Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Bagaimana Jika Kita Bercerai Saja?
Di dalam mobil saat pulang dari rumah sakit suasana begitu hening, Nevan sudah meminta maaf pada Yoga namun karena kedatangan Vania si kembar kembali takut berdekatan dengan sang Ayah.
Yoga mengendarai mobil tanpa supir, dia melirik Yura yang duduk di jok belakang dari kaca spion depan.
“Makan dulu ya, anak-anak suka makan dimana? Nevan sudah boleh makan apa saja, kan?“ tanya Yoga.
Yura menengok ke arah Nessa dan Nevan bergantian, “Mau maem dimana?“
“Mau Ho*Ben, Bunda.“ Jawab si kecil Nessa.
“Kalau Nevan?“
“Sama Bunda, emang boleh?“
“Harusnya sih masih makan bubur, karena perutnya kan baru sembuh.“ Jawab Yura.
Wajah Nessa sontak murung, Nevan yang melihat saudarinya berwajah sedih karena ingin ke Ho*Ben merasa kasihan. “Bunda, Nevan cuma temenin Nessa aja. Nanti Bunda bikin bubur buat Nevan di rumah, bubur buatan Bunda kan enak. Pas Nessa sakit demam, Bunda yang bikin buburnya."
“Nevan gapapa nanti disana cuma liatin doang, enggak makan?“ tanya Yura memastikan.
Nevan mengangguk, anak itu melihat wajah Nessa kembali ceria.
“Yeayyyyy! makasih Nevan!“ jerit Nessa senang.
“Ya, udah. Kita kesana! Kamu denger kan, Pak Yoga.“ Ujar Yura menatap Yoga dari kaca spion, tatapan mereka bertemu untuk sepersekian detik. Yura yang jengah langsung mengakhiri tatapan aneh Yoga padanya.
“Panggil aku seperti dulu, Aruna. Panggil aku Mas!“ Kekeh Yoga.
“Iya, iya! Buruan!“ Yura harus memikirkan strategi untuk melepaskan Aruna dari pernikahan tapi masih tetap bisa bersama anak-anak.
Gimana caranya, ya?
Malam hari, Yura dan Yoga sudah berada di dalam kamar.
“Yoga, aku ingin bicara mengenai wanita selingkuhan mu itu.“ Ujar Yura seraya duduk di pinggir ranjang.
Sementara Yoga sengaja berlama-lama mencari baju ganti untuk tidur. Lelaki itu baru saja mandi dan hanya memakai handuk menutupi tubuh bagian bawahnya saja.
“Katakan saja, aku mendengarkan.“ Yoga menarik satu set piyama tidur, lantas berbalik dari lemari pakaian menuju ranjang.
Yura bukannya terpesona dengan kondisi Yoga yang hampir dikatakan telanjang, dia malah tertawa. “Sejak tadi kau tidak pakai baju, apa kau bermaksud menggoda ku? Tapi bagaimana ini... aku bahkan jijiikk melihat tubuh telanjang mu. Kau pasti tidak punya malu! Kau sedang memamerkan tanda-tanda merah di dada mu padaku, hasil dari karya bibir mantan istri mu itu!“
Yoga melirik ke arah dadanya sendiri, benar saja ada tanda-tanda merah di sana tanpa Yoga sadari.
Sial! Ini kan bekas beberapa hari lalu, kenapa masih berbekas sih! Yoga yang merasa malu pun cepat-cepat memakai bajunya.
Yura bersedekap, dia menyuruh Yoga duduk di sofa agar menjauh darinya.
“Bagaimana kalau kita bercerai saja, kau bisa kembali pada mantan istrimu. Bukankah ini yang kau inginkan, mengakhiri pernikahan dengan ku?“
Yoga tercengang, darimana istrinya tau?
Yura mengibaskan tangan, “Jangan kaget kayak gitu, aku nggak sengaja mendengar mu mengatakan nya pada Vania di telepon... saat kau terbangun di tengah malam karena ada telepon masuk. Kau menjanjikan akan menikahi dia lagi, dan menyuruhnya menunggu. Sekarang... dia tidak perlu menunggu, aku yang akan mundur.“
Hidung Yoga kembang kempis, dia bergerak gelisah. “Kau salah dengar! Aku nggak pernah menjanjikan apapun pada Vania!“
“Ck! Aku ini pintar! Saat kau bicara di telepon, aku langsung merekam nya!“ Yura menggoyang-goyangkan ponsel di tangannya.
