Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk kerja.
Apey mengenakan kemeja warna putih membawa tas gendong langsung melangkah menuju belakang hotel, Apey bertemu beberapa pekerja di belakang hotel yang sedang duduk di bangku besi tempat ngopi tanpa ragu ragu menyapa dengan wajah sumringahnya.
"Selamat pagi Bang," sapa Apey.
"Pagi,"
"Pagi,"
"Kamu pekerja baru?" tanya salah satu.
"Belum Bang, baru melamar," jawab Apey.
"Di bawa siapa?" tanyanya kembali.
"Pak Anton Bang," jawab Apey.
"Oh Pak Anton kepala restoran, jamin masuk kalau sudah di bawa Pak Anton, duduk sini," sambungnya menyuruh Apey duduk.
"Siap Bang terima kasih," Apey langsung mendekat dan duduk.
"Nama saya Beni," ucapnya memperkenalkan diri menyodorkan tangan.
"Saya Apey Bang," ucap Apey menerima sodoran tangan Beni.
"Ganteng juga wajah lu Pey, pasti banyak cewek yang bakal naksir nanti, sudah nikah belum?" tanya Beni.
"Belum Bang saya jomblo," jawab Apey.
"Wah sama kalau gitu, gua juga masih jomblo," sambung Beni.
"Lah kenapa Abang jomblo? kan banyak cewek di sini?" tanya Apey heran.
"Di tolak gua," jawab Beni.
"Ya habis lu yang salah, udah tahu kerja kita cuma bersih bersih, malah suka sama staf room attendant ya jelas di tolak," celetuk pekerja satunya.
"Ya namanya juga berusaha, yang penting gua sudah ngungkapin cinta gua," tempas Beni.
"Pasti cantik ya Bang ceweknya?" tanya Apey.
"Wih pokoknya cantik putih mulus bersih, idaman gua banget," jawab Beni.
"Cantikan mana sama Azalea?" tanya pekerja satunya.
"Ya kalau sama Azalea sih masih jauh, Azalea punya body langsing lebih tinggi," jawab Beni.
"Artis dan kaya rayanya tidak di sebut?" tanyanya kembali.
"Ya termasuk itu," jawab Beni.
Saat Apey dan teman barunya berbincang bincang, Anton datang bersama staf bagian kepala office boy, Apey Beni dan yang lainnya langsung berdiri.
"Apey, ini Pak Harnolis bagian kepala penanggung jawab semua kebersihan di hotel ini, Pak Harnolis sudah cukup lama kerja di hotel ini, nanti semua tugas dan seragam kamu, Pak Harnolis akan mengurusnya," terang Anton.
"Siap Pak Anton," Apey langsung mengangguk.
Pak Harnolis menatap wajah dan perawakan Apey yang jauh lebih menonjol dengan pekerja di hotel itu, hati kecil Pak Harnolis tidak memungkiri melihat wajah Apey selain tampan juga terlihat memiliki karismatik.
"Apa kamu sebelumnya sudah punya pengalaman kerja?" tanya Pak Harnolis.
"Belum Pak, tapi saya bisa bawa mobil kalau di kampung sering membawa panen rempah rempah para tani ke pasar," jawab Apey apa adanya.
"Syukurlah, setidaknya kamu bisa selang bawa mobil jika suatu saat ada kondisi urgen buat ke butuhan hotel ini," sambung Pak Harnolis.
"Siap Pak," Apey langsung mengangguk.
"Lamaran kamu di bawakan?" tanya Anton.
"Ada Pak saya bawa," jawab Apey.
"Ayo ikut saya, yang lain silahkan siap siap," ajak Pak Harnolis.
"Baik Pak," sahut yang lainnya langsung pergi menuju locker room.
"Pak Anton, terima kasih banyak, saya ikut dulu Pak Harnolis," ucap Apey.
"Iya Apey sama sama, moga kamu betah," balas Anton.
"Insya Allah Pak," Apey mengangguk.
"Pak Anton, saya bawa Apey dulu," ucap Pak Harnolis.
"Silahkan Pak, saya pun mau langsung ke ruangan," balas Anton.
Pak Harnolis langsung pergi membawa Apey ke ruangannya untuk mengurus lamaran Apey dan seragamnya, Apey begitu semangat mengikuti Pak Harnolis menuju ke ruangannya.
Pagi itu di tempat lain, Pak Wiguna dan Bu Maharani keduanya duduk di ruangan tengah, keduanya sedang membicarakan hendak mencari supir baru yang sekaligus menjaga Randika, karena supir yang sudah sudah tidak ada yang kuat menjaga Randika meskipun dengan gaji cukup besar enam juta perbulan.
Randika sekolah di tempat sekolah khusus bagi anak anak yang sama berkebutuhan khusus, kebanyakan anak anak yang sama nasibnya dengan Randika lumpuh dari kecil lumpuh akibat kecelakaan dan lumpuh mendadak dengan sendirinya.
"Apa sampai sekarang belum ada yang mendaftar jadi supir Randika Pah?" tanya Bu Maharani.
