NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Kenapa

Dalam kondisi berlari di jalanan, Yuya tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia melihat ke arah gelang memberitahu kami bertiga bahwa peserta yang tersisa hanya 134 orang lagi.

Sontak kami terkejut karena jumlah mereka berkurang sangat cepat, sementara kami masih berada dalam kelompok. Sekejap firasat buruk muncul—salah satu orang yang selalu bersama Seiji tidak terlihat olehku. Sekilas perasaan terancam muncul dari gedung di belakang. Aku menoleh dan melihat orang itu berdiri di atas, melempar bom ke arah kami sebelum aku menyadarinya.

BUMM!

Untungnya, Yuya sudah menyiapkan perisai untuk kondisi seperti ini. Mereka menyerang dari segala arah, termasuk Seiji. Yuto dengan cepat membanting bom asap, dan kami segera melarikan diri dari sana.

Dalam pelarian, aku melihat sisa angka peserta turun drastis ke 103.

"Mio, Yuto, Raika, bersiaplah!"

"BAIK!" jawab kami serempak.

Lampu pesawat menyala terang. Suara hitung mundur terdengar dari arah drone. Ketika angka menyentuh seratus, sebuah pesawat besar menurunkan medalions yang terkurung dalam kotak kaca. Di bawah kotaknya muncul kaca hitam yang membentang menyerupai piramida berlantai tiga dengan satu puncak, tempat medalions tergantung di tengahnya.

Kami memperkuat Fury mode dan bergegas menuju piramida setinggi 500 meter itu. Dari sampingku, peserta lain bersiap menyerang. Aku memberi isyarat kepada yang lain untuk bersiap. Namun, salah satu orang di atas gedung bersiap dengan Beasthearts Bazooka RPG yang diarahkan ke dekat kami.

SLIUSS-------BUM!

Asap tebal menyelimuti sekitar karena ledakannya. Rintihan orang-orang yang terbunuh mengitari telinga-ku. Jantung berdegup kencang, membuat fokus seketika menghilang. Seseorang tiba-tiba memegang tanganku, refleks aku menodongkan senapan.

"Raika, ini aku. Tahanlah," suara Yuya terdengar.

Aku keluar dari kumpulan asap bersama mereka bertiga. Yuya menatapku dengan raut khawatir.

"Raik-"

"Aku tidak apa-apa, ayo bergegas," kataku, tidak ingin membuang waktu yang ada.

kami berlari kembali, tetapi entah kenapa kepalaku mulai terasa sakit. Tidak, aku harus menahannya.

Kami tiba di kaki piramida. Setiap langkah membentur tangga dengan cepat. Beberapa orang sudah mendahului kami. Kilatan petir, kobaran api, suliet tebasan dan gas beracun tampak jelas disetiap sudut tempat.

Kami berlari cukup lama, mengabaikan mereka yang bertarung hingga mencapai lantai dua. Namun, salah satu orang dari atas melompat cepat, menabrak Mio hingga terjatuh. Kami tidak menduga hal itu akan terjadi. Yuya segera melompat, meraih tubuh Mio. Mereka terjatuh cukup jauh, membentur kaca dengan kuat di lantai pertama, hingga Mio tidak sadarkan diri.

Orang yang menabrak Mio berdiri dengan ekspresi pucat. Perlahan ia berjalan ke arah Yuya dan Mio. "Mati ... Mati-MATI-MATI-MATI!"

Orang itu maju dalam posisi menyerang. Sigap, Yuya menangkis serangan itu menggunakan perisai, membuatnya terpental. Namun, ia kembali bangun dan menyerang Yuya dengan brutal menggunakan pedang ganda. Yuto menembak dari jauh, seketika mengalihkan perhatiannya. Yuya memanfaatkan itu untuk mengunci lehernya.

Kesialan tidak berhenti disitu karena ia menekan Fury mode, membuat tangan Yuya terbakar dan terlepas. Orang itu bergerak ke arah Mio yang telah terbangun, hendak menusuknya.

"Mio! ..." teriak Yuya.

SLUKK!

Sebelum ia menusuk Mio, Yuya terlebih dahulu menusuk tepat di jantungnya. Yuya berteriak, menghunuskan pedangnya hingga menembus kepala orang itu, seketika membunuhnya.

"Yu-Yuya ..." bisik Mio, menatap Yuya yang dipenuhi darah dengan kesadaran penuh.

Yuya hanya terdiam, matanya terbelalak, melihat mayat di hadapannya.

Mio perlahan berlari ke arah Yuya dan memeluknya. "Yuya ... maafkan aku."

Aku baru sampai bersama Yuto, melihat mereka yang diliputi awan kelabu.