Yoga mendengus kesal, “Kau terlalu banyak berubah, Aruna. Oke! Aku akui beberapa malam kemarin, aku memang menjanjikan itu pada Vania. Tapi setelah aku mengerti jika hanya kamu... yang aku dan anak-anak butuhkan, aku mulai menjauhi Vania. Karena itu lah, dia tadi marah-marah di rumah sakit.“
“Kau pikir aku percaya! Begini saja, jika kau bingung pada Ibumu yang kemungkinan akan sulit menerima mantan istrimu... aku yang akan bantu kamu, agar Ibumu merestui hubungan kalian berdua. Kau tau kan, aku punya kartu untuk mengan-cam Ibumu?“
Yoga tak habis pikir ada saja ide istrinya. Dari meng-invasi kamarnya, memeras Yoga dan Mamanya, sekarang Aruna ingin bercerai!
Aku pikir dia wanita bodoh kampungan, ternyata dia wanita penyayang keluarga, kuat dan juga sangat cerdas. Apalagi Tuan Ozawa ingin bertemu lagi dengan nya, aku nggak mau kehilangan aset wanita berharga seperti Aruna! Yoga sudah bertekad tidak ingin berpisah dari Aruna.
“Enggak perlu bicara pada Ibuku, nggak perlu juga kamu mengan-cam Mama. Kemarin mungkin pikiran ku masih labil, sekarang aku berjanji padamu... aku akan mengakhiri hubungan ku dengan Vania untuk selamanya dan memulai hubungan pernikahan dengan mu. Jika perlu, malam ini kita bisa menjalani malam pertama.“
“Ck! Kau terlalu percaya diri sekali, Yoga! Meksipun kau mengakhiri hubungan mu dengan Vania... aku tetap akan menggugat cerai! Dan kau pikir, aku sudi disentuh oleh mu yang masih memasukkan burungmu pada wanita lain! Saat kau berkata di telepon, jika kau puas dengan pelayanan mantan istri mu itu di ranjang.... aku ingin sekali muntah saat mendengarnya!“ tegas Yura.
Yoga menggertakkan gigi. “Coba saja kau berani menggugat ku! Aku pastikan, kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan Nessa dan Nevan lagi! Mereka juga akan menderita saat berpisah darimu, akan ku pastikan itu!“
Laki-laki Bangsaat!!! Yura tak habis pikir ada seorang Ayah se-egois dan sejahat Yoga, mengancam nya dengan anak-anaknya sendiri.
.
.
Beberapa hari ini di keluarga Yoga sedikit ada perubahan, bagaimana tidak? Yoga cosplay menjadi suami dan Ayah yang siaga serta selalu ada serta penuh perhatian pada istri juga anak-anaknya.
“Papa datang!“ Nessa yang paling polos berlari dari dalam sekolah, dia menghambur ke arah Yoga. Kini, Nessa merasakan kasih sayang dari sang Ayah bukan hanya limpahan materi.
Anak kecil itu tidak tahu saja, jika perubahan Yoga hanya demi mengikat istrinya agar tak berpisah.
Sementara Nevan masih enggan berdekatan dengan sang Ayah meskipun sering sekali Yoga mendekati putranya itu.
Nevan mendekati Yura, dia menggenggam tangan Yura. “Bunda, tadi wanita yang mengaku Mama Nevan sama Nessa dateng ke sekolah dan ingin bawa kami.“
“Bunda tau, tadi Bu guru menelepon Bunda dan Bunda yang minta sama Bu Guru agar wanita itu nggak bawa kalian pergi.“
Yoga mendengar ucapan Nevan, dia terkejut karena Yura tidak mengatakan apa-apa sejak mereka datang ke sekolah bersama-sama untuk menjemput.
“Kamu kok nggak bilang sama aku di mobil tadi, Aruna.“ Decak Yoga kesal.
“Harusnya aku yang marah sama kamu, kenapa mantan istrimu itu terus mengganggu anak-anak?! Katamu, dia nggak bakal ganggu lagi!“
Yoga juga marah pada Vania, dia sudah memperingati agar mantan istrinya itu tidak mengganggu anak-anak. Apalagi dia juga sudah mengakhiri hubungan mereka, dan itu membuat Vania selalu membuat masalah dengannya.
Saat tiba di rumah, sebuah mobil terparkir di halaman rumah dan mengangetkan Yoga.
Itu adalah mobil Vania!
Brakkkk!
Brakkkk!
Terdengar benda pecah belah yang dibanting hingga pecah dari dalam rumah.
Yura tersenyum lebar, ternyata rencananya beberapa hari ini agar Vania datang ke rumah berhasil juga.
“Sial!“ Umpat Yoga seraya memegang kepalanya dengan kedua tangan.
Yura menahan tawanya yang akan menyembur, dia masih harus berakting baik di depan Yoga agar dia bisa bercerai dari Yoga tanpa harus mengorbankan Nessa dan Nevan.
bodoh bangt tuh laki