Daniel Hao, seorang sopir yang menyelamatkan Tuan Besar Jimmy Li saat terjadi pengeboman di pabriknya. Sebagai ucapan terima kasih Daniel dinikahkan dengan Sandra Li, gadis kesayangan dan kebanggaan dari keluarga besar Li.
Daniel dipandang rendah dan hina oleh keluarga Li lainnya. Bahkan disebut sebagai menantu sampah karena tidak berguna sama sekali keberadaan dia dia keluarga Li dan menjadi aib bagi mereka. Akan tetapi, mereka tidak bisa berbuat semena-mena kepadanya. Sebab laki-laki itu berada dalam perlindungan Tuan Besar Jimmy Li.
Suatu hari Daniel menemukan selembar kupon lotre di tong sampah, dengan nomor seri sama dengan tanggal ulang tahun ibunya. Ternyata kertas itu merupakan pemenang lotre dengan hadiah uang sebanyak 300 juta Yuan. Maka Daniel pun membeli banyak saham di beberapa perusahaan dan sebagiannya dipakai buka usaha bersama teman baiknya untuk membuktikan kalau dia pun bisa menjadi orang yang setara dengan orang-orang yang merendahkan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Musuh Mengintai Kembali
Bab 6
Daniel mendatangi tempat kejadian perkara, di mana Leon mengalami kecelakaan. Di sana sudah ada Nathan dan mengambil banyak foto dan video keadaan mobil milik ayah mertua Daniel.
"Bagaimana? Apa yang kamu dapatkan?" tanya Daniel begitu sampai di sana.
"Ban mobil mereka pecah karena satu tembakan. Lihatlah!" Nathan menunjuk ban mobil yang rusak.
Mobil itu dalam keadaan terbalik, inilah yang tadi membuat tim penyelamat kesulitan mengeluarkan ketiga penumpangnya. Banyak sekali darah yang menempel di sana. Bahkan bau amis tercium sangat menyengat.
"Apa pelurunya sudah diambil oleh polisi?" tanya Daniel setelah memperhatikan keadaan ban mobilnya.
"Ya. Mereka berhasil menemukan pelurunya," jawab Nathan.
Laki-laki muda itu sangat tajam penglihatannya dan berotak cerdas. Untuk menyadari hal seperti ini sangatlah mudah baginya.
"Kamu sudah memeriksa dengan seksama?" tanya Daniel sambil menerima sebuah tablet android dari temannya ini.
Semua informasi yang di dapatkan oleh Nathan sudah dia tulis di sana beserta foto sebagai bukti. Sesuai harapannya kerja Nathan selalu memuaskan.
"Ya. Aku sudah memberi tahu semua di dalam file dokumen itu," jawab Nathan dengan senyum bangga karena melihat Daniel tersenyum saat membaca laporan hasil kerjanya.
Nathan tahu kalau Daniel adalah tipe orang yang suka informasi secara detail meski hal sekecil apa pun itu. Sebungkus cangkang permen saja, bagi dia itu adalah suatu informasi penting jika ada di sekitar kejadian.
"Jika ban mobil tertembak di titik 120 meter dari arah bank Diamond, maka sniper berada di tempat yang lebih tinggi dari bangunan itu. Satunya tempat itu adalah Hotel King yang berjarak 250 meter dari sini," kata Daniel sambil melihat ke arah bangunan menjulang tinggi yang memiliki lantai sampai 25 tingkat.
Mulut Nathan menganga, karena dia tidak sampai memikirkan di mana orang itu melakukan aksi tembaknya. Tadi dia hanya menandai di mana tempat ban mobil tertembak.
"Apa kamu akan memeriksa Hotel King?" tanya Nathan dengan mata berbinar karena dia sudah berkhayal akan menangkap penjahatnya.
"Aku serahkan itu kepadamu. Karena aku harus pergi ke suatu tempat," jawab Daniel dengan alis terangkat sebelah saat melihat ekspresi wajah Nathan yang kecewa.
"Aku yakin kamu pasti bisa menemukan banyak petunjuk karena kamu adalah laki-laki yang hebat," puji Daniel dan itu membuat Nathan senang dan jadi penuh semangat.
"Baiklah. Nanti aku akan menghubungi kamu jika sudah berhasil mengumpulkan banyak data dan informasi yang aku dapatkan," sahut Nathan dengan penuh semangat dan Daniel pun menepuk kedua bahu pemuda itu.