Yuto berjalan mendekati mereka. "Yuya, dunia ini sudah dalam kekacauan ... yang kuat menerkam yang lemah. Itu bukan sepenuhnya salahmu. Jika kamu merasa bersalah, aku akan membantumu memikulnya."

Mio, dengan air mata yang mengalir, berbisik, "Aku juga, jangan pikul ini sendirian."

Entah kenapa, aku merasa mereka bukan hanya sekadar berteman. Yuya menarik napas panjang, berusaha untuk tenang.

Perlahan Yuya melepas tangan Mio. "Yuto, Mio. Terima kasih ...."

Aku melihat gelang dan mengira sudah ada orang yang berhasil mengambil medali itu, tapi ternyata masih belum ada yang mencapai puncak dan mendapatkannya.

"Semuanya masih ada kesempatan. Apa kita lanjutkan?" tanyaku.

Mereka melihat gelang masing-masing.

"Sebaiknya kita bergegas. Ayo!" tegas Yuya.

Meski harapannya kecil, kami bergegas secepatnya naik ke atas. Banyak jasad tergeletak di tepi tangga dan sekitarnya. Setelah cukup lama berlari, akhirnya kami melihat beberapa peserta saling bertarung di lantai tiga. Kami berusaha mengabaikan mereka. Namun, seperti yang diduga, itu tidaklah mudah. Kami dikejutkan oleh beberapa peserta lain yang tiba-tiba menyerang. Aku mencari celah untuk naik ke atas, tetapi semuanya tertutupi pertarungan.

Aku menoleh ke bawah, melihat salah satu orang bergerak cepat ke arahku, menyerang dengan lincah menggunakan belati. Aku berusaha menghindari serangannya, tetapi pandanganku hampir tidak bisa mengikuti pergerakannya, dan aku tidak tahu dari mana ia datang.

SLING

Gerakan yang sangat cepat. Kalau begini terus, kurasa hanya soal waktu sampai tubuhku lelah.

Sekilas, aku melihat belati tergeletak di bawah. Sigap, aku mengambilnya dan menangkis serangannya.

TING

Aku terus melakukan hal yang sama berulang kali, hingga Yuto membantuku dengan menembak kaki-nya. Berkat itu, pergerakannya tidak secepat tadi.

Yuya berhasil mengelabui lawannya dengan bantuan Mio, ia segera bergegas naik ke puncak untuk mengambil medali. Sial-nya Yuya tidak sendirian, ia berlari bersama lima orang lain, termasuk Seiji. Saat aku sibuk menangkis serangan, lagi-lagi rasa sakit kepala muncul.

Mendadak tanah yang kupijak bergetar. Sebuah tentakel hitam raksasa keluar dari tanah, menjulang ke atas. Terlihat ribuan Wanters—salah satunya yang kami lawan dulu—bergerak cepat naik ke atas piramida.

Hal itu menghentikan pertarungan kami.

Tak lama setelah itu, guncangan yang lebih besar muncul, membuat semua pesawat dan drone jatuh dari langit. Tentakel-tentakel itu bermunculan semakin banyak.

Sesosok Wanters keluar dari tanah, diiringi guncangan yang semakin kuat. Perlahan, ia menunjukkan tubuh raksasanya, seperti kura-kura hitam bergaris oranye. Perasaan ini hampir sama seperti saat aku berhadapan dengan Vicuris. Kami semua hanya terdiam, menatap Wanters itu. Medalions yang berada di atas telah jatuh, bersamaan dengan pesawat.

Mataku terbelalak saat melihat orang yang melawanku barusan menusukkan belati pada dirinya sendiri, begitu juga dengan beberapa orang di sekitar, hingga menyisakan 12 orang.

Aku bergegas naik ke atas untuk berkumpul bersama Yuya dan yang lain.

"Yuya, Yuto, Raika, kalian baik-baik saja?" tanya Mio.

Aku menganggukkan kepala.

"Kenapa bisa jadi begini," ujar Yuto menatap ke bawah.

"Apa itu adalah Turtles, Wanters yang pernah dinyatakan hilang bertahun-tahun lalu," kata Yuya.

'Turtles? Kalau tidak salah, ayah pernah menceritakan mengenai Wanters itu.'

"Yuya, Mio, Yuto, aku tidak tahu ini berhasil atau tidak, tapi aku punya rencana untuk lari dari sini," ucapku

"Apa kau yakin, Raika?"

Aku menjelaskan rencana pada mereka, termasuk hal-hal yang aku tahu dari ayah. Meski sebagian hanya teorinya saja. Namun, berkat bualannya itu aku masih hidup sampai sejauh ini. Kuharap kali ini apa yang dikatakannya benar lagi.

End bab 10

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Ind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Ind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!