Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Malam ini adalah malam yang sangat melelahkan bagi Diego dan Vanessa. Sehingga mereka segera beristirahat di dalam kamar hotel yang telah dipersiapkan. Mau tidak mau malam ini mereka harus bermalam disana. Kalau mereka menolak, yang ada orang lain akan curiga dengan pernikahan mereka.
Kamar tersebut telah dihiasi dengan bunga mawar berwarna putih. Sangat wangi.
Vanessa sangat terlihat tegang, mungkin untuk pertama kalinya dia berduaan dengan seorang pria di dalam kamar. Padahal status Diego saat ini sudah resmi menjadi suaminya.
Sementara Diego, pria itu terlihat biasa saja. Malah sibuk memainkan ponselnya.
"Ponselmu lumayan mahal lho harganya. Dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli ponsel semahal itu?" Tanya Vanessa, penasaran. Saat ini mereka berdua sedang sama-sama duduk di sofa yang berbeda, karena mereka ingin menjaga jarak.
"Zaman sekarang gampang sekali untuk mendapatkan ponsel yang harganya mahal, tentu saja dengan mengkredit." Jawab Diego dengan nada kesal. Vanessa adalah wanita yang sangat teliti, sampai menelisik apapun yang dia punya.
Vanessa pun tertawa kecil, dia hampir saja lupa, mungkin Diego memang termasuk tipe kaum pria yang memiliki gaya elit ekonomi sulit. Gaya seperti itu memang sudah merajalela, padahal tidak punya uang tapi memaksakan diri untuk mengkredit barang-barang yang mewah. Pantas saja jika penampilan Diego memang sangat terlihat cool dan menarik, didukung dengan wajahnya yang sangat tampan. Hampir saja Vanessa merasa tertipu, dia pikir Diego adalah seorang CEO.
Vanessa ingin sekali mandi, tapi dia sangat malu kalau ada Diego dia dalam kamar itu. "Apakah kamu bisa keluar sebentar? Aku mau mandi."
Padahal Diego sangat ingin sekali beristirahat, terpaksa dia harus mengiyakan. "Berapa lama?"
"Paling hanya satu jam. Gak akan lama kok." Jawab Vanessa.
Diego hanya menganggukkan kepalanya. Dia pun segera pergi meninggalkan kamar hotel tersebut.
Vanessa sangat merasa lega setelah Diego pergi dari kamar, sampai wanita itu mengelus-elus dadanya. "Akhirnya dia telah pergi juga. Aku tidak boleh berpenampilan seksi di depan dia."
Walaupun Diego sikapnya sangat dingin sekali, tapi bagi Vanessa, Diego tetaplah seorang pria, yang suatu waktu bisa saja menyerangnya kalau melihat Vanessa berpenampilan seksi. Kecuali kalau Diego bukanlah pria normal alias kaum pel-angi.
Saat ini Diego sedang berada di atas rooftop. Pria itu sedang termenung, mungkin karena dia sangat penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Tuan Dani saat mengatakan tentang tujuh persahabatan.
Diego memang mengetahui dari Tuan Leo kalau Tuan Leo, ayahnya, dan kelima pemegang saham di Murphy Group sudah lama bersahabat. Tapi kelima pemegang saham itu malah berkhianat dan merencanakan pembunuhan terhadap ayahnya. Itulah yang dijelaskan oleh Tuan Leo kepadanya.
Tapi tetap saja dia menjadi penasaran, mengapa kelima pemegang saham itu mengkhianati Tuan Leo, sampai Tuan Leo sangat membenci mereka?
Tap!
Tap!
Tap!
Diego tak sengaja mendengar suara langkah seseorang dibelakangnya, pria itu pun segera menoleh ke belakang. Dia melihat ada Jerry yang sedang berjalan ke arahnya sambil menatap tajam padanya.
"Untuk apa kamu datang kesini?" Tanya Diego dengan nada datarnya.
Jerry segera berjalan dengan cepat. Pria itu mencengkram kerah kemejanya Diego dengan penuh amarah. "Oke, kamu boleh saja merasa menang karena sudah menjadi suaminya Vanessa. Tapi kamu harus tahu diri kalau kamu itu hanya suami sementaranya. Jadi aku memperingatkan sama kamu, jangan pernah menyentuh Vanessa! Kalian harus tidur di kamar terpisah! Tujuan kalian menikah hanya untuk kamu membawa bayi itu pergi!"
