Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 5
" Kita bicarakan ini ditempat lain saja, kau bisa kan? " tawar Dario menatap sekitarnya yang beberapa curi-curi pandang seolah mendengarkan percakapan mereka membuat Dario tidak nyaman.
" Oh boleh, aku izin dulu bekerja. "jawab Jillian beranjak dari duduknya di lihatnya Jillian tampak mengusap perutnya dan meringis pelan yang mampu Dario tangkap.
Saat ini Dario dan Jillian berada di taman kota, mereka saling diam sejak beberapa menit memarkirkan mobil.
" Jadi bagaimana? apa ada solusi yang tepat Om? kalau tidak ada, bantu carikan tempat aborsi saja. " tanya Jillian membuka obrolan mereka.
Dario menghembuskan nafas kasar, kata-kata itu lagi yang dia dengar.
"Jawab dong! tadi di cafe cerewet banget mulutnya, giliran sekarang diam aja. " dengus Jillian.
Dario menatap tajam mata Jillian membuat wanita itu menundukkan pandangan nya tatapan bak menusuk seperti sebilah pedang terpancar dimata Dario yang siap kapan saja membelah tubuh Jillian jadi dua seperti itulah tatapan Dario bagi Jillian.
" Kamu mau aborsi saja? " tanya Dario.
" H-hah? ya ka-kalau, Om Dokter mau nya gitu." Jawab Jillian tampak ragu.
" Berapa usia kandungan kamu. " tanya Dario mulai menjalankan mobil nya.
" Ti-tiga Bu-bulan, ini kita mau kemana? " tanya Jillian sedikit takut.
" Mau aborsi, sebelum itu kita periksa dulu. " ucap Dario semakin melajukan mobilnya.
" Kenapa harus periksa? apa Om Dokter tidak percaya ini anak Om? Kalau Om dokter lupa, saat itu Om yang ambil perawan ku. " jelas Jillian emosi.
" Iya, saya tidak percaya! kenapa kamu baru menemui saya saat usia kandungan kamu sudah 3 bulan? " hardik Dario.
" Jadi sebab itulah, Om memilih saya aborsi kan? " tanya Jillian tersenyum getir.
" Iya! kalau mau, kamu bisa membesarkan nya sendiri kalau tidak kita pergi ke tempat aborsi. " ucap Dario tegas.
" Ab-aborsi saja, tidak masalah. " ucap Jillian menatap kearah jendela suaranya mulai bergetar suasana hatinya tidak karuan.
" Kau tidak takut resiko kedepannya seperti apa? " tanya Dario menatap Jillian sekilas.
" Ti-tidak, aku siap menanggung resikonya apapun itu. " jawab Jillian mantap.
" Baguslah. " jawab Dario.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Jillian berdiri menatap bangunan dihadapannya yang sangat sepi tidak ada kendaraan apapun terparkir disana kecuali kendaran milik Dario.
Saat ini Jillian dibawa kedalam ruangan dokter kandungan, tubuhnya menegang saat seorang dokter perempuan menggerakan alat sensor USG diperutnya. saking takutnya tubuh wanita hamil itu bergetar ia memejamkan matanya sambil memegang erat tangan Dario tanpa ia sadari.
Dario yang berdiri disamping brankar itu sampai tersenyum kikuk dan mau pada dokter dihadapan nya yang senyum-senyum melihat keromantisan Dario dan JIllian.
" Lihatlah, janinnya sangat sehat, usianya sudah 13 minggu semuanya normal. " ucap dokter Briana.
Jantung Dario berdegup kencang untuk pertama kalinya saat mendengar detak jantung calon anaknya sedangkan Jillian sudah meneteskan air matanya rasanya masih belum bisa percaya ada kehidupan lain di dalam dirinya. rasanya Jillian tidak tega menggugurkan janin sialnya ia mulai sayangi.
" Bisa kita bicara berdua dulu dok? " tanya Dario.
" Bisa, silahkan kesebelah sini saja Pak. " ucap Bu Briana memilih pergi duluan.
" Kamu tunggu disini, saya tidak akan lama kok. " ucap Dario tegas meninggalkan Jillian seorang diri disana.
Jillian kembali tegang, penasaran apa yang mereka bicarakan dibelakangnya, apa jangan-jangan Dario dan dokter itu sudah mempersiapkan untuk aborsinya?
" Ap-apa aku akan mati secepat ini? " pikir Jillian dangkal.
" Tidak! tidak boleh! ak-aku harus mempertahankan janin ini. " tekad Jillian mantap.
Wanita itu beranjak dari brankar mendekati arah pintu yang tertutup rapat,s epertinya mereka mengobrol diruangan lain, saat akan membuka knop pintu dari luar pintu itu sudah terbuka siapa lagi kalau bukan Dario.
" Mau kemana kamu? "tanya Dario menatap tajam.
Tubuh Jillian kembali kaku mulutnya seolah membisu tidak bisa mengatakan apapun.
" Ma-mau pulang. " ucap Jillian cepat mengambil ancang-ancang berlari.
" Kamu tidak jadi aborsi? " tanya Dario lagi.
" Tidak! Tid-tidak mau! kalau dokter gak mau tanggung jawab! aku bisa membesarkan nya sendiri!!! " ucap Jillian panik sendiri saat Dario mulai mendekatinya.
" Ayo ikut saya! " tarik Dario.
Gak! aku gak mau aborsi! aku mau pertahanin janin ini!!! lepaskan aku brengsek!!! " pekik Jillian saat tubuhnya diangkat Dario.
" Dario! apa yang kau lakukan pada pasien ku! " seru Bu Briana berkacak pinggang.
Dario dan Jillian melihat keberadaan Dokter Briana disana menatap Dario kesal.
" Sorry, aku tidak bermaksud kok. " cengir Dario.
" Turunkan dia! kau tahu kan ibu hamil tidak boleh di gendong di pundak. " ucap Bu Briana melangkah menuju meja kerjanya.
" AKU TIDAK MAU ABORSI!!! " teriak Jillian lagi air matanya sudah menggenang di pelupuk mata.
" siapa yang ingin mengaborsi mu nak? "tanya Bu Briana.
" Om dokter! " tunjuk Jillian pada Dario yang berdiri di belakang kursi tempat ia duduk.
Dokter Briana meantap tajam Dario! sedangkan yang ditatap tampak bodo amat terkesan tidak perduli.
" Tidak akan ada yang mengaborsi mu Jillian. " ucap Dokter Briana.
" Tapi ini tempat Aborsi kan dok " tanya Jillian polos.
" Hahaha, bukan! ini ruamh sakit bersalin. " ucap Dokter Briana.
" Kau sudah di bohongi oleh pria itu, jangan pernah mempercayai ucapannya. " sambung Briana terkekeh melihat kepolosan Jillian yang pecaya saja.
" Sial aku tertpu!!! " kesal Jillian melirik tajam pria itu.
" Saya hanya dokter kandungan biasa saja disini, saya hanya ingin memberitahu saja pola aktivitas dan pola makan ibunya harus di ubah ya. " jelas dokter Briana.
" Maksudnya dok? " tanya Jillian.
" Sebelumnya Ibu Jillian ada kontrol kandungan beberapa bulan terakhir? " tanya dokter Briana.
" Em, gak ada dok. terakhir itu pas awal kehamilan saja sisanya saya check lewat ponsel saja untuk tahu perkembangan nya. " jelas Jillian menundukan pandangan nya saat Dario meantap nya tajam.
" Apa malnutrisi Bu Briana? "tanya Dario.
" Benar Pak Rio, Bu Jillian mengalami Malnutrisi. jadi pola makan nya harus diubah, perbanyak makan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan. pebanyak minum vitamin C dan penambah darah minum susu juga harus. dan di imbangi minum air putih, ibu hamil tidak boleh sampai terkena dehidrasi. " jelas Dokter Briana.
" Kamu selama ini sepertinya , jarang makan ya? tidak minum vitamin, tidak minum susu, makana yang berserat jarang istirahat. "
ucapan dokter Briana sangat telak sekali, semua nya memang benar yang dikatakan dokter Briana.
" I-iya dok, saya jarang minum vitamin, minum susu kalau istirahat mungkin sekitaran 4 sampai 5 jam saja. " ucap Jillian menghitung waktu jam pulang bekerja nya.
" Kalau boleh tahu, Bu Jillian biasa makan setiap jam kapan saja? apa sering terjadi mual selam ini? " tanya Dokter Briana.
" Mual, iya dok. setiap bangun tidur terus juga beberapa kali sering keluar darah flek gitu kenapa ya Dok? " tanya Jillian.
" Sepertinya Bu JIllian harus istirahat total dulu, jangan bekerja yang terlalu berat, perbanyak istirahat kasihan janinnya. " ucap Dokter Briana.
" Kalau itu saya kurang tahu ya dok, saya harus bekerja. " ucap Jillian menyengir pelan.
" Saya berikan resep obatnya silahkan ditebus ya pak. " ucap Dokter Briana menghela nafas lelah.