Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5:
Liam terdiam sesaat setelah mendengar jawaban kalau ternyata Alesha hamil. Menjadi pertanyaan dalam benaknya adalah apakah anak dalam rahim Alesha benar-benar anak Noel ataukah anak selingkuhannya.
“Itulah alasannya aku nggak bisa ngasih tahu Jessica. Dia pasti akan shock berat kalau tahu ini semua,” jelas Noel mengusap wajahnya.
Liam duduk di sofa di samping Noel lalu menepuk pundak sahabatnya itu. “Lalu, apa rencanamu nanti?”
Noel hanya menggelengkan kepala tanda dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
“Kehamilan Alesha tidak akan bisa disembunyikan. Suatu saat Jessica juga pasti akan tahu ini semua,” kata Liam.
Masuk akal. Tapi, tetap saja Noel bingung bagaimana caranya menyampaikan info ini pada perempuan yang emosinya kadang suka meledak itu.
“Aku sebenarnya ingin menunggu Alesha sampai melahirkan. Setelah itu aku akan tes DNA bayi itu. Kalau memang anakku, aku akan mengambil alih hak asuh nantinya. Tapi, kalau ternyata bukan—” Noel tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia merasa bersalah dan kasihan pada bayi yang tidak tahu apa-apa tapi harus menanggung semua kesalahan dan dosa ibunya.
“Aku akan membantu cari jalan keluar,” kata Liam berjanji.
“Bagaimana dengan Jessica?” tanya Noel.
“Kita harus memberitahunya lebih awal sebelum dia tahu sendiri hal ini,” kata Liam lagi.
Noel mengangguk setuju. “Kepalaku sakit sekali rasanya. Boleh minta tolong ambilkan obat di tempat Jessica?” pintanya sambil memijat pelipis.
Liam hanya tertawa pelan. Tujuannya kesini untuk minta obat sakit kepala, tapi malah Noel juga mencari obat tersebut. “Tunggu sebentar, biar aku ke apotik untuk membelikan obat kalian,” ujarnya lalu berdiri setelah menepuk pundak Noel lagi.
Sebagai satu-satunya orang yang terbilang waras untuk saat ini, Liam memilih membantu dua sahabatnya yang sekarang sedang kesusahan.
......................
Pulang bekerja tidak ada kegiatan untuk Jessica. Dia memilih untuk mampir sebentar untuk membeli kebutuhan kulkasnya. Sekarang dia sendirian, jadi tidak perlu membeli banyak stok makanan. Setidaknya dia bisa bawa kantong belanjaan tanpa kerepotan nantinya.
“Hufh!” Jessica mendengus sambil mendorong trolinya.
Ia menuju rak rayu terlebih dahulu. Sebagai vegetarian demi menjaga postur tubuhnya agar tetap bagus, tentu saja dia akan lebih banyak membeli sayur dan buah.
“Tomat di rumah masih ada nggak ya?” Jessica berusaha mengingat-ingat. “Bodo ah, lupa,” ujarnya memasukkan tomat ke troli.
Sebenarnya Jessica bukan tipikal manusia pelupa. Kadang ada kalanya dia tidak memasukkan file penting ke dalam memori otaknya. Contohnya seperti apa saja yang ada di dalam kulkasnya saat ini.
“Ehem! Permisi.” Seseorang berdehem di samping Jessica.
“Hm?” Jessica menoleh dan langsung mengerjap kaget. Orang yang ada di depan matanya sekarang tentu dia ingat jelas. Sangat, sangat, sangat jelas! “Delon,” ucapnya mengedipkan mata beberapa kali. Mungkin ia ingin meyakinkan apakah yang dilihatnya nyata atau tidak.
“Hai, Jess.” Delon mengangkat tangan menyapanya dengan senyum charming.
Oke, biar dijelaskan siapa Delon. Dia adalah lelaki yang dikenal Jessica waktu SMP dan yap! mereka berpacaran sekitar empat bulan.
Delon mutusin Jessica dengan alasan ingin fokus belajar. Kalau dipikir ulang, apa tidak ada alasan lain lagi? heran Jessica.
Padahal jelas-jelas alasan mereka putus karena satu hal yaitu Delon ditembak salah satu murid pindahan yang sangat cantik melebihi Jessica. Anak itu kulitnya putih, bersih, rambut lurus panjang, punya lesung pipi yang membuat senyumnya menjadi semakin imut.
Sedangkan Jessica saat itu tidak bisa terbayangkan. Auranya seperti gerhana matahari, gelap! Kurus, item, dekil pula! Banyak teman Jessica yang mengatakan kalau Delon mau pacaran sama Jessica cuma mau memanfaatkan saja. Saat itu kan Jessica termasuk murid pandai di sekolah, alhasil Delon sering minta kerjakan PR sama Jessica. Namanya juga waktu itu bucin, ya Jessica mau-mau aja gitu.
Cukup perkenalan tentang Delon yang tidak tahu terima kasih waktu itu. Sekarang lanjut ke Delon yang jauh lebih tampan dari sebelumnya.
“Apa kabar?” tanya Delon mengulurkan tangannya. Ia masih tersenyum.
Jessica tak ingin melewatkan. Ini saatnya dia tebar pesona!
“Kabar baik,” jawab Jessica mengibaskan rambut seraya menjabat uluran tangan Delon. Dalam hatinya berkata, biar Delon tahu kalau si upik abu ini bisa berubah menjadi Snow White, Frozen, Cinderella dan karakter dongeng cantik lainnya.
“Tadi aku lihat kamu masuk waktu aku masih di parkiran. Awalnya kurang yakin kalau kamu Jessica soalnya—” Delon menggantungkan kalimatnya.
Udah, bilang aja karena aku sekarang lebih cantik. Iya kan?! batin Jessica. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan senyum antagonisnya.
“Soalnya apa?” tanya Jessica yang langsung cosplay menjadi cewek pick me.
“Kamu berubah menjadi cantik,” ucap Delon akhirnya.
Betul kan!! Dasar cowok! Nggak bisa liat yang bening-bening, gerutu Jessica dalam hati.
Jessica terkekeh pura-pura malu sambil menyelipkan rambut ke samping telinganya. “Makasih,” ucapnya dengan nada lembut dibuat-buat.
“Oh iya. Kamu sendirian?” tanya Delon basa basi sambil melihat sekitarnya.
“Tadi kamu lihat aku masuk sendirian kan?”
“Iya sih,” Delon tertawa garing. “Beli apa, Jess?”
“Sayur dan buah,” jawab Jessica singkat. “Kamu sendiri?”
“Aku mau beli minuman buat stok di kantor. Sekalian banyak yang titip juga,” jawabnya sambil melihat ke arah kulkas yang isinya berbagai macam minuman.
Jessica mengangguk paham.
“Kita satu kota tapi kok baru bisa ketemu, ya?” heran Delon.
“Semesta yang mengaturnya,” jawab Jessica dengan asal biar terkesan bijak.
Delon tersenyum hangat. “Kalau begitu … apa ini bisa dikatakan takdir?”
“Maybe.” Lagi-lagi Jessica tidak terlalu ingin menanggapi soal takdir menakdir.
Senyum Delon semakin lebar. Dia mulai mengajukan pertanyaan paling serius sebelum berani ngobrol lebih jauh.
“Kamu … sudah menikah, Jess?” tanya Delon hati-hati dan suara pelan.
“Sejujurnya ... I'm newly divorced.”
Rasanya Delon ingin berteriak girang mendengar Jessica bercerai. Terbukti dia menahan senyumnya agar tidak semakin lebar. Dari sorot matanya yang menyipit juga keliatan kok. Tapi, itu tidak sopan ketika dia menyukuri atas perceraian orang lain.
“Kamu sendiri gimana, Lon?” tanya Jessica yang sebenarnya juga sangat penasaran.
Delon yang dia kenal kan memang selalu digandrungi para cewek-cewek. Padahal waktu SMP dia terbilang cupu meskipun ganteng banget. Apalagi sekarang Delon sudah berubah dari segi pakaian. Jessica bisa menilai style Delon di angka 8/10.
“Single,” jawab Delon malu. “Baru pisah sih sebenarnya, lima bulan yang lalu,” ungkapnya.
“Ohh … kupikir kamu sudah menikah,” kata Jessica.
Delon menggeleng. “Kemarin juga udah mau serius. Tapi, sayangnya dia—”
“Jangan bilang dia selingkuh!” tebak Jessica dengan cepat. Entah kenapa dia mual sekali dengan hal-hal berbau perselingkuhan.
“Oh, bukan!” kata Delon tertawa canggung.
“Hhhh … syukurlah,” kata Jessica dengan lega.
“Dia meninggal dunia, Jess,” lanjut Delon.
“Ups!” Seketika Jessica merasa bodoh dan bersalah karena telah mengucapkan dua hal fatal. Pertama, dia menebak kalau pacar Delon selingkuh. Kedua, dia juga sempat ngomong kata “syukurlah” padahal pacarnya Delon— ah, sudahlah!
...****************...