"Belum ada Mah, kalau kita sembarangan mencari supir buat Randika, Papa takut terjadi apa apa sama Randika," jawab Pak Wiguna yang sudah beberapa minggu ini membuka lowongan supir.
"Teman bisnis Papa kan banyak, apa Papa tidak memberitahukannya kalau kita sedang membutuhkan supir untuk Randika?" tanya kembali Bu Maharani.
"Sudah sering Mah, tapi kebanyakan bilangnya tidak akan sanggup jika sambil mengurus Randika," jawab Pak Wiguna serasa putus asa.
"Ya sudah nanti kita gantian saja ngantar Randika ke sekolah, yang penting pekerjaan Papa tidak terganggu," usul Bu Maharani.
"Iya Mah, coba lihat Randika ke kamar sudah siap apa belum," titah Pak Wiguna.
"Iya Pah!"
Bu Maharani berdiri melangkah menuju kamar Randika, setelah sampai langsung mengetuknya.
"Randika," seru Bu Maharani perlahan sambil mengetuk pintunya.
Klek tidak selang lama Randika membuka pintu dari dalam kamar, yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah SMP.
"Wah, anak Mama sudah ganteng ternyata," puji Bu Maharani sambil senyum.
"Makasih Mah, yang mau ngantar Randika Papa atau Mama?" tanya Randika sambil senyum.
"Hari ini Mama yang ngantar, karena Papa ada urusan dulu, tidak apa apakan kalau Mama yang ngantar Randika sekarang?" tanya Bu Maharani dengan lembut.
Randika senyum lebar lalu mengangguk berulang ulang, membuat mata Bu Maharani berkaca kaca yang melihat Randika selalu tersenyum, Bu Maharani langsung masuk ke dalam kamar mengambil tas sekolah di atas meja belajar.
Randika melajukan kursi roda elektriknya menuju pintu depan, Pak Wiguna sudah menunggu depan pintu.
"Rajin dan semangat sekali anak Papa ini sekolahnya, bikin Papa bangga," puji Pak Wiguna sambil senyum.
"Makasih Pah, Papa mau ada urusan ya?" tanya Randika.
"Iya, hari ini Randika sama Mama dulu ya, karena Papa kan harus cari uang juga buat Randika sekolah nanti sampai kuliah," bujuk Pak Wiguna senyum.
"Iya Pah, Papa hati hati," Randika menatap sambil senyum.
"Emuach, anak Papa ini selalu bikin Papa semangat mencari uang," puji kembali Pak Wiguna sambil mencium kening Randika.
Pak Wiguna langsung mendorong kursi roda menuju mobil, Bu Maharani mengikuti dari belakang sambil membawa tas sekolah Randika, dan bekal sarapan Randika karena semenjak Azalea jarang pulang kerumah, Randika selalu menolak untuk sarapan bersama di rumah karena tidak ada Azalea Kakaknya.
Di tempat lain, di kamar hotel Ririn sudah datang membawakan bubur ayam untuk Azalea, karena hanya dengan bubur ayam Azalea suka mau sarapan pagi, Ririn sangat mengerti dengan watak dan sikap Azalea yang keras, selain itu gaji Ririn cukup lumayan besar menjadi asisten Azalea seorang artis cantik papan atas.
"Bangun Nyonya besar, hari ini adegan syuting akan lebih banyak dan memakan waktu, ayo bangun," titah Ririn yang sudah menyiapkan bubur ayam di atas meja.
Azalea membuka matanya menurunkan selimut di tubuhnya, menatap langit langit kamar hotel.
"Yeh malah bengong, ayo cepet, kita jangan sampai telat di tempat syuting," titah kembali Ririn berdiri samping tempat tidur.
Azalea perlahan bangun melangkah menuju kamar mandi, Ririn langsung menyiapkan berkas untuk adegan syuting hari itu.
Saat Ririn menyiapkan berkas terdengar pintu kamar hotel di ketuk dari luar, Ririn langsung melangkah menuju pintu dan langsung membukanya.
"Selamat pagi, apa ada yang Non Azalea butuhkan hari ini?" tanya Bagas yang menjabat sebagai manager muda di hotel itu.
"Tidak ada, hari ini Azalea mau langsung ke tempat syuting," jawab Ririn.
"Baik, kalau begitu saya permisi!" Bagas langsung melangkah pergi.
"Tunggu sebentar," seru Ririn keluar dari pintu.
"Iya Mbak," Bagas langsung mendekat.
"Saya mau tanya, apa hari ini ada pekerja baru yang melamar kerja?" tanya Ririn.
"Iya ada, bawaan Pak Anton," jawab Bagas.
"Siapa namanya?" tanya Ririn.
"Apey dari kampung," jawab Bagas.
"Apey? namanya beneran Apey?" tanya Ririn merasa aneh mendengar nama Apey.
"Iya, sudah masuk data pekerja, namun saya belum kirim filenya ke Pak Boss," jawab Bagas.
"Ok terima kasih," Ririn mengangguk.
"Sama sama, permisi!" Bagas langsung melangkah pergi.
Ririn langsung kembali masuk ke kamar sambil mengerutkan dahi mendengar nama Apey, nama yang begitu asing di telinganya.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman