Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert Group.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia yang Terungkap
Suasana malam itu begitu hangat, dengan angin laut yang lembut berhembus di sepanjang pantai resort. Di tengah keramaian pesta dansa, Alya dan David berdansa perlahan, seperti biasa, dengan penuh perhatian satu sama lain. Mereka tahu betul bahwa ini adalah saat yang berharga bagi mereka—bahkan lebih berharga karena mereka bisa menikmatinya dalam diam, menjaga hubungan mereka tetap rahasia. Namun, takdir terkadang punya cara tersendiri untuk menguji mereka.
Anton, seorang karyawan senior yang dikenal suka usil, berada di tengah keramaian, dengan pandangannya yang tajam. Ketika dia melihat David dan Alya berdansa lebih dekat dari biasanya, rasa penasarannya tak terbendung. Anton, yang sangat tahu bagaimana cara mencuri perhatian, tiba-tiba berteriak keras-keras, menarik perhatian seluruh tamu pesta.
"Hai, semua! Ada berita penting!" serunya, matanya berbinar nakal. "Ternyata bos kita, David Albert, sedang jatuh cinta! Dan bukan dengan siapa-siapa... tapi dengan Alya, si cantik dari departemen HR!"
Seketika itu juga, seluruh ruangan hening sejenak, diikuti oleh gelak tawa dan bisikan-bisikan. Alya dan David saling menatap, wajah mereka memerah. Alya, yang semula berusaha menjaga hubungan mereka tetap tersembunyi, merasa canggung. Tapi, David hanya tersenyum lebar, walaupun sedikit kikuk.
"Anton, kau tahu cara membuat suasana semakin panas, ya?" kata David, mencoba melontarkan canda. Namun, suaranya terdengar sedikit terpaksa.
"Ayo, serius! Kalau aku sudah tahu, pasti semua orang juga sudah menebak!" kata Anton dengan nada sedikit menggoda, namun terlihat lebih seperti kebanggaan karena berhasil mengungkapkan rahasia besar.
Alya tertawa canggung, mencoba mengurangi ketegangan. "Ya, ya, kami memang sedang berpacaran. Tapi ini hanya kami yang perlu tahu, Anton."
Anton mengangkat bahu. "Well, rahasia sudah terungkap, dan aku tidak bisa lebih bahagia untuk kalian berdua," katanya sambil mengedipkan mata ke arah mereka, menambah kehebohan di antara para tamu.
Setelah suasana sedikit reda, David dan Alya mulai menjelaskan pada rekan-rekannya. Mereka menceritakan bagaimana mereka pertama kali bertemu, bagaimana hubungan mereka tumbuh secara perlahan, dan mengapa mereka memilih untuk merahasiakannya.
"Tentu, banyak orang yang terkejut mendengar ini," kata Alya, mencoba tetap tenang. "Tapi kami ingin menjaga profesionalisme, dan kami tahu ini bisa jadi sesuatu yang sensitif."
"Benar," sambung David, tersenyum. "Tapi sekarang semuanya sudah terungkap, dan kami hanya ingin berterima kasih atas dukungan kalian semua."
Kehangatan mulai terasa saat rekan-rekan mereka memberi tepuk tangan dan ucapan selamat. Beberapa dari mereka bahkan mengajak Alya dan David untuk berfoto bersama. Selama itu, mereka merasa lega. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan.
Setelah acara selesai, mereka berjalan berdampingan menuju mobil. David memegang tangan Alya dengan lembut. Di sepanjang perjalanan, mereka hanya tertawa, mengingat betapa canggungnya mereka beberapa saat yang lalu.
"Alya, aku merasa lega," kata David sambil tersenyum. "Sekarang kita bisa menjalani hubungan ini tanpa rasa khawatir."
"Aku juga, David," jawab Alya dengan senyum yang sama. "Sekarang kita bisa lebih terbuka dan tidak perlu lagi berpura-pura."
Ketika mereka sampai di mobil, David melirik ke arah Alya dengan mata penuh cinta. "Aku merasa seperti semuanya akhirnya menjadi lebih mudah. Aku tidak sabar untuk menjalaninya denganmu."
Alya melihat David, matanya berbinar. "Aku juga," katanya, suaranya penuh kehangatan. "Tapi ada satu hal lagi yang ingin aku dengar darimu."
David sedikit terkejut, namun dia tahu betul apa yang dimaksud Alya. Dengan suara yang lebih serius, dia berkata, "Alya, aku ingin mengajakmu untuk menikah."
Alya berhenti sejenak, menatap David dengan tatapan terkejut. "David? Kamu serius?"
David mengangguk, wajahnya penuh keyakinan. "Ya, aku serius. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Alya merasa hati kecilnya berdebar. Dia mengangguk perlahan, senyum bahagia mekar di wajahnya. "Ya, David. Aku juga ingin menikah denganmu."
David meraih tangan Alya dan menggenggamnya erat. "Aku sangat mencintaimu, Alya."
"Aku juga mencintaimu," jawab Alya, suaranya penuh emosi. "Aku merasa begitu beruntung bisa berada di sini, bersamamu."
Mereka berpelukan, merasakan kebahagiaan yang mengalir di antara mereka. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa mereka berdua merasa lengkap satu sama lain.
"Alya," kata David setelah beberapa saat, melepaskan pelukan. "Aku ingin menikah secepatnya. Bagaimana kalau tiga bulan lagi?"
Alya sedikit terkejut dengan cepatnya keputusan itu, tetapi hatinya terasa begitu penuh. "Tiga bulan lagi?" tanyanya, hampir tidak percaya.
"Ya," jawab David dengan mantap. "Aku tidak sabar, Alya. Aku ingin menikah denganmu, memulai kehidupan baru bersama."
Alya tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, tiga bulan lagi. Aku akan menantikannya."
Mereka berdua kembali tersenyum satu sama lain, merasakan kedamaian dalam hati mereka. Setelah semua yang mereka lewati, akhirnya mereka bisa merencanakan masa depan mereka bersama. Dengan cinta dan kebahagiaan yang mengelilingi mereka, mereka merasa siap untuk menghadapi segala hal yang akan datang, bersama-sama.