Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemanjaan
Setelah menyelesaikan satu mata kuliah Andin pergi ke ruangan Marcel sendirian, tadinya dia ingin mengajak Ria namun sayangnya Ria teman barunya itu sudah di jemput terlebih dahulu.
"Permisi pak, boleh masuk?" tanya Andin setelah mengetuk pintu ruangan Marcel.
"Silahkan masuk" ucap Marcel lalu menghentikan kerjaannya mengkoreksi kertas.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Andin sopan.
"Panggil kakak saja kalau lagi berdua" ucap Marcel lalu berdiri pindah ke sofa.
"Sini duduk" ucap Marcel mempersilahkan Andin duduk di sampingnya.
Namun Andin memilih duduk berhadapan dengan Marcel.
"Maaf kak..." ucap Andin lalu duduk.
"Apa yang bisa saya bantu kak?" tanya Andin sopan.
" Hahaha Andin... Kamu jangan terlalu formal dengan aku. Bukannya kita sudah lama kenal" ucap Marcel dengan senyum menawannya.
"Bagaimana keadaan ayah?" tanya Marcel santai. Terakhir dia tahu ayah Andin sering sakit-sakitan.
"A-ayah... Kata kakek sudah meninggal" ucap Andin sedih.
"Kenapa kata kakek? Emang kamu masih punya kakek?" tanya Marcel penuh selidik.
"A-aku... Sebenarnya aku mengalami kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Sehingga ada beberapa kenangan yang aku lupakan. Aku juga terkejut awalnya ketika aku bertemu sang kakek" ucap Andin.
"O.... Begitu..." Marcel mengangguk kepalanya memahami cerita Andin.
"Bapak... Eh... Kakak kapan kembali dari luar negeri?" tanya Andin.
"Kakak baru 6 bulan kembali dari luar negeri. Kakak sempat mencari kamu tapi sulit berjumpa. Kakak pikir kamu kemana" ucap Marcel tersenyum.
"Aku... Aku tidak ingat tiga tahun belakangan ini" ucap Andin
"Oh ya kak... Sepertinya jemputanku sudah tiba. Aku permisi dulu ya" ucap Andin berdiri. Andin melirik ponsel baru yang di belikan Rian untuknya. Tersemat di layar nama Rian "My husband" tertera.
Andin berdiri dan membukukan tubuhnya sopan. Lalu berjalan menuju pintu namun terdengar suara Marcel yang berada di belakangnya.
"Apa boleh aku minta nomor ponselmu?" tanya Marcel.
"Boleh kk... Nomor ku 0854672199000" ucap Andin cepat lalu keluar dari ruangan tersebut.
Berapa terasa gugup berada di dekat orang yang di idolakan. Andin berjalan menuju parkiran. Tampak seorang lelaki yang sangat ia kenal sesang bersandar di mobilnya.
"Apa mungkin aku kelamaan ya?" pikir Andin lalu berterik memanggil lelaki itu.
"Om...." pekik Andin yang berhasil membuat orang yang berada di sana pada menoleh kearah sumber suara.
Andin belari mendekat lalu melompat ke arah Rian, dengan sigap Rian langsung menangkap lompatan Andin sehingga dirinya kini menemplok di badan Rian, dengan posisi kakinya melingkar di pinggang lelaki itu. Andin mengalungkan tangannya di leher Rian. Banyak wanita iri dengan Andin.
Andin tidak sadar jika dirinya menjadi bahan perhatian orang-orang di sana.
"Ngapain om yang jemput, bukannya bisa suruh sopir" ucap Andin sambil menyandarkan kepalanya di dada Rian.
"Kamu tahu, sekarang semua mata tertuju ke kita?" tanya Rian yang merasa malu dengan perilaku sang istri.
"Terserah aku, inikan suamiku" ucap Andin tepat di telinga Rian.
Marcel melihat dari jauh interaksi Andin dengan lelaki yang di sebutnya om.
"Apa dia kerabat Andin?" pikir Marcel lalu masuk kedalam mobilnya begitupun Andin dan Rian pun masuk kedalam mobil mereka.
"Uh... Berat juga badan kamu ya" ucap Rian sambil merenggangkan tangannya karena pegal.
