"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Desta ingin mengejar Gania yang pergi begitu saja, namun di cegah oleh Vania. Vania seketika menarik tangan Desta lalu membawanya untuk ke sebuah ruangan, ruangan yang jauh di belakang rumah, yang dekat dengan kolam renang.
"Vania.. lepaskan." ucap Desta saat tangannya terus di tarik oleh Vania.
Nyonya Dewi yang melihat putrinya terlihat marah besar karena cemburu hanya diam saja. Nyonya Dewi memutuskan lebih baik masuk ke dalam kamarnya untuk menemui tuan Maxim yang tiba-tiba bisa berjalan kembali, padahal sebelumnya dia susah untuk berjalan, dan membiarkan Vania bersama Desta di belakang rumah.
Kini Vania dan Desta sudah berdiri berhadapan. Dan seketika. "Plak!." Vania yang sudah menampar pipi Desta begitu saja hingga Desta terkejut.
Dari kemarin Desta terus mendapatkan tamparan. Dari Gania, dan sekarang dari ayah mertuanya dan juga Vania, kekasih gelapnya.
"Apa-apaan kamu, Vania?."
"Kamu yang apa-apaan!" bentak Vania."Kenapa kamu bilang kepada kak Gania, bahwa kamu mencintainya, dan mengemis tidak mau bercerai darinya, padahal kamu sudah meniduri ku, dan bilang mencintaiku, lalu buat apa kamu berbicara seperti itu?."
"Itu juga karena ulah mu bodoh!." bentak Desta balik menatap wajah Vania."Coba saja kamu tidak bilang bahwa aku tidur dengan mu, pasti ayah tidak akan menyuruhku pisah dengan, Gania, lalu kalau seperti ini aku bagaimana, semua harta yang aku pegang akan di ambil."
"Aku bilang seperti itu kepada ayah, agar kita bisa menikah, dan sedikit demi sedikit bisa menguasai harta si tua bangka itu."
"Apa kamu tuli tadi, si tua bangka itu tidak merestui kita menikah? bagaimana bisa kita menikah, coba saja kamu tidak bilang kepada si tua bangka itu, aku akan mencari cara agar si tua bangka itu tidak mengetahui perselingkuhan kita, dan aku akan tetap melanjutkan pernikahan ku dengan Gania, seharusnya aku tidak menuruti perkataan mu, dan kemauan mu, sampai kita tertangkap konyol di depan Gania."
"Kenapa kamu jadi menyalahkan ku mas?." Vania yang tidak terima di salahkan oleh Desta.
"Memang kamu salah, kamu lihat, dengan secara langsung aku sudah di usir dari keluarga Maxim tanpa mendapatkan apa-apa, itu karena ulah mu. Jika nanti aku terbuang, tanpa mendapatkan apa-apa dari kelurga ini, kamu dan ibu mu juga harus terbuang dari rumah ini, tanpa mendapatkan apa-apa."
"Kamu mengancam ku?." tanya Vania.
"Iya.. karena semua ini adalah ide konyol dari ibumu, dulu kalian yang memaksa ku untuk menikahi Gania, agar aku bisa mengambil alih posisi Gania sebagai seorang direktur, tapi apa? justru aku tidak mendapatkan apa-apa, dan sekarang aku justru di usir, itu juga karena ide konyol mu, untuk tidur bersama mu."
"Itu bukan salah ibu ku, tapi karena kamu saja yang bodoh! tidak becus mengelola perusahaan, mana mungkin si tua bangka itu mau memberikan posisi sebagai seorang direktur kepada laki-laki bodoh seperti mu." ejek Vania.
"Apa kamu bilang!." Desta yang tidak terima di ejek oleh Vania, hingga Desta seketika mencekik leher Vania begitu saja. "Kamu saja tidak berguna, bisanya hanya menuntut, bahkan kamu saja tidak pernah du akui oleh Maxim jika kamu adalah putrinya."
"Lepaskan!." Vania yang terus berusaha melepaskan tangan Desta agar lepas dari lehernya.
