WARNING BUKAN UNTUK BOCIL ❤️❤️
YANG DIBAWAH UMUR
MOHON UNTUK JANGAN BACA NOVEL INI!!
KARENA INI NOVEL KHUSUS UNTUK KAUM IYA-IYA 😝
TERIMA KASIH!! SELAMAT MEMBACA!!
ANNABELLA TASYA KUSUMA pegawai di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang terletak di Jakarta ini sudah mengabdi di perusahaannya selama hampir 4 tahun.
Pekerjaannya lancar dan mengasyikan. Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dia orang yang mudah bergaul, itu yang membuat dia sangat akrab dengan rekan-rekan di devisinya, yaitu devisi keuangan.
Tapi semua itu berubah, ketenangan di usik. Dia merasa diawasi, dikekang, dan diperlakukan tidak adil oleh CEO baru di perusahaannya.
Mampukah Tasya bertahan, atau Tasya memilih untuk keluar dari perusahaan nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssyptr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 23 - DYLAN
YUK SEBELUM BACA PASTIKAN SUDAH
LIKE
COMMENT
VOTE
DAN JANGAN LUPA BERIKAN BINTANG l
LIMA.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
TERIMA KASIH CINTA-CINTAKU.
---------------------------------------------
"Kenapa tega sekali tante menjebak ku ? Aku harus bagaimana sekarang ?... hiks...hiks... tolong bantu aku Tuhan..hiks.." gumam Tasya yang menangis tersedu-sedu.
Sedangkan Lula yang menunggu di mobil pun merasa keheranan karena kakaknya yang tak kunjung datang juga. Dengan malas, Tasya memasuki kembali rumahnya untuk mencari kakaknya.
"Kak, kakak ?" teriaknya di dapur tapi tak ada, lalu Ia berteriak lagi diruang keluarga juga tak ada, hingga ia menaiki tangga menuju kamar kakaknya terdengarlah suara wanita menangis.
Dengan cepat Lula membuka pintu kamar kakaknya, dan ia melihat kakaknya menangis sambil memegang handphone.
"Astaga kakak, ada apa ?"
Tasya yang kaget dengan suara pintu terbuka akhirnya menoleh dan melihat wajah Lula yang penuh dengan ke khawatiran. "Kakak tidak apa-apa. Apa kamu menunggu lama ? maafkan kakak, ayo segera kita berangkat."
"Tidak, kakak tidak baik-baik saja. Cepat katakan ada apa. Jika kakak tidak mengatakannya aku akan mogok makan." kata Lula mengancam.
Tasya menghela nafas panjang lalu berdiri dari duduk dengan seulas senyum tipis. "Baik kakak akan cerita, tapi ini kan waktunya kamu sekolah, nanti bisa terlambat."
"Gak mau, pokoknya sekarang kakak harus ngomong apa ada." runtut Lula.
Tasya memeluk adiknya singkat lalu menceritakan semua kejadian 1 setengah tahun yang lalu. "Maafkan kakak karena tidak bisa melakukan sesuatu untukmu."
Lula menangis, ia merasa terpukul hanya rumah ini satu-satunya peninggalan kedua orang tua mereka. "Kita harus datang ke rumah Tante Mega kak. Aku tidak mau jika rumah ini sampai di sita...hikss...hiks..."
"Tenanglah sayang, kakak pasti juga akan berjuang untuk mempertahankan rumah ini. Sekarang ayo kita berangkat. Hapus air matamu, kakak tidak suka melihat kamu menangis. Percaya pada kakak ya."
Lula mengangguk kecil lalu memeluk kakaknya dengan sangat erat. "Aku akan membantumu kak, aku janji itu." batin Lula
---------------------------------------------
Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran perusahaan, Ia berjalan anggun dengan sesekali menyapa ramah pegawai lain.
Saat akan memasuki lift, tiba-tiba ada tangan yang memegang lengannya. Entah mengapa rasa takut itu kembali muncul. " Tasya ini aku."
Tasya menoleh dengan senyum sumringahnya. "Astaga Dylan ???? OMG!!! Kangen banget...." teriak Tasya didepan pintu Lift. Lalu mereka berpelukan dengan sangat erat.
"Bagaimana kabarmu Tasya? hmmm kamu terlihat semakin cantik saja."
"Tak begitu baik Dylan, Bagaimana denganmu ? aku sudah tak melihatmu kurang lebih 2 minggu di kantor, kemana saja kamu ?" tanya Tasya beruntun.
Dylan tersenyum jahil ke arah Tasya. "Apa kau merindukanku ?"
Tasya memutar bola mata malas. "Tentu saja, kau sahabatku. Hanya kau temanku, aku tak punya teman lain selain kau."
Dylan menghela nafas pelan. "Aku kecelakaan Tas....." ucapan Dylan dipotong oleh suara melengking Tasya.
"APAAA?? KAU KECELAKAAN DAN TAK MENGABARIKU ??"
"Suttttt. 🤫🤫 tenanglah Tasya jangan berteriak." Dylan meletakan jati telunjuknya ke bibir Tasya.
"Bagaimana kalo kita ke cafe saja untuk bercerita ? Aku ingin tau kenapa kamu bisa tak baik-baik saja."
"Baiklah Dylan, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kamu. Bagaimana jika Cafe J'Bezt ?"
"Good, sampai....." obrolan mereka berdua berhenti karena ada suara yang menyahuti mereka.
"Jika kalian tidak ingin bekerja, segera buat SURAT PENGUNDURAN DIRI." ucapnya dingin dan menatap Tasya tajam bahkan sangat tajam.
Tasya hanya bisa menunduk, ia takut sangat takut. Saat ia melihat Sean entah mengapa rasa sesak yang kemarin ia rasakan akan terasa lagi.
"Maafkan saya tuan, saya..." ucap Dylan terbata-bata.
Ucapan Dylan berhenti karena Sean sudah melangkah memasuki lift pribadinya bersama sang tangan kanannya, Alden.
"Alden, kau tau kan apa yang harus kau lakukan ?" tanya Sean di dalam lift.
"Iya tuan, segera saya akan menyiapkannya." jawab Alden menunduk.
Sean tersenyum miring, "Jangan bermain-main denganku pelac*ur kecil." batinnya.
---------------------------------------------
Tok...tok...tok...
"Permisi Bu, saya Lula dari kelas 12 IPA 3." kata Lula sopan pada kepala sekolahnya.
"Iya silahkan duduk nak, ada apa ?" jawabnya tak kalah ramah.
Lula menghela nafas kasar lalu menatap mata sang kepala sekolah. "Jadi begini Bu, apa saya bisa mengambil ijazah terlebih dahulu ? kalau bisa saya ingin mengambil ijazah hari ini, saya dengar ijazah sudah diedarkan."
Kepala sekolah itu heran dengan Lula, untuk apa gadis ini meminta ijazah sekrang, padahalkan 1 Minggu lagi wisuda akan dilaksanakan. "Kalau ibu boleh tau, untuk apa nak ? Apa kau tak ingin ikut wisuda ?"
"Saya harus pindah ke Singapura Bu, kakak saya dipindah tugaskan ke sana. Jadi saya mau tak mau harus ikut apalagi saya hanya memiliki kakak saya di keluarga saya." jawabnya berbohong.
Kepala sekolah itu mengangguk mengerti, memang hampir semua guru sudah tau dengan masalah keluarga Lula, ia hanya tinggal dengan kakaknya seorang dan tak memiliki saudara.
"Tunggu sebentar ya." Lula mengangguk. Sang kelapa sekolah mengetikan sesuatu di komputernya lalu menge-print-nya.
Ia mengambil selembar kertas yang keluar dari mesin printernya lalu menyerahkannya pada Lula. "Berikan ini ke ruang kesiswaan. Lalu kamu sudah bisa mendapatkan ijazahmu."
Lula tersenyum sumringah, berkali-kali ia mengucapkan terima kasih kepada sang kepala sekolah.
"Semoga dengan ini aku bisa meringankan beban kakak." gumamnya sembari tersenyum.
---------------------------------------------
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN ❤️
KALO SUKA BOLEH YA SEKALIAN DI VOTE
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA INI.
DUKUNG CERITA INI DENGAN CARA VOTE+KOMEN+LIKE.