"O... Jadi menurut om aku berat? Jika begitu aku minta gendong dengan lelaki lain sajalah!" ambek Andin di katai berat oleh Rian.
"Awas saja kamu berani" ucap Rian terdengar seksi di telinga Andin.
"Terserah... Banyak cowok yang ngantri mau gendong aku, wlekkk" ucap Andin kesal.
"O... Jadi sudah berani ya kamu..." ucap Rian ikut kesal karena cemburu.
"Ardy... Kita kehotel terdekat, aku akan beri hukuman untuk istri kecilku" ucap Rian dingin yang membuat tubuh Andin meremang.
"Jangan kak Ardy... Jangan ikuti dia..." ucap Andin takut.
"Apa katamu Kakak?" ucap Rian kesal.
"Sejak kapan kamu panggil Ardy kakak?" tanya Rian kesal.
"Terserah aku... Mulut-mulutku kok" ucap Andin namun belum juga dia menjawab lagi eh sudah di cium oleh Rian dengan lumatan yang kasar sehingga bibir Andin membengkak.
"Itu hanya peringatan aku tidak ingin kamu manggil orang lain sebutan kakak sedangkan dengan suamimu sendiri, kamu panggil om." ucap Rian begitu kesal dengan Andin.
"Terserah" ucap Andin lalu membuang wajahnya menatap jendela.
Ardy hanya bisa diam mendengar pertengkaran sepasang suami istri. Dirinya hanya sebagai saksi bisu atas keributan suami istri yang sebenarnya tidak perlu di ributkan.
Mobil mereka telah sampai di sebuah hotel ternama. Hotel bintang 5.
"Ngapain juga ke sini? Dasar om-om mesum" ucap Andin lalu keluar lebih dahulu dan berjalan menuju gerbang hotel.
"Kamu mau kemana?" Rian berusaha mengimbangi Andin yang belari darinya.
"Terserah aku, dasar om-om mesum" ucap Andin kesal dan semakin kencang larinya menyeberang jalan. Rian begitu kesal karena sulit meraih Andin.
Andin menghentikan taksi dan masuk kedalam taksi ketika Rian berhasil menyeberang jalan karena jalanan begitu padat kendaraan.
"Dasar kucing liar" umpat Rian kesal sambil menendang udara.
Ardy yang melihat bosnya ketawa geli karena kali ini bosnya gagal untuk berenak-enakan dengan Andin.
"Apa kita susul saja nona Andin?" tanya Ardy menahan tawa ketika Rian telah mendekat ke arahnya.
"Kita balik ke diaman utama," ucap Rian lalu masuk kedalam mobil.
Ardy mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang sesuai SOP yang di tentukan untuk keselamatan.
"Apa yang aku suruh kamu selidiki bagaimana perkembangannya?" tanya Rian sambil mengutak ngutik ponselnya.
"Saya sudah menemukan beberapa informasi, besok akan saya laporkan ke tuan." ucap Ardy lalu mobil mereka masuk ke dalam perkarangan besar.
Rian dengan langkah cepat ketika sampai di rumah langsung masuk dan belari ke arah kamar. Di bukanya pintu kamar dengan kasar.
Rian tidak menemui Andin di dalam kamar, dan di kamar mandi. Rian begitu panik melihat Andin tidak ada di dalam kamar. Rian belari ke dapur namun tidak di temuinya juga sosok wanita yang memporak perandakan perasaannya.
Rian melangkahkan kaki menuju taman belakang dan melihat dua wanita sedang mengobrol. Rian berusaha mendekat dengan pelan sehingga dirinya bosa mencuri pendengaran dari apa yang di obrolkan oleh dua wanita itu.
Kedua wanita yang menghadap ke arah kolam berenang itu tidak menyadari kehadiran Rian di belakang mereka.
"Aku dengar dari pelayan kamu kehilangan ingatan, begitukah?" tanya Ara santai.
"Aku ingin sekali pulih. Aku ingin tahu bertapa besar cintanya om Rian ke aku. Oh ya aku selama ini tidak tahu kamu kerabat kami dari siapa? dari aku atau dari om Rian?" tanya Andin yang menyebabkan tawanya Ara.