Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Manja
***
Berita dipenjaranya CEO Triantara Corporation dan CEO Termirren Corporation menyebar hingga ke penjuru negeri. Banyak awak media yang menayangkan permasalahan apa yang mereka lakukan, termasuk kasus penipuan yang dilakukan Robi, pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur oleh Tono, pencucian uang, perampasan hak orang lain, penyiksaan, dan lain-lain.
Namun, dari keenam orang yang bermasalah itu, hanya satu orang yang terbukti tidak memiliki kesalahan apapun. Dan ia juga dinyatakan bersih. siapakah dirinya? Maya. Ibu dari Darren dan Hendry. Ia memang tidak memiliki masalah dan butiknya juga bersih dari segala permasalahan.
Jadi, apakah dia dibebaskan? Ya, dia dibebaskan. Tapi, ia tetap memilih untuk tetap di penjara karena alasan yang mengejutkan.
"Penjarakan saja diriku. Aku adalah seorang pendosa, seorang ibu yang buruk buat anak-anaknya. Bahkan aku sangat berdosa tidak memperdulikan anak sulungku, Darren, sedari dulu. kurung aku selama mungkin."
Dan setelah itu pula, mereka benar-benar dipenjara.
**
"Sudah hampir seminggu pula, dan masih saja diberitakan. Bosan lama-lama lihatnya..."
Ayna menyenderkan punggungnya di sofa ruang keluarga itu. Bahkan ia seperti nampak malas menanggapi itu berita. Langsung saja ia mematikannya dan memilih untuk merebahkan diri di atas karpet.
"Bosaaannn. Pengen ke nenek... Kapan Mas ngajak ke nenek? Aku pengen tiduran di pangkuannya..." sedari tadi juga, Ayna merengek karena ingin segera pergi menginap di mansion Chairul dan Tiana.
"Dedek, kamu ngerasa bosan juga ya? Pengen juga kan ke rumah nenek? Bunda bosaaann banget, pake banget pokoknya!"
Ayna mengelus perutnya yang masih rata, ia bermonolog kepada sang calon anak kalau ia begitu bosan.
"Ayahmu sudah di jalan belum ya? Belum waktunya sih tapi... Hoaaamm... Ngantuk banget. Tidur saja dulu lah."
Karena rasa bosan yang semakin besar itulah, rasa kantuk mulai menyerangnya. Ia memilih untuk tetap di karpet itu dan langsung terlelap di alam mimpi.
***
CKLEK
"Assalamualaikum, sayang. Aku pulang."
Nihil, tidak ada balasan apapun dari sang istri. Padahal dirinya yang lelah itu berharap ingin segera memeluk sang istri.
"Ayna. Sayang. Kamu dima-... Lah kok tiduran disini?"
Barulah saat Adam sampai di ruang keluarga, ia mendapati Ayna yang terlelap di atas karpet dengan deru nafas yang teratur. Benar-benar nyenyak, Adam sampai tidak tega untuk membangunkannya.
"Sayang, kenapa kamu malah tiduran disini hmm? Kamu ketiduran begini gara-gara bosan menungguku pulang kah? Hehehe, lucunya..."
Adam memilih untuk merebahkan diri di samping Ayna. Ia juga mendekapnya erat-erat, tak ingin melepaskan. Semua rasa lelah serta pusing seketika menghilang saat kedua lengan berotot itu memeluk tubuh ramping Ayna.
"Nyaman sekali. Malah jadi ikutan ngantuk pula..."
***
"Berat..."
merasa ada beban yang melingkar di sekitar perutnya, Ayna terbangun. Ia langsung kaget dengan lengan berotot itu. Siapa yang berani-beraninya memeluknya sewaktu tidur?
"T-Tangan ini... Mas Adam?" Ayna merasa kenal dengan tangan itu, lalu ia melirik ke belakang dan ternyata benar. Itu Adam yang memeluknya.
Pria itu tertidur lelap, tapi entah sadar atau tidak, kedua tangannya terletak di dua tempat yang menurut Ayna... Sedikit kurang ajar.
'Di perut mah ngga apa-apa. Tapi ini gimana ceritanya kok sampai begini?! Yang satu malah pegang buah dadaku, yang satunya lagi masuk ke dalam paha. Mas, yang benar saja. Masa dalam tidur juga masih saja ngelakuin ini? Ini mah kesempatan dalam kesempitan...' batin Ayna mengeluh.
Ayna mencoba untuk bangun. Ia harus segera memasak makan siang untuk dirinya dan juga suami. perlahan, ia menyingkirkan kedua tangan Adam dari tempat strategis tubuhnya. Tapi, sia-sia.
GREEBB
"Ahhh..."
secepat kilat, tangan Adam langsung mencegah Alia untuk berdiri, salah satunya mencengkram kuat buah dada Alia sampai wanita itu mendesah.
