“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 12
Alika masih menatap punggung lebar Daniel, jarak keduanya cukup jauh, Daniel bahkan sedari tadi hanya membelakanginya saja.
Alika memang menikah dengan Daniel karena dipaksa terpaksa, di paksa oleh ibunya, namun tetap saja dia ingin memperlakukan Daniel selayaknya seorang suami yang sebenarnya. Dia juga ingin bersikap sebagai istri yang mengayomi suaminya meskipun pernikahan itu tidak di dasari dengan cinta.
Alika berpegang pada keinginannya sejak dulu, jika dia hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya.
Alika memberanikan diri melangkah mendekat ke arah Daniel, dia ingin melihat wajah pria yang sudah menjadi suaminya itu.
“Jangan mendekat!” Bentak Daniel membuat Alika menghentikan langkahnya dengan terkejut.
“Aku, aku tidak bermaksud lain, aku hanya ingin melihat wajahmu.” Ucap Alika gugup.
“Tapi aku tidak ingin melihatmu!”
Mendengar ucapan Daniel membuat Alika terpaku. Kenapa Daniel tidak ingin melihatnya? Apakah karena wajahnya yang jelek? Apakah Daniel juga menganggap kecantikan adalah segalanya?
“Kenapa?” Tanya Alika ingin tahu.
“Aku tidak ingin melihat wajahmu! Karena aku sangat keberatan dengan wajah jelek mu itu!”
Deg! Alika di tampar dengan ucapan yang menyakitkan. Daniel ternyata memang tidak berbeda dengan orang lain, Daniel tidak berbeda dengan ibunya yang memperlakukan dia dengan buruk hanya karena alasan yang tidak bisa Alika paham, hanya karena wajah jelek dia di perlakukan dengan buruk.
“Oh, baiklah.” Jawab Alika mendorong naik kacamatanya.
Daniel sudah terang-terangan mengatakan dia jelek. Dan, Daniel tidak ingin belik badan karena tidak ingin melihat wajah jeleknya. Alika hanya bisa tersenyum pahit.
“Aku sudah tidak punya pertanyaan untukmu, kamu bisa keluar sekarang.” Kata Daniel.
“Baik.” Sahut Alika nyaris tak terdengar lalu melangkah keluar.
“Jangan lupa tutup pintunya.” Suruh Daniel.
“Baik.” Jawab Alika pendek.
Suara pintu di tutup terdengar, lalu Daniel memutar badannya dan menatap ke arah pintu.
“Ah, dia benar-benar membuatku semakin penasaran dengan kepribadiannya.” Ujar Daniel yang sebenarnya adalah Brian.
Dian menyunggingkan senyum puas, Alika adalah perempuan yang begitu unik di matanya. Wanita pertama yang menolak pesonanya saat dia menyamar sebagai Brian.
............
Karena waktu belum larut, Alika yang belum mengantuk memutuskan untuk duduk di sofa ruang keluarga menyalakan televisi.
Ada rasa dongkol di hatinya karena sikap Daniel tadi padanya. Sikap Daniel yang sungguh tidak bersahabat. Bahkan, bisa di bilang itu adalah sikap benci. Bukankah seharusnya dia yang bersikap seperti itu, karena dia yang menjadi korban perjodohan itu.
Dia yang menjadi tumbalnya, di paksa menikah dengan pria yang bahkan sekali pun tidak pernah dia temui. Dan, saat dia menerima nasibnya, mencoba menjadi istri yang baik menghampiri suaminya, suaminya justru tidak ingin melihatnya karena alasan bahwa wajahnya yang jelek.
Ternyata dua pria di keluarga Admanegara sangat menyebalkan! Alika mendengus kesal melipat kedua tangannya di dada lalu menyandar pada sofa panjang.
Suara siulan yang terdengar membuat Alika menoleh, melihat pemiliknya. Melihat wajah Brian membuat Alika semakin merasa dongkol.
Seharusnya Brian tidak muncul dan membuat moodnya semakin buruk.
“Ada apa dengan wajah cemberut mu itu?” Tanya Brian yang menghampiri Alika.
“Bukan urusanmu!” Ujar Alika kesal.
“Ada apa kamu kesini?” Tanya Alika memalingkan pandangannya dari Brian.
“Kenapa? Apa aku sudah tidak bisa ada di rumah ini? Bukankah rumah ini milik Daniel yang artinya adalah milikku juga, jadi aku bebas berada di rumah ini kapan pun aku mau.” Sahut Brian panjang.
“Terserah kamu saja.” Ucap Alika malas meladeni Brian. Lagi pula apa yang di katakan Brian benar, dia memang bebas berada di rumah itu.
“Kakak ipar, sepertinya mood mu malam ini tidak bagus. Apa kamu sudah bertemu dengan kakakku? Apa dia membuatmu kesal?” Tanya Brian sambil mengambil posisi duduk tepat di samping Alika tidak peduli dengan ketidaknyamanan yang di rasakan Alika.
“Kamu ingin ke mana?” Tanya Brian saat melihat Alika berdiri.
“Tadinya aku duduk di sini karena aku tidak bisa tidur, tapi mendadak aku sudah merasa sangat mengantuk! Aku ingin ke kamarku dan tidur!” Jawab Alika dengan nada kesal.
“Waah, apa kakak ipar begitu rindu padaku, sampai-sampai kakak ipar tidak bisa tidur jika tidak melihat wajahku terlebih dahulu?” Goda Brian ikut berdiri sehingga kini keduanya saling berhadapan.
“Sepertinya kamu sakit, sebaiknya kamu segera bertemu dokter untuk mengobati penyakit narsis mu itu!” Ujar Alika.
“Aku sudah bertemu dokter, tapi kata dokter obatnya hanya satu, apa kakak ipar ingin tahu apa obatnya?” Balas Brian lalu semakin mendekatkan dirinya pada Alika yang sudah waspada jika Brian akan melakukan hal konyol yang tidak dia inginkan lagi. Apalagi saat ini Daniel ada di rumah itu.
Alika tidak ingin jika Daniel melihat dan salah tangkap, mengira jika dia dan Brian memiliki suatu hubungan yang istimewa.
“Jika kamu mencium ku aku akan langsung sembuh dari penyakit narsisku.” Bisik Brian membuat Alika merinding.
“Gila!” seru Alika.
Mendengar Alika menyebutnya gila membuat Brian tertawa girang.
“Kakak ipar, bagaimana jika kita saling memuaskan? Bukankah kakak ipar merasa kesal saat ini karena di tolak oleh Daniel. Jadi, ku rasa sebaiknya kita berdua melakukan itu untuk menghilangkan rasa kesal mu.”
“Kamu memang tidak waras!” Alika melempar pandangan marah ke arah Brian, dia lalu berbalik dan melangkah pergi.
Dia sudah tidak tahan berlama-lama dengan adik iparnya yang tidak sopan itu, jika tinggal semenit lebih lama lagi, bisa-bisa dia jadi gila.
“Kakak ipar wajah kesal cemberut mu itu membuat kamu terlihat semakin jelek...” Teriak Brian.
Namun dalam hati tidak-lah seperti apa yang dia ucapkan pada Alika. Dia merasa wajah cemberut Alika saat sedang kesal sangat menggoda. Wajah Alika terlihat imut dan manis.
Di dalam kamarnya, Alika langsung melempar tubuhnya ke kasur. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia memiliki adik ipar yang begitu kurang ajar seperti Brian. Ternyata wajah tampan tidak menjamin kesopanan seseorang
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel