"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke rumah
"RIA........RIA.......!” teriak Edward dari ruang tengah.
DEG
Tia mencolek tangan Ria, sambil meliriknya.
“Di bawa tenang aja!” ucap Tia.
Ria segera menemui Edward di ruang tengah.
“Tuan panggil saya?” tanya Ria sambil menundukkan kepalanya.
“Panggil Ghina suruh dia ke sini!” titah Edward.
“Baik Tuan!” Ria bergegas ke ruang tamu, jantungnya seperti mau loncat. Menunggu kemarahan Edward saat tahu Ghina sudah tidak ada di mansion.
5 menit berlalu, Ria menghampiri Tuannya. “Tuan, maaf Non Ghina tidak ada di kamarnya!”
“Kok bisa, kamu sudah cari dia? Memangnya kamu tidak jaga Ghina!” tatapan tajam Edward muncul.
“Maaf tuan, saya dari jam 5 sudah pergi ke pasar. Dan ini saya juga baru balik dari pasar,” Ria berusaha berkata tenang.
“Suruh semua pengawal mencari Ghina sekarang juga!” titah Edward.
“Baik Tuan, saya permisi!”
Ria langsung berlari kecil mencari keberadaan salah satu penjaga untuk mencari Ghina. Setelahnya dia kembali ke dapur.
“Gimana......?” tanya Tia penuh rasa ingin tahu.
“Siap-siap bencana datang!” bisik Ria.
Belum ada 5 menit titah dari Edward, semua penjaga menyelusuri semua area mansion termasuk paviliun.
Ria dan Tia khusuk menyiangi sayur bersama pelayan lainnya.
Wajah Edward kembali terlihat garang setelah dapat laporan tidak ada Ghina di mansionnya, sedangkan hasil cctv tidak ada tanda-tanda Ghina keluar dari mansion Edward.
“Kalian itu saya gaji untuk berjaga, bukan buat tidur!” bentak Edward kepada semua penjaga rumahnya.
“Jaga bocah kecil aja kalian masih bisa lolos....huh!”
PRANK.....
PRANK.....
Semua benda pecah belah yang berada di dekat Edward, jadi tempat pelampiasan kemarahan Edward.
Ferdi asisten pribadinya pun tidak bisa menenangkannya, apalagi calon istrinya Kiren. Dia hanya berdiam diri di kamarnya takut kena amukkan Edward.
“Siap-siap kita kerja bakti!” ucap kepala pelayan melihat pecahan kaca, vas, piring, pajangan sudah tidak berbentuk lagi di lantai.
Puas melampiaskan kemarahannya Edward ke ruang kerjanya, di ikuti Ferdi.
“Segera hubungi team untuk mencari Ghina sekarang juga, sampai dapat!” titah Edward.
“Baik Tuan.” Ferdi langsung mengirim pesan ke team.
Edward menyandarkan dirinya di kursi kebesarannya, tidak habis pikir Ghina selalu lolos dari cengkeramannya.
Dia hanya ingin Ghina diam sampai hari mereka menikah, setelahnya dia akan melepaskan Ghina. Lagi pula dia tidak tertarik dengan Ghina.......si bocah kecil.
🌹🌹
Di rumah Ghina.......
Mama Sarah menangis histeris melihat kedatangan putrinya, di peluk eratnya Ghina.
“Ghin, maafkan mama nak.....hiks....hiks.”
Ada rasa rindu setelah beberapa hari meninggalkan rumah, gara-gara perjodohannya.
“Ghina juga minta maaf mam.” Mama Sarah menuntun anaknya untuk duduk di ruang tengah.
Bik Inem membawakan minum untuk mama Sarah dan Ghina, agar sedikit tenang. Setelah 10 menit mereka menangis bersama.
“Edward tahu kamu ke sini?”
“Tidak, Ghina kabur dari mansionnya mam. Tolong jangan kasih tahu!”
“Ya......”
“Bu Sarah, Ghina.....sebaiknya sarapan dulu. Pasti Ghina belum makan!” ucap Bik Inem.
“Iya Bik, Ghina belum makan sama sekali!” Ghina segera ke meja makan, dan mengambil sepiring nasi goreng.
Ghina dan mama Sarah menyantap sarapan pagi dengan keadaan tenang, walau kadang hidung Ghina meler akibat menangisnya tadi.
“Mam, jangan kasih tahu papa dulu kalau Ghina ada di rumah.”
“Kenapa memangnya nak?”
“Om Edward pasti akan mencari papa, untuk memastikan keberadaan Ghina.”
“Baiklah, mama tidak akan kabarin papa.”
Selepas menghabjskan sarapan pagi, Ghina masuk ke kamar tidur yang sudah beberapa hari tidak di tempatinya.
Kamar dengan ukuran 3x4m, walau tidak seluas kamar yang di mansion Edward. Dan ranjangnya tidak seempuk ranjang di mansion Edward, tapi buat Ghina inilah tempat yang membuat dia tertidur pulas.
Mama Sarah ikut menemani Ghina di dalam kamarnya “kamar kamu setiap hari mama bersihkan, saat kamu memutuskan kabur dari rumah. Mama selalu tidur di kamar kamu nak!” mata mama Sarah kembali berkaca-kaca.
“Terima kasih mam, maaf Ghina saat itu memutuskan pergi dari rumah mam,” Ghina menundukkan kepalanya, dari hati yang paling dalam, dia menyesalkan keputusannya.
“Mama dan papa tempo hari sudah memutuskan, kami akan memutuskan rencana pernikahan kamu nak.”
“Tapi setelah 2 hari yang lalu, dapat kabar dari Edward kalau kamu sudah di temukan. Mama dan papa tidak bisa berbuat apa-apa, di tambah Edward bilang seminggu lagi kalian akan menikah dan dia minta kamu tetap tinggal di sana.”
Ghina mere*mas-re*mas tangannya, mengingat kembali ancaman Edward jika dia membatalkan rencana pernikahan, maka papanya akan kehilangan pekerjaannya.
Melihat diamnya Ghina, mama Sarah terlihat khawatir. Takut anaknya kembali melarikan diri dari rumah.
“Mam......beri Ghina waktu tenang untuk berpikir,” ucap lirih Ghina.
“Baiklah, kamu istirahat dulu. Kalau ada yang ingin dibicarakan, ada mama.”
“Iya mam.”
Mama Sarah meninggalkan Ghina seorang diri di kamarnya, padahal ia masih ingin bersama putrinya, menemaninya, berbagi keluh, tapi nyatanya putrinya butuh untuk menyendiri.
“Ehh...iya hampir lupa belum kabari mbak Ria!” gumam Ghina sendiri.
Di keluarkannya ponsel dari tas kecilnya.
✅Ghina
Assalamualaikum, mbak Ria....saya sudah sampai dirumah. Keadaan mbak gimana?
✅ Ria
Walaaikumsalam Non, alhamdulillah sudah sampai rumah. Keadaan mbak aman non, tapi di sini lagi gak aman.
✅Ghina
Gak aman gimana mbak?
✅Ria
Tuan besar mengamuk, saat tahu Non Ghina tidak ada di mansion 😁.
✅Ghina
Oh.....kiraiin apaan. Kayak saya penting aja di cariiin 😁.
✅Ria.
Karena Non Ghina itu cantik, makanya dicariiin sama Tuan Besar.
✅Ghina
Bisa aja mba Ria memuji.
✅Ria
Ya udah non, baek-baek ya di rumah. Saya mau balik kerja lagi.
✅Ghina
OK, met kerja mbak.
“Cari sana sampai ke Jonggol, saudara sendiri di jadiin tumbal buat kawin lagi!” gumam Ghina.
Derrt ... Derrt
Baru selesai chatting dengan Ria, tiba-tiba ponsel Ghina berdering.
Tante Feby Calling
“Assalamualaikum Ghina," sapa Tante Febby, pemilik butik.
“Walaikumsalam Tante Feby," balas sapa Ghina.
“Ghina, besok ada acara gak?”
“Gak ada sih Tante, kenapa memangnya?” tanya Ghina.
“Besok kamu ada kerjaan, seperti biasa jadi model butik tante tapi barengan sama partner tante. Kamu bisakan?” balas Tante Feby.
“Bisa dong kalau buat Tante Feby.”
“Ok kalau begitu besok pagi Lusi jemput kamu di rumah ya, karena foto shootnya bukan di studio.”
“Siap Tante," balas Ghina, semangat.
Alhamdulillah besok ada job, lumayan buat tambah tabungan. Sepertinya gue harus menikmati waktu yang singkat ini, sebelum kembali ke kandang macan.
🌹🌹
Sore hari Papa Zakaria sudah pulang dari kerjanya, mama Sarah menyambutnya dengan senang hati.
“Mam, tadi Edward bilang ke papa. Ghina kabur dari mansionnya,” ucap papa seraya duduk di kursi tamu.
“Kita harus cari kemana mam, Edward sudah menyebarkan anak buahnya.”
Mama Sarah terlihat tenang, tidak menggubris omongan suaminya. Mama Sarah menyuguhkan kopi hangat, lalu ikut duduk bersama dengan suaminya.
“Mama kok kelihatan tenang sekali,” sedikit aneh menurut Papa Zakaria.
“Assalamualaikum Pah,” sapa Ghina di ruang tamu.
“Ghina.......!” Papa Zakaria terkejut, dan memeluk anaknya.
“Kamu di sini nak?” tanya Papa Zakaria.
“Papa.......gak suka kalau Ghina pulang ke rumah?” tanya Ghina dengan tatapan menyelidik.
.
.
bersambung