"Mas..."
"Alia..." Adam berbisik tepat di telinga Adam, hingga kedua telinga Alia memerah.
"Alia... Kamu milikku, milikku sayang... Bukan yang lain..." ucap Adam lagi.
"Nnhhh... Mas haahhh..."
Alia memaksakan diri untuk menoleh ke belakang, ia ingin melihat wajah suaminya itu. Dan usahanya membuahkan hasil, ia bisa berbalik badan dan mengubah posisi nya menjadi menghadap Adam. ia melihat Adam menatap dirinya tajam, seolah-olah ia lapar.
"Mas..." lirih Ayna.
"Sejak kapan buah dadamu besar? Apa ada anak kita ini jadinya terpengaruh ya? Bokongmu juga tadi tambah berisi... Aku ngga tahan Ayna saat melihatmu..."
Ayna tahu kenapa suaminya begini. Nafasnya berderu memburu, ia sudah berada di puncaknya. Tapi jauh di lubuk hati Ayna, ia juga merasa ada sensasi yang aneh terutama pada bagian bawahnya yang basah dan berkedut. Ia juga menginginkannya, tetapi... Bagaimana nanti akan membahayakan bayinya?
"Mas... Saya takut... Anak kita..."
"Ssttt aku ngerti, aku akan melakukannya dengan lembut. Lepas bajumu sekarang."
Ayna percaya pada suaminya yang akan melakukannya dengan lembut. perlahan ia melepaskan kaosnya, lalu disusul rok pendeknya, dan yang terakhir pakaian dalamnya. Ia menghadap Adam dengan keadaan polos. Kedua tangannya ia topang untuk menopang kedua buah dadanya yang nampak semakin berisi dan besar.
"Yang enak ya Mas, rasanya gatal juga..." goda Ayna.
"Kemarilah." Adam langsung menarik Ayna dalam dekapannya.
Keadaan Baswara sudah sama seperti Ayna, tapi ia hanya bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendeknya. Di ruang keluarga itu, pasutri itu menikmati persenggamaan yang begitu intim dan juga panas. Saat itu, Ayna merasa ada yang aneh pada dirinya. Hasratnya seperti membumbung tinggi saat bersama suaminya. Aneh kah?
'Mungkin bawaan hamil, aku jadi begini. Ah, kenapa Mas rasanya lebih enak daripada kemarin-kemarin? Lagi Mas...'
'Rasanya diriku semakin dipijat dan diurut di dalam. Belum lagi bongkahan bokongnya begitu memanjakan mataku, buah dadanya semakin berisi. Tanganku ngga bisa berhenti menjamahnya... Ayna, jangan minta berhenti. Aku ingin terus menerus begini!'
***
Cukup lama mereka melakukannya, sampai sore hari tak terasa sudah dilalui. Di dalam bathub itu, Ayna menyenderkan punggungnya di dada sang suami. Menikmati sejuknya air serta hangatnya pelepasan sang suami yang mengalir kepada dirinya.
"Ayna." panggil Adam.
"Ya?"
"Besok sore kita ke kakek dan nenek ya. Sesuai yang kujanjikan. Nanti, kita siap-..."
"Ngga, ngga mau." tolak Ayna tiba-tiba.
"Lah? Kenapa sayang? Kok tiba-tiba ngga mau ini?" Adam bingung dengan penolakan Ayna yang tiba-tiba.
"Mau di rumah aja sama Mas. Males yang mau keluar." jawab Ayna singkat.
Ayna langsung membalikkan tubuhnya, menatap Adam tajam. Adam yang melihat itu sedikit terkejut. Ada apa ini?
"A-Ayna..."
GREEBB
"Pokoknya ngga mau! Maunya di rumah aja!"
Posisi Ayna jadi duduk tepat di depan Adam sekaligus memeluk lehernya. Dalam diam pula, ia menggigit leher Adam sampai luka.
"Ssshhh, Ayna... kamu kenapa sayang? kemarin kamu malah semangat, sekarang kok ngga mau?" tanya Adam lagi dengan lembut.
"Nanti... Saya pengen senggama lagi malah ngga bebas rasanya... Ngga bisa tahan rasanya kalau menginap disana nanti. Ayna pengen di rumah aja, boleh ya?"
Jawaban polos tapi frontal. Jawaban itu membuat sang suami terkejut. Siapa yang tidak terkejut coba? Apalagi Ayna yang berubah menjadi lebih manja seperti anak kecil.
'Ini mah dia berubah ke setelan awalnya dulu, saat masih gadis kecil. Sebentar... Aahhh paham aku. Hehehe, pasti bawaan dari kamu ya, nak?'
Adam membetulkan Ayna untuk duduk menghadap padanya. Ia mengelus perut rata itu dan bergumam geli.
"Istriku jadi manja begini, emang dari anak kita atau dari kamunya sendiri?"
Karena ucapan suaminya itu, wajah Ayna langsung merah. Ia begitu malu karena Adam memergoki dirinya yang menjadi begitu manja.
"Ngga tahu... Pokok ngga mau keluar besok... Ya Mas ya? Ayna mohoonnn..." mata Ayna berkaca-kaca, ia memohon dengan sangat kepada sang suami.
"Iya, kalau itu maumu, ya sudah kita ngga jadi kemana-mana. Kita santai-santai saja di kebun, mumpung besok hari libur kan." akhirnya, Adam menuruti keinginan Ayna. Sejujurnya, ia juga malas jika harus keluar, ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama sang istri.
"Hehehe, makasih Mas! Ayna sayang Mas!"
Ayna memeluk leher Adam dengan sangat erat, sampai Adam dibuatnya sesak tak dapat bernafas.
"I-Iya sayang, aduh... Ayna, s-sesak..."
***
Di dalam kamar, karena masih merasa belum mengantuk, pasutri itu saling merangkul santai sembari berbincang bersama. Hal yang selalu mereka lakukan dan itu sudah menjadi suatu rutinitas.
"Mas. Mau tanya." celetuk Ayna.
"Tanya apa?"
"Hmmm, kira-kira... Dedek kita laki-laki apa perempuan ya?" tanya Ayna penasaran.
"Mau laki-laki apa perempuan itu sama saja. Yang penting kamu selamat saat melahirkan nanti dan anak kita juga lahir dengan sehat tanpa kekurangan apapun. Itu yang kuharapkan." Adam mengelus perut Ayna, ia tersenyum karena membayangkan sebentar lagi dirinya akan menggendong sang buah hati.
"Kenapa kamu bertanya gitu?" tanya Adam.
"Ngga ada sih, soalnya... Sebelum saya mual muntah waktu itu, saya pernah mimpi."
"Mimpi? Mimpi apa?" Adam bangkit dari tidurnya di pangkuan Ayna, ia tertarik dengan mimpi Ayna.
"Saya waktu itu ada di kebun jeruk. Tapi saya juga merasa aneh di sana. Tiba-tiba saja, ada bayi di gendongan saya. Dia laki-laki, kelihatan miriiippp banget sama Mas. Plek ketiplek lah pokoknya. Saya natap wajahnya, dia tersenyum. Terus bubar sudah, saya kebangun. Tapi rasanya seperti nyata saja Mas." jawab Ayna.
"Hooo, mungkin memang benar itu mimpi yang Insya Allah jadi nyata. Baru ada berapa hari kan sebelum kamu mual muntah itu? Nah mungkin dikasih lihat anak kita seperti itu."
"Hehehe iya kah? Berarti harapan saya terkabulkan dong? Pengen punya tiga anak yang tiga-tiganya mirip sama Mas!" ucap Alia penuh semangat.
"Masa mirip aku semua, sayang? Mirip kamu lah, kasihan kamunya kebagian hikmah." balas Adam geli.
"Iiihhh, tapi pengen banget mirip sama Mas. Mas kan ganteng, berotot, kuat, murah senyum, hangat. Terus apalagi ya?"
'Murah senyum? Hangat? Perasaan aku ngga gitu kalau depan orang. Yang ada, aku dikatain seperti spek pembunuh bayaran!'
'Tapi... Ekhem, ganteng, berotot, dan kuat... Yaahh aku begitu saja di depan istri.'
Adam merasa percaya diri jika istrinya menyebut dirinya tampan, berotot dan kuat. Tapi, ia suka dibilang begitu hanya khusus dari sang istri, bukan orang lain.
Adam melihat istrinya yang masih berceloteh panjang. Ia menyeringai karena istrinya masih sama saja seperti dulu, kadang cerewet kadang pendiam kadang pula tidak bisa ditebak.
'Imut.'
"Mas, dengerin ngga sih?" Ayna merasa kesal karena perkataannya seperti tidak digubris oleh sang suami.
"Iya, dengerin. Ya sudah, ayo tidur. Sudah malam."
"Tapi Mas, aku belum ngantuk. Nanti aja." rengek Ayna.
"Tidur. Atau kubuat kamu tidur." ancaman Adam membuat Ayna merinding. Ia memilih langsung mengeratkan diri dalam pelukan suami.
'Padahal aku masih belum ngantuk, Mas iihhh, ngeselin huh.' Ayna menggembungkan kedua pipinya tanda ia benar-benar merajuk.
Tapi tak lama juga, Ayna langsung tidur. terdengar suara dengkuran yang begitu lembut.
"Tidur juga akhirnya..."
"Oh ya, gimana ya caranya mau kasih tahu kakek dan nenek kalau Ayna hamil? Ah, pikir nanti saja sudah."
~Bersambung~