Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
uang nafkah
Setelah ini mungkin aku akan menjalani hari hari yang berbeda, dan mungkin aku juga harus siap menjadi bahan omongan tetangga karena sudah menikahi pria beristri. Aku sadar pilihan yang kuambil memiliki resiko yang tidak mudah. Cinta tak lagi berlogika itulah yang kini kurasa. Yang aku tau, aku begitu mencintai laki laki yang kini sedang memelukku erat tanpa ada sekat bahkan tanpa sehelai kain pun yang menutupi kami, kami sudah halal dan aku sudah sah menjadi istrinya.
Waktu terasa cepat berlalu, pagi sudah menampakkan sinar nya. Pandu sudah memakai baju dan berdandan sangat rapi. Celana jins hitam yang di padu dengan kemeja biru tua garis garis. Suamiku sangat tampan dengan tubuh tegap dan kulit putihnya. Kalau menuruti ego, jujur aku belum rela ditinggal Pandu kembali bertugas dan pulang kerumah istri pertamanya. Ya Tuhan, aku sangat cemburu, membayangkan Pandu memeluk dan bermesraan dengan istrinya disana.
"Sayang, ada apa? masih pagi jangan suka melamun gitu. Kenapa? masih belum rela di tinggal suamimu ini?" Pandu mendekat dan meraih pinggangku dengan kedua tangannya, aroma harum langsung menusuk penciumanku. Bibirnya dengan lembut mengecup kening ini. "Mas gak lama, insya Alloh Minggu depan akan pulang. Tahan rindumu, biar nanti saat Mas pulang, rindu itu tercurah dengan sangat hebat, seperti semalam." bisik Pandu lembut menyapu gendang telingaku. " Iya Mas, aku hanya masih rindu saja kok." jawabku lirih menyembunyikan perasaan cemburu yang mulai mengusik.
" Kalau kamu tidak sanggup menunggu sampai seminggu ke depan, Mas janji akan pulang tiga hari lagi. Dan jangan lupa kamu mulai cari hunian untuk kita. Kalau sudah ada yang cocok bilang sama Mas, nanti kita akan lihat bareng bareng, kalau sudah fix Mas akan belikan buat kamu."
" Iya Mas. Terimakasih ya, semoga kamu selalu dalam perlindungan Alloh dan Rejeki Mas semakin dilancarkan."
"Aamiin, terimakasih sayang, doa istri yang saleha insya Alloh terkabul. Doain Mas ya, dan jaga diri kamu buat suamimu ini." Aku pun mengangguk dan kembali kami saling berpelukkan erat, seakan belum ingin berpisah. Tapi Mas Pandu harus pergi bertugas. Apa lagi jangan sampai istrinya curiga karena kepergiannya yang tidak seperti biasa.
"Sayang, mas kirimin nomor rekening kamu ke nomor Mas. Mas akan transfer buat keperluan kamu."
" Iya Mas." aku pun mengirimkan nomor rekeningku ke ponsel mas Pandu, dan tak butuh waktu lama, Mas pandu memperlihatkan bukti transaksi di M banking nya padaku. " Sudah ya sayang, sepuluh juta. Gunakan buat keperluan mu, kalau kamu mau ke salon atau ingin jalan jalan ke mall silahkan, tapi ingat jangan berbuat macam macam di belakang Mas."
" Terimakasih Mas, Insyaallah aku akan menjaga diri dan aku pasti sangat merindukanmu nanti." jawabku manja, karena memang sangat berat berpisah dengannya.
Mas Pandu mulai meninggalkan halaman rumah dengan mengendarai mobilnya, setelah hilang dari pandangan mata ini, aku pun memutuskan kembali masuk ke dalam, tapi langkahku terhenti karena ada suara yang memanggil. Bu Rika, tetangga sebelah nampak berjalan ke arahku.
"Mbak Clara, kenapa nikah gak undang undang sih, kan tetangga biar pada datang, kabar baik itu harusnya bagi bagi, tapi kenapa mbak Clara seolah ingin menutupi pernikahan mbak, ada apa to?" Cerocos Bu Rita dengan sikapnya yang memang terkenal suka bicara ceplas ceplos, bahkan mbak Rita terkenal dikampung sebagai biang gosip, apa aja dia selalu jadi yang pertama tau.
"Gak papa kok Bu Rita, kan acaranya juga yang sederhana, masih ijab qobul saja, dihadiri dari keluarga inti saja. Insyaallah nanti kalau dirayakan akan undang tetangga kok." jawabku santai, dan sebenarnya juga malas menanggapi kekepoan beliau, tapi kalau tidak di jawab pasti akan berbuntut panjang.
"Tapi dengar dengar, suami mbak Clara itu sudah punya istri ya? wah pelakor dong mbak. Hati hati mbak, nanti kalau istrinya tau, mbak Clara bisa di viral kan dengan tuduhan pelakor, perebut suami orang dan juga perusak rumah tangga orang lain. Amit amit loh mbak." Deg, dari mana Bu Rita tau tentang Pandu yang sudah beristri, dan kalau Bu Rita sudah tau pasti beritanya akan menyebar kemana mana. Ya Tuhan pasti bukan aku saja yang nanti menghadapi masalah, pasti ibu akan sedih dengan ini.
"Hey mbak Clara, kok diem saja. Benarkan yang aku katakan tadi?" sambung Bu Rita penasaran.
"Maaf Bu, saya mau siap siap ke kantor, sudah kesiangan ini. Nanti ngobrolnya diteruskan lagi kalau saya sudah pulang dari kerja." balasku tenang, berusaha menghindari Bu Rita agar dia tidak semakin masuk lebih dalam lagi dengan kehidupanku.
" Duh, padahal lagi seru serunya loh, yasudah nanti kalau mbak Clara sudah pulang kerja, aku mau kesini lagi. Permisi. asalamualaikum." Bu Rita menghilang dibalik pagar, dan hatiku semakin cemas dibuatnya, pasti sebentar lagi berita itu akan sampai kemana mana. Sebenarnya bukan aku mencemaskan diriku, tapi ibu dan kesehatannya, aku takut ibu jatuh sakit karena masalah yang aku buat. Maafkan aku ibu.
"Siapa yang datang Ra? ibu dengar kayak ada suaranya Bu Rita?" tanya ibu yang barusan muncul dari arah dapur. " Iya Bu, tadi Bu Rita kesini, tapi sekarang sudah pulang kok orangnya." jawabku singkat.
"Pasti Bu Rita ngomongin kamu ya." sahut ibu dengan membuang nafasnya dengan kasar, terlihat jelas gurat kecewa di raut wajahnya yang mulai ditumbuhi kerutan.
"Sudahlah Bu, Kita kan tau, seperti apa Bu Rita. Gak usah diambil hati. Clara mau siap siap berangkat kerja."
"Clara, kamu harus siapin mental mu nak, mungkin setelah ini ujian akan datang menghampirimu. Ingat satu hal, poligami memang dibolehkan. Tapi disini akan ada hati yang merasa tersakiti, yaitu istrinya Pandu, dia pasti akan merasa tersinggung dan marah, karena kalian sudah menghianati nya. Pesan ibu, jika suatu saat istrinya Pandu mendatangimu, terimalah dengan baik sekalipun dia berucap kasar padamu, pahami posisinya. Minta maaflah dan selesaikan urusan hati kalian dengan kepala dingin." Aku terdiam mendengar ucapan ibu, membayangkan saja hatiku sudah ngilu. "Iya Bu, insyaallah Clara akan melakukan apa yang ibu katakan, doakan Clara semoga kuat menjalani rumah tangga Clara, dan maafkan Clara jika pilihan Clara sudah membuat ibu kecewa dan malu."
"Banyaklah berdoa dan memohon ampun Clara, dan berusahalah menjadi istri yang baik dan taat untuk suamimu, Insyaallah ibu sudah merestui, itu artinya ibu sudah siap dengan apa yang nanti akan terjadi. Sudah siang, sana katanya mau berangkat kerja. Ingat, sekarang kamu sudah menjadi wanita bersuami, rubah cara pergaulan mu dengan lawan jenis, jaga hati dan martabat suamimu." Aku mengangguk dan memeluk ibu erat, wanita hebat yang selalu mencurahkan cintanya pada anak anaknya, Ibu adalah tipe orang yang sangat tegas dalam mendidik anaknya, namun ibu juga sangat menyayangi kami dengan semua kelembutannya. Aku sangat beruntung memilik ibu sepertinya.