy.
"Cepat hidangkan kue ini ke suamimu, kemudian buatkan dia kopi untuk teman makan kue."
Septy pun menyusun kue diatas piring, baru setelah itu membuat minuman untuk sang suami.
Garren tidak ada reaksi apa-apa saat Septy menyajikan minuman untuknya. Namun Septy tidak peduli. Yang penting mertuanya dan keluarga lainnya menerima dirinya dengan baik.
Urusan perceraian, biarlah Tuhan yang menentukan. Karena Tuhan penentu segalanya. Tuhan juga bisa membolak-balik hati manusia.