Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8.
Setelah di tinggal sendiri dalam ruang ganti tersebut, Jane tanpa sadar jadi melamun.
Ia memikirkan perubahan hidupnya, yang tiba-tiba mendadak menjadi istri dari seorang pria asing.
Yang ia heran, sedikitpun ia merasa tidak takut, saat tahu akan di nikahkan dengan keluarga Fernandez, yang katanