Simpanan Sang Presdir

"Kenapa kamu menjemput Ivana? Ku pikir kamu akan mengajak Gloria?" celetuk Gio, Aston bahkan langsung meninju lengan pria itu.

Sementara Aland hanya tersenyum kecil.

Sedangkan Aylin tidak memberikan respon apapun, mereka semua juga tahu bahwa Aston dan Gloria menikah hanya karena perjodohan dua perusahaan.

Tapi mereka semua belum tahu tentang hubungan Aston dan Ivana.

"Aduh, sakit Aston!" kesal Gio, usia mereka sudah tidak muda lagi, tapi sering sekali bertengkar seperti ini.

Ivana hanya terdiam, dia bingung harus menanggapi apa jika membahas tentang Gloria.

Namun diamnya Ivana tersebut diamati oleh Aylin, sebagai sesama wanita dan mengerti keadaan pertemanan mereka, Aylin seperti bisa merasakan bahwa ada sesuatu diantara kak Ivana dan juga kak Aston.

Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan semuanya.

Aston hanya mengantar sampai ke depan lift, tapi saat berpisah tatapannya terus tertuju pada Ivana.

"Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk melihatku di sini," ucap Ivana, bicara pada semua orang. Dia bersyukur sekali karena Aylin masih bersedia menjalin pertemanan dengannya, setelah semua peristiwa buruk yang terjadi di masa lalu.

"Jangan bicara seperti itu, jika butuh bantuan apa-apa katakan padaku," jawab Aylin.

"Katakan padaku juga tidak masalah, bahkan jika kamu ingin pergi ke Club aku juga akan menemani," sahut Gio.

"Kak Gio!" kesal Aylin, kak Gio adalah yang paling racun diantara teman-teman sang suami, yang belum taubat-taubat sampai sekarang. Masih suka pergi ke Club malam dan belum terpikir sedikitpun untuk menikah.

"Ampun Aylin," balas Gio dan membuat Ivana akhirnya bisa tertawa di tengah-tengah pertemanan mereka.

Ivana berhenti di lantai 8, sementara Aylin dan lain terus menuju lobby.

Masuk ke ruang kerjanya Ivana langsung jadi pusat perhatian semua orang. Menatap tak suka atas perlakuan berbeda yang diberikan untuk Ivana. Jam kerja sudah mulai sejak 30 menit yang lalu, tapi Ivana baru mendatangi meja kerjanya sekarang.

"Kak, kata ibu Mutia kak Ivana diminta untuk input semua laporan ini di data perusahaan. Sore nanti beliau akan memeriksanya," ucap Dona pada Ivana.

"Kamu dan Serin juga mengerjakan tugas seperti ini?" tanya Ivana, hanya ingin tahu saja.

"Tidak, kami sudah paham tugas seperti itu. Jadi hanya kak Ivana yang mengerjakannya."

"Baiklah," jawab Ivana singkat, lengkap dengan bibir yang tersenyum kecil.

'Cih! kenapa dia senyum-senyum seperti itu? Lihat saja, kak Ivana pasti akan banyak melakukan kesalahan,' batin Dona, setelah selesai menyampaikan pesan ibu Mutia dia segera kembali ke kursinya sendiri. Bertemu Serin yang duduk di sampingnya.

Ivana lantas mulai menghidupkan komputer, namun belum menyala komputer tersebut, ponsel di atas mejanya sudah bergetar. Ada panggilan masuk dari Aston.

'Astaga, mengagetkan aku saja," batin Ivana, buru-buru dia menolak panggilan tersebut. Lalu dengan tergesa mengirim pesan pada sang boss.

'Aku mohon Jangan menggangguku, Aku sedang bekerja Aston,' tulis Ivana, sumpah, lama-lama pria itu seperti benalu untuknya, sekali menempel tak mampu dia usir dari hidup.

'Jam istirahat datang ke ruangan ku.'

'Tidak mau.' balas Ivana dengan cepat.

'Kalau begitu aku yang akan memanggil mu.'

'Aston!!' kesal Ivana, sampai rasanya ingin menggebrak meja. Namun sekarang Ivana jauh lebih bisa mengendalikan emosinya dibanding yang dulu.

'Jadi bagaimana? datang sendiri atau sekretaris ku yang jemput seperti tadi?' tanya Aston.

'Aku akan datang sendiri.'

'Bagus, aku akan menunggu mu, sayang.'

Ivana menjitak ponselnya sendiri, seolah sedang menjitak kepala Aston.

"Ada kesulitan?" tanya Merlin yang tiba-tiba mendatangi meja kerja Ivana.

"Astaga, kamu mengangetkan aku," balas Ivana Keceplosan.

"Kenapa? memangnya apa yang sedang kamu kerjakan? sampai keget begini, Hem? Mencurigakan," balas Merlin.

Ivana yang gemas reflek memukul lengan Merlin, "Kembalilah ke meja kerjamu, aku bisa menanganinya sendiri."

"Benar?"

"Iya, aku bahkan bisa mengerjakannya sambil memejamkan mata."

"Sombong!" balas Merlin, namun sekarang kesombongan Ivana terasa menyedihkan. Sebab Merlin pun tahu, Ivana tak ingin dikasihani. Sedang menunjukkan bahwa dia mampu bertahan di keadaan apapun.

"Jika butuh bantuan katakan padaku," ucap Merlin lagi lalu segera meninggalkan sang teman.

Ivana mengangguk saja dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibu Mutia.

Dulu, dokumen dan komputer juga adalah makanannya sehari-hari. Jadi untuk input data seperti ini bisa dia kerjakan dengan sangat mudah.

Apalagi disaat Ivana mengerjakan semuanya dengan sungguh-sungguh, maka pekerjaan itu bisa selesai dengan sempurna.

Setumpuk dokumen Ivana diberi waktu mengerjakannya sampai sore, tapi beberapa detik sebelum jam istirahat dia telah menyelesaikan semua tugas tersebut.

'Sayang, sudah waktunya untuk datang ke ruanganku,' tulis Aston pada pesan yang dia kirim untuk sang wanita simpanan.

"Ehem!" Ivana berdehem setelah membaca pesan tersebut, mendadak deg-degan sendiri.