***
Daniel bergegas mendatangi kampus Sandra. Dia menyelinap masuk ke area fakultas ekonomi dan bisnis. Laki-laki itu ingin melihat keadaan sang istri. Dia merasa kalau perempuan itulah yang sedang dalam bahaya. Meski pada kenyataannya malah Leon yang jadi korban kecelakaan hari ini.
Terlihat kalau Sandra sedang membaca buku bagi orang lain, tetapi Daniel tahu kalau perempuan itu sedang membaca novel online lewat ponsel pintarnya. Gadis itu tidak menghiraukan godaan dari temannya dan masih tetap fokus pada kegiatannya.
Daniel berkeliling area kampus dengan menyamar sebagai seorang mahasiswa. Dia memakai setelan kasual seperti penampilan para mahasiswa pada umumnya. Kepalanya ditutup oleh topi untuk menyamarkan wajahnya.
'Gadis itu suka pergi ke area mana saja di kampusnya, ya?' batin Daniel sambil melihat keadaan kantin yang lumayan dipenuhi mahasiswa yang sedang makan atau kumpul-kumpul sambil ngopi.
'Apa aku harus meretas cctv kampus ini, ya? Agar bisa tahu ke mana saja Sandra suka menghabiskan waktu saat di kampus,' lanjut Daniel dalam hatinya.
Handphone miliknya bergetar, segera saja di pergi ke tempat yang sepi. Lalu, dia geser tombol berwarna hijau
"Bagaimana?" tanya Daniel kepada orang yang diajak komunikasi dengannya.
"Aku sudah selesai membuat barang yang kamu minta," jawab orang di seberang sana.
"Bagus. Aku suka cara kerjamu yang cepat," puji Daniel.
"Kita janjian di mana?" tanya orang itu lagi.
"Di sebuah cafe dekat stasiun," jawab Daniel dan panggilan itu pun berakhir.
***
Sandra melihat kesal ke arah Daniel saat turun dari mobilnya. Laki-laki itu terlihat tampan dan gagah dengan baju santai khas anak muda. Banyak mahasiswi yang menatap penuh damba kepadanya.
"Kenapa penampilan kamu seperti itu? Menjijikan!" hina Sandra berbanding terbalik dengan perasaannya.
"Saat ini Tuan Leon sedang berada di rumah sakit. Nyonya ingin Nona langsung datang ke sana," kata Daniel tidak menghiraukan hinaan untuknya tadi.
"Papa di rumah sakit? Kenapa dia? Sakit apa?" tanya Sandra sambil mengguncangkan tubuh Daniel.
"Tuan mengalami kecelakaan tadi pagi. Tapi kondisinya tidak terlalu parah meski harus dirawat dulu di rumah sakit," jawab Daniel dengan tenang.
"Kenapa papa bisa mengalami hal itu?" tanya Sandra dengan air mata yang bercucuran. Dalam pikirannya sang ayah sedang berbaring terbujur di atas ranjang pasien.
Tanpa banyak bicara lagi Daniel membawa Sandra masuk ke dalam mobil. Lalu, dia pun melajukan mobilnya keluar area kampus.
"Sial!" umpat Daniel saat menyadari ada dua motor dan satu mobil membuntuti mereka.
"Kenapa?" tanya Sandra saat mendengar umpatan dari mulut sopirnya.
"Sepertinya kita dibuntuti oleh beberapa orang, Nona. Bagaimana ini? Mau tetap ke rumah sakit langsung atau kita berkeliling dulu untuk lepas dari intaian mereka?" tanya Daniel.
Wajah Sandra mendadak pucat saat mendengar ada yang sedang membuntuti mobil mereka. Sandra teringat kejadian beberapa hari yang lalu, saat mereka juga dikejar-kejar oleh sebuah mobil dan Daniel mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh dan itu membuat si gadis shock.
"Siapa mereka? Kenapa mereka membuntuti kita?" tanya Sandra sambil menatap ke arah Daniel yang masih fokus menyetir.
"Aku belum yakin siapa mereka. Kamu sendiri juga tahu bukan, kalau keluarga Li sedang dalam bahaya?"
Sandra terdiam dan mengingat-ingat kembali apa yang sudah terjadi kepada keluarganya. Berawal dari pabrik yang hancur dibom dan mengakibatkan kakeknya terluka parah. Lalu, dirinya yang sering dibuntuti entah oleh siapa. Tadi pagi ayahnya mengalami kecelakaan.
"Apakah mereka saingan bisnis keluarga Li?" tanya Sandra.
***
