Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utusan Putri Charlotte
Butiran air hujan nampak membasahi topinya, seolah orang tersebut telah cukup lama menunggu. Kumisnya yang lebat hitam hampir menutupi seluruh bibirnya.
Jaka Satya mengenali laki-laki yang melangkah mendekatinya itu adalah Volkan - pengawal pribadi Pangeran Hatir.
"Apa kepentinganmu?" Jaka Satya melontarkan pertanyaan.
"Puteri Charlotte telah menerima pesan anda"sahut si Kirtu.
"Lantas?"
"Beliau ingin menemui anda sekarang juga," Volkan menjelaskan sambil melambaikan tangannya yang gempal berotot.
Jaka Satya mengikuti gerakan tangan Volkan dengan sudut matanya dan kereta kuda VIP meluncur datang mendekati.
Lasmini menatap Jaka Satya kemudian berkata, "Wah, luar biasa! Aku akan bertemu dengan Putri Charlotte malam ini!"
"Hemm, kuanggap suatu keberuntungan bagimu, sayang!" Jaka Satya menanggapi dengan nada datar.
"Tapi pertama-tama Bung besar ini harus menjelaskan dahulu mengapa dia terus membuntuti kita sedari tadi?"
Lasmini menunduk. "Mungkin dia sangat menaruh perhatian kepada kita berdua."
Jaka Satya menatap tajam pada wajah si Kirtu.
"Okay, bung! Aku ingin mendengar penjelasanmu!"
"Yah, masalahnya sederhana saja, Tuan Satya," cetus Volkan dengan suara berat.
"Kami tak menerima tamu yang tak terduga begitu saja. Mungkin sebaliknya anda bersedia menjelaskan maksud kedatanganmu di Donlon?"
"Kaukira aku bersedia menjelaskannya!"
Jaka Satya menggelengkan kepala.
Lasmini menggamit lengan Satya. "Mari kita masuk ke dalam kereta, sayang!"
"Ya, kukira kita telah cukup berbincang-bincang!" Volkan menyela. "Kita tak dapat membiarkan Tuan Puteri menunggu terlalu lama."
Tempat duduk kereta VIP sungguh mewah luar biasa, dan bau harum terasa menggelitik hidung mereka.
Volkan mengambil tempat di samping kusir di bangku depan yang terpisah dengan bangku belakang oleh kaca tebal.
Tak lama kemudian kereta kuda VIP meluncur dengan suara lembut meninggalkan halaman penginapan.
Lasmini beringsut mendekati Jaka Satya sehingga lutut mereka saling bersinggungan.
"Sat?" Lasmini mendesah.
"Ya?"
"Mungkin kita bertindak keliru dengan menerima ajakan ini."
"Kita takkan mengetahuinya dengan pasti sebelum melihat apa yang akan terjadi selanjutnya" sahut Jaka Satya.
"Aku tak menyukai cara dia membuntuti kita semenjak meninggalkan penginapan. Kemungkinan manusia banteng ini tak membawa kita kepada Putri Charlotte," sambung Lasmini.
Jaka Satya menggenggam telapak tangan si gadis dengan lembut.
la mendenguskan napasnya kemudian memberikan komentar. "Kita masih meraba di kegelapan, Lasmini. Terpaksa kita harus mengikuti permainan mereka!"
Kereta kuda VIP berhenti di halaman sebuah rumah besar antik yang bergaya bangunan Tovicria.
Cahaya lembut tampak menerobos tirai jendela yang ditutup tak terlalu rapat.
Volkan mempersilahkan Jaka Satya dan Lasmini untuk berjalan di depan menuju tangga yang membentang ke pintu masuk.
Selang beberapa saat mereka melangkah sepanjang koridor yang dilapisi karpet kemudian berhenti di depan daun pintu rangkap yang tinggi dengan handel terbuat dari besi berukir. Volkan tak mengucapkan sepatah katapun.
Ia membuka pintu kemudian memberikan tanda pada Lasmini dan Jaka Satya untuk masuk.
Dalam cahaya yang temaram Jaka Satya melihat ruangan luas yang diperlengkapi dengan perabotan mewah dan antik.
Tiba-tiba Charlotte muncul dari balik bayangan.
Di tangannya tergenggam sepucuk pistol otomatis kaliber .38-an.
"Kini aku harus menyingkirkan mata-mata dengan tanganku sendiri!" Charlotte mendesis.
Lasmini menjerit dengan suara tercekik, Jaka Satya tak berpikir panjang lagi.
Bagaikan kilat ia mendorong tubuh Lasmini kesamping kemudian menerjang ke arah Charlotte.
Jaka menyadari akan kehadiran Volkan yang berada di belakangnya.
Charlotte terhempas ke atas lantai dengan kaki menendang-nendang ke udara namun Jaka Satya telah menghimpitnya.
Pistol Charlotte telah berada dalam genggamannya dengan telunjuk menahan picu.
Bulu kuduk Jaka meremang membayangkan hantaman si raksasa Volkan, la berharap Lasmini akan dapat mengatasinya.
Terasa dengusan napas hangat Charlotte menyapu wajah Jaka Satya ketika mereka bergumul di lantai.