"Jika kamu di akui sebagai putrinya, nama mu akan tercantum di semua sertifikat tanah, tapi kamu apa, kamu itu hanya anak tiri yang terpaksa di akui, dan di besarkan, anak tiri yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa menghabiskan harta saja." ucap Desta yang terus mencengkram leher Vania.
Vania yang terus mendapat cengkraman dari Desta seketika tidak bisa bernafas."Musnah saja kamu, kamu pikir aku mencintai mu dengan tulus, tentu saja tidak! aku sama sekali tidak mencintai Gania maupun kamu, aku hanya mencintai harta keluarga ini." Desta yang tersenyum kecut ke arah Vania yang matanya Mulai memejam karena sudah tidak bisa bernafas.
Nyonya Dewi yang merasa Vania tidak junjung kembali, dan takut jika mereka berdua ketahuan oleh suaminya karena tampak dekat seketika mencoba untuk menyusulnya ke arah belakang.
Nyonya Dewi yang melihat leher anaknya di cengkram oleh Desta seketika langsung berlari ke arah mereka.
"Lepaskan Desta.. apa kamu gila?." nyonya Dewi yang menarik tangan Desta begitu saja.
Vania yang sudah terlepas dari Desta seketika langsung jatuh begitu saja di lantai. Nyonya Dewi yang melihat putrinya tidak berdaya seketika langsung membantunya.
"Kamu tidak apa-apa Vania?." nyonya Dewi yang mengusap pipi putrinya yang terlihat lemas.
"Apa yang kamu lakukan Desta? berani-beraninya kamu melakukan ini kepada Vania?." ucap nyonya Dewi menatap tajam ke arah Desta.
"Anak mu yang tidak berguna ini membuat ku kesal! berani sekali dia mengejekku bodoh!, sangat menyebalkan, anak sama ibu sama saja, gilanya." ucap Desta menatap sinis ke arah mereka berdua.
"Jaga ucapan mu Desta, tanpa kita kamu tidak akan bisa di masuk ke rumah ini."
"Tentu.. dan karena berdua juga aku di usir dari rumah ini!."
"Itu karena ulah mu sendiri!."
"Apa? ulah ku?." Desta yang mendekatkan wajahnya ke arah nyonya Dewi."Jika nanti aku terusir dari keluarga Maxim, aku juga akan membuat kalian di usir dari rumah ini, dan membuka semua kedok kalian berdua, bahwa kalian yang terus membuat tuan Maxim tidak bisa berjalan dan sakit-sakitan, dan berencana untuk membunuh tuan Maxim agar bisa menguasai hartanya."
"Kamu sedang mengancam ku, Desta?."
"Haha.. menurutmu?." Desta yang berjalan pergi begitu saja meninggalkan nyonya Dewi dan Vania.
"Sialan.. kenapa semua tidak berjalan sesuai rencana, kenapa sekarang aku dan Desta justru menjadi musuh, bagaimana jika Desta benar-benar menceritakan semua kelakuan ku kepada Maxim. Jika itu terjadi, aku juga akan di lempar dari rumah ini." ucap nyonya Dewi yang masih duduk di lantai sambil menyangga tubuh Vania yang sedang pingsan karena kehabisan oksigen.
"Bangun, Vania." nyonya Dewi yang terus menepuk pipi Vania, namun Vania tak kunjung bangun."Apa kamu sudah mati? kenapa badan mu berat sekali?." nyonya Dewi yang merasa kesusahan untuk mengangkat tubuh putrinya.
"Security.. Security.." teriak nyonya Dewi yang memanggil security yang sedang berjaga pintu belakang rumah, agar bisa membantunya untuk mengangkat Vania ke kamar.
Security yang mendapat panggilan dari nyonya Dewi seketika mendekat."Ada apa nyonya? ada apa dengan nona muda, Vania? apakah ada yang melukai nya?." tanya security tersebut.
"Tidak! Dia hanya pingsan saja karena tidak enak badan, ayo bantu aku untuk membawa Vania ke dalam kamar." perintah nyonya Dewi.
"Baik nyonya." security tersebut yang sudah menggendong tubuh Vania menuju ke kamar.