Diego melepaskan dengan kasar tangan Jerry yang sedang mencengkram kerah kemejanya. "Kamu tidak berhak mengatur hidupku. Jika aku ingin melakukan apapun kepada Vanessa itu adalah hak ku."
Walaupun sebenarnya Diego pun sama sekali tidak pernah berpikir sedikit pun untuk menyentuh tubuhnya Vanessa.
"Shittt!" Jerry terpancing emosinya, dia ingin menghajar wajahnya Diego. Tapi dia langsung menahan diri ketika mendengar perkataan pria itu.
"Mengapa kamu melarang Vanessa untuk aku sentuh? Sementara kamu sering bermain dengan banyak wanita?" Diego mengatakannya sambil tersenyum smirk.
Tangan Jerry nampak gemetaran, dia segera menurunkan tangannya. Pria itu terlihat sangat gelagapan, mungkin karena rahasianya telah terbongkar. Dia sangat takut Tuan Arthur mengetahui kelakuan yang bejatnya itu.
Walaupun Jerry tidak paham, dari mana Diego mengetahui akan semua itu?
Diego pun menepuk-nepuk pundaknya Jerry sambil tersenyum miring. Mungkin karena dia sangat merasa puas melihat Jerry yang nampak sedang kelimpungan, gara-gara rahasia bejatnya telah diketahui oleh Diego. Bagi Diego mencari informasi tentang Jerry adalah suatu hal yang sangat mudah, seakan hanya tinggal menjentikkan jarinya saja.
Karena sudah satu jam Diego berada di rooftop, Diego memutuskan untuk kembali ke kamar pengantin.
Sedangkan Jerry, pria itu terus saja mengumpat sepuas mungkin untuk melampiaskan kekesalannya.
"Arrrghhh.... Brengsek!"
"Babiii!"
"Setaann!"
...****************...
Vanessa belum selesai mandi, dia masih mengguyur seluruh tubuhnya dengan butiran air shower yang mengalir membasahi tubuhnya.
"Ahhh... sangat segar sekali!"
Vanessa merasakan tubuhnya benar-benar segar setelah seharian harus memakai pakaian pengantin. Rasa lelah pun kini telah perlahan mulai hilang. Dia benar-benar sangat merasakan tubuhnya segar setelah mandi malam. Membuat seluruh energinya terkumpul kembali.
Vanessa teringat dengan Diego. Mungkin sampai kini dia sangat merasa heran mengapa ada sosok manusia yang ekspresinya sangat dingin seperti itu.
"Aku benar-benar penasaran. Apa dia beneran manusia?" Gumamnya.
Vanessa menggelengkan kepalanya, untuk apa juga memikirkan pria itu. Dia segera meraih handuknya, lalu melilitkan handuk yang berwarna putih tersebut menutup tubuhnya dari area dada sampai ke paha. Bahkan wanita itu bernyanyi walaupun suaranya fals. Mungkin karena memang sudah menjadi kebiasaannya, setiap kali dia mandi pasti sambil bernyanyi.
"Near, far, wherever you are. I believe that the heart does go on..."
Vanessa pun segera keluar dari kamar mandi, sambil berjingkrak-jingkrak dan bernyanyi, mengepalkan tangannya, untuk dia jadikan seolah-olah tangannya itu mic speaker.
"Once more, you open the door. And you're here in my heart. And my heart will... Aaargghhh!"
Vanessa yang sedang berjingkrak-jingkrak sambil bernyanyi, tiba-tiba dia menjerit ketika dia membalikkan badannya menghadap sofa. Dia melihat Diego yang sedang minum whisky. Pria itu memperlihatkan wajah tanpa berdosanya, dengan begitu tenang memandangi Vanessa yang sedang menjerit.
Apesnya, saking kagetnya, handuk yang sedang dikenakan oleh Vanessa melorot ke bawah.
Pluuk!
Membuat Vanessa menjerit sejadi-jadinya.
"Aaaarrrgghhh!"
Mungkin Vanessa mengira bahwa Diego masih berada di luar kamar, sehingga dia berani menari dan bernyanyi seperti itu. Sedangkan Diego, karena Vanessa hanya mengatakan bahwa dia mempersilahkan Diego untuk kembali setelah dia memberikan waktu selama satu jam, sehingga dia segera kembali ke kamar pengantin, setelah satu jam dia menunggu di rooftop hotel. Diego memang seorang yang sangat tepat waktu.