Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh orang tua serta kedua kakaknya. Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Pertarungan di gudang II
Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari dalam gudang. Alden kembali menyerang dengan menghantamkan tendangan tepat ke arah kepala Darfen. Eksekutif itu terhuyung, kehilangan keseimbangan sejenak.
"Ini untuk semua orang yang telah kamu sakiti," teriak Alden saat memberikan pukulan penutup yang menjatuhkan Darfen ke lantai.
Namun tidak lama kemudian Darfen kembali bangkit dengan wajah dan tubuh berlumuran darah.
"Apa semua eksekutif itu zombie." gumam Alden mengingat pertarungannya melawan Bekham. Padahal Alden telah menghajarnya dengan berbagai skill miliknya.
Sementara itu, di sudut lain gudang, Jay berhasil memanfaatkan momen kekacauan untuk melumpuhkan beberapa penjaga yang mencoba menyerang, akhirnya membuat Victor terpojok.
Meski berusaha keras, Victor tak mampu mengatasi kecepatan dan kelincahan Jay yang mengalir seperti air.
Melihat Victor semakin terdesak, Jay tidak menyia-nyiakan kesempatan dan melancarkan serangan penuh strategi.
Dengan gerakan cepat, ia memotong jalur mundurnya dan memaksa Victor untuk menghadapi serangan langsung. Tendangan keras meluncur tepat ke arah Victor, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Alden terus berhadapan dengan Darfen yang masih mencoba bangkit meski jelas menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Alden tahu bahwa dia harus segera menyudahi pertarungan ini sebelum bala bantuan Darfen muncul. Berbekal pengalaman dan keahliannya, Alden melancarkan serangkaian serangan yang memanfaatkan celah-celah pertahanan Darfen.
Sementara itu, usaha Naira untuk meretas pengacau sinyal akhirnya membuahkan hasil. Layar di laptopnya menampilkan kode hijau, menandakan bahwa sistem Darfen telah berhasil ditembus.
Naira segera menghubungi Alden yang masih terlibat dalam pertarungan sengit.
"Alden, peledaknya sudah bisa digunakan!" teriak Naira melalui komunikator yang terhubung langsung ke telinga Alden.
Mendengar kabar dari Naira, Alden menjadi bersemangat, ia ingin segera menghancurkan tempat bisnis ilegal itu namun tidak menemukan tombol peledaknya sama sekali.
"Hei, kau mencari ini?" seru Darfen sambil menunjukan sebuah tombol.
Alden terkejut, ia tidak tahu sejak kapan benda itu dirampas darinya.
"Kau memang hebat tuan monster, mencari celah kelemahan musuh dan menghancurkannya dengan puk!nlnulan tajam, benar benar luar biasa. Namun kau kurang cerdik." ucap Darfen sebelum mbnembuang detonator milik Alden ke tempat yang tidak dapat di jangkau.
Seketika, perasaan putus asa berusaha menyelinap ke dalam hati Alden. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa menyerah. Dia harus menemukan cara lain untuk menghancurkan tempat yang menjadi sumber penderitaan banyak orang ini.
Sambil menahan rasa frustrasi, Alden mengamati sekeliling, mencari ide yang dapat digunakan. Sama seperti sebelumnya, ia perlu berpikir cepat jika ingin menggagalkan rencana jahat ini.
Naira yang menyaksikan kejadian dari van-nya, melihat tindakan Darfen yang membuang detonator ke laut. Dia mengerti bahwa Alden mungkin merasa kalah. Namun, dia tidak mundur dan berpikir keras mencari solusi lain.
Kembali ke dalam gudang, Darfen tertawa puas, tetapi Alden berdiri tegap, menunjukkan bahwa dia belum menyerah. Dengan kecepatan yang mengejutkan, Alden menyerang balik Darfen, menghujani pukulan mengguncang hingga pria itu sekali lagi terjatuh.
Dalam keheningan itu, suara Jay terdengar lantang. Dia, yang sudah melumpuhkan Victor, meraih satu tabung peledak berukuran besar yang dia sembunyikan sebelumnya.
Dengan satu ledakan besar akan memicu ledakan dari peledak kecil yang telah Jay pasang di berbagai tempat.
"Sepertinya kita harus melakukannya dengan cara kuno, Alden. Peledak ini sudah siap meledakkan seluruh gudang. Naira, siap-siap jemput kita!" teriak Jay sembari mengaktifkan penghitung waktu di tabung tersebut.
Hitungan dimulai dari 60 detik, sebelum satu menit mereka harus segera keluar dari tempat itu. Namun begitu Alden dan Jay berlari melewati Darfen yang terkapar, tangan pria itu tiba tiba bergerak dan menyambar kaki Alden.
"Aku akan membawamu ke neraka baji*ngan!!" teriak Darfen dengan nada serak.
"Cih, Jay pergilah duluan!"
