Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Rasa Penasaran Damian
Setelah dari universitas, Celine tak langsung kembali ke penthouse Damian, melainkan dia datang ke kantor pria itu dengan membawa paper bag berisi makanan.
Celine masuk begitu saja melewati meja resepsionis. Gadis itu sesaat menyapa mereka yang menatapnya secara terang-terangan. Setelah kepergian gadis itu, terdengar suara sumbang yang mulai riuh membicarakan Celine.
"Ku dengar dari bagian HRD mengatakan jika gadis tadi adalah sugar babynya tuan Damian."
"Pelankan suaramu, Claude. Bahkan dinding di belakangmu ini memiliki telinga." tegur salah satu resepsionis lainnya.
"Sebaiknya kalian bekerja dari pada banyak bicara yang bukan-bukan."
Keempat resepsionis yang sedang bergunjing itu pun diam membeku. Mereka bahkan tak berani mengangkat wajahnya karena mereka sangat hapal siapa yang menegur mereka barusan.
Mateo menatap tajam keempat wanita itu dan tak ada 1 pun yang berani menjawab ataupun mengangkat wajahnya.
"Lain kali jika aku mendengar kalian membicarakan nona Celine lagi, akan aku pastikan kalian akan kehilangan lidah kalian itu." Setelah mengatakan ancamannya, Mateo dan Sebastian ikut menyusul Celine ke atas.
Di lantai 17, Damian sedang sangat fokus mengerjakan pekerjaannya. Dia sampai tak menyadari wanitanya telah berdiri cukup lama di depan pintu ruangannya.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Celine. Damian mengalihkan pandangannya dari laptop dan lalu tersenyum hangat.
"Kau benar-benar datang di saat yang tepat, Baby. Kemarilah aku sangat membutuhkanmu."
Celine meletakkan paper bag berisi makanan yang dibelinya di atas meja. Dia lantas berdiri di dekat Damian. Pria itu langsung menarik tangan Celine hingga Celine terduduk di atas pangkuannya.
Damian memeluk perut Celine dengan erat. Dia meletakkan kepalanya di bahu gadis itu. Damian bisa merasakan degup jantung Celine berdebar lebih cepat. Pria itu tersenyum tipis tanpa Celine tahu.
"Da_mian, jangan seperti ini. Bagaimana jika ada yang melihat. Aku malu."
"Tidak ada yang akan beranimasuk ke ruangan ini tanpa ijin dariku."
"Tapi ...."
"Sebentar saja. Kita berpisah sudah terlalu lama. Energiku sudah habis terkuras untuk pekerjaan-pekerjaan itu dan aku sedang mengisi ulang dayaku."
"Aku hanya peri 3 jam saja, jangan berlebihan," kata Celine. Wajahnya sudah semerah tomat. Dia merasa merinding karena hembusan napas Damian membelai ceruk lehernya.
"Damian, aku sudah lapar. A_yo kita makan." Celine hendak berdiri dari atas pangkuan Damian, tapi pria itu menahannya. Damian mengecup sekilas leher jenjang Celine hingga membuat tubuh Celine menegang.
"Damian, jangan membuatku marah," ujar Celine. Namun, bukannya takut Damian justru terkekeh.
"Aku tahu kau tidak akan bisa marah padaku, Baby."
Celine lantas melompat dari pangkuan Damian dan menginjak kaki pria itu dengan sengaja. Bukannya merasa kesakitan, Damian justru tertawa. Dia merasa gemas dengan tingkah gadis itu. Sikap Celine masih terlihat kekanakan, tapi di dalamnya dirinya yang kekanakan itu menyimpan sisi lain yang tak bisa disinggung.
Celine menata makanan di atas meja tamu. Damian segera menyusul Celine dan duduk di samping gadisnya itu.
"Bagaimana? Apa kau sudah menentukan ingin masuk kuliah di mana?"
"UCLA."
"Itu bagus. Lalu apa kau sudah menentukan jurusan apa yang akan kau ambil?"
"Hmm, ya. Aku akan mengambil jurusan ilmu komputer."
"Apa kau tertarik menjadi hacker?"
"Tidak, tapi temanku akan masuk ke jurusan itu. Jadi aku juga langsung mengambil jurusan itu."
"Teman? Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan. Aku tidak suka punya teman laki-laki asal kau tahu."
"Oh, ya? Kenapa?" tanya Damian penasaran.
Celine mendadak diam, Dia menyodorkan kotak makan siang yang tadi dibelinya dari sebuah restoran Jepang yang mendapat penghargaan 2 bintang michelin.
"Kau doyan makanan seperti ini kan?" tanya Celine. Dia mengalihkan pembicaraan hingga membuang Damian mengernyit curiga. Sepertinya Celine menyembunyikan sesuatu darinya dan Damian akan mencari tahu nanti.
"Ya." Damian menjawab singkat. Dia mengambil kotak bento-nya. Selama makan mereka berdua menjadi diam. Celine terlihat lebih banyak melamun dari pada makan.
"Apa makanannya tidak enak?" tanya Damian mengejutkan Celine.
"Tidak. Makanan ini enak."
"Jika begitu kenapa kau hanya mengaduk-aduknya dari tadi."
"Aku sudah kenyang, Dam."
"Kau bahkan belum 3 kali memasukkan makanan itu ke dalam mulutmu."
Celine menghela napasnya. Dia meletakkan kotak bento-nya dan lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Damian merogoh ponselnya dan mengetikkan sesuatu alu mengirim pesan itu pada Mateo.
(Aku ingin kau mengorek semua masa lalu Celine dari Sebastian. Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu dariku)
Tak lama Damian langsung mendapat balasan dari Mateo.
(Aku sebenarnya tidak menolak tugas ini, tapi saranku sebaiknya kau pelan-pelan menanyakan langsung pada Celine. Dari pada nanti dia marah karena kau mencoba mengorek informasi tentangnya tanpa sepengetahuan dirinya.)
Damian sejenak berpikir dan lalu menghapus pesannya. Ya, sebaiknya dia pelan-pelan mencari tahu. Jangan sampai Celine malah justru kecewa padanya dan meninggalkan dirinya.
...****************...