Jay terhenti sejenak, menatap Alden dengan ekspresi berat hati. Dalam situasi genting ini, mereka tidak punya banyak waktu untuk berbicara. Namun, Jay tahu bahwa dia harus mempercayai Alden untuk menyelesaikan pertarungan ini.
"Jangan mati, Alden!" teriak Jay sebelum berlari keluar dari gudang, meninggalkan Alden yang masih berjuang menghadapi Darfen.
Alden menatap ke arah Jay yang semakin menjauh, lalu kembali memfokuskan diri pada Darfen yang terus berusaha menariknya ke tanah.
Dengan satu gerakan cepat, Alden melepaskan cengkeraman Darfen dan menendangnya dengan kekuatan penuh, namun tangannya masih mencengkram kuat hingga akhirnya berhasil menjatuhkan Alden.
Ketika Alden terjatuh, Darfen segera menduduki tubuh Alden sebelum menghujaninya dengan serangkaian pukulan. Namun Alden tak mau menyerah. Dalam keadaan terjepit, dia mengingat semua pertarungan keras yang dia jalani, semua persiapan untuk momen seperti ini.
"Kau tidak akan menang, Darfen," kata Alden dengan suara tegas meski napasnya sedikit terengah-engah. Dia menendang leher Darfen dengan kekuatan penuh, mencoba mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Tapi Darfen, meski terluka, masih mampu bertahan. Dia tertawa kecil, napas terengah-engah dan darah mengalir dari sudut bibirnya. "Kau hebat, tapi kau tak bisa mengalahkan Viper. Selalu ada kami di balik bayangan."
Seketika suara ledakan terdengar dari luar gudang, penjaga yang tersisa mulai panik dan berhamburan keluar. Tabung pembawa kehancuran yang diaktifkan Jay meledak dan memicu peledak lain sepanjang gudang.
Alden merasakan gemuruh di bawah tanah dan tahu waktunya sudah hampir habis.
"Pergilah ke neraka sendirian brengsek!" teriak Alden sambil membenturkan kepala mereka berdua, membuat Darfen terkapar di lantai dengan napas tersengal-sengal.
Perasaan lega mengalir dalam diri Alden, tapi dia tahu ini belum selesai. Alden memutar bola matanya ke arah jalan keluar terdekat. Dia harus keluar secepat mungkin dari gudang yang hampir hancur.
Dalam keadaan yang semakin genting dan waktu yang semakin menipis, Alden mengumpulkan sisa-sisa tenaga dan berdiri dengan tubuh yang terasa berat. Ledakan-ledakan kecil masih terdengar di sekitarnya, mengguncang struktur gudang yang mulai runtuh.
Dengan langkah tertatih, Alden berlari melewati koridor yang dipenuhi reruntuhan dan asap tebal. Cahaya dari api mulai menyebar, menambah kesan menyeramkan pada tempat yang sudah ditinggalkan oleh Victor dan anak buahnya yang selamat
Alden tahu bahwa Naira dan Jay berada di luar, menunggunya. Keyakinan itu memberinya dorongan dan semangat untuk terus berjuang menuju kebebasan.
Di satu sudut, dia melihat celah besar di dinding yang terbuka akibat ledakan sebelumnya. Dengan tekad bulat, Alden bergegas menuju celah itu, berharap menemukan jalan keluar.
Asap dan debu memenuhi paru-parunya, tapi Alden tidak memperlambat langkah. Setiap detik berharga.
Ketika dia mendekati celah tersebut, Alden melihat gambaran samar van Naira yang terparkir tak jauh dari sana. Jantungnya berdegup kencang, tetapi kini dengan harapan.
Memanfaatkan kekuatannya yang tersisa, Alden melompat melewati celah itu, merasakan angin malam yang menyambutnya. Kakinya mendarat dengan mantap di tanah berbatu di luar gudang yang hampir roboh.
Dari samping, Naira berlari menghampirinya. Wajahnya menunjukkan campuran antara kekhawatiran dan ketercengangan.
"Syukurlah kau berhasil keluar," ucap Naira dengan nada lega, membantu Alden yang sedikit sempoyongan karena benturan keras di kepalanya.
Jay juga datang, menjabat punggung Alden sambil tersenyum lebar. "Kau selalu tahu bagaimana membuat drama, Alden."
Alden tersenyum lemah, rasa tegang yang perlahan-lahan menghilang dari tubuhnya. Mereka bertiga segera kembali ke van, bersiap meninggalkan tempat yang mulai diselimuti api.
Saat mereka melaju menjauh, Alden menatap ke belakang, melihat gudang besar itu hancur berantakan, menghilang dalam kobaran api yang kini membumbung tinggi.
Alden sadar masih ada banyak orang yang terjebak di dalam kobaran api, namun ia menggap itu berbagai hukuman dari tuhan atas semua kejahatan yang mereka lakukan.
[Quest selesai, kalahkan eksekutif ke-8, Darfen. Hadiah: 20.000 koin dan 1 kotak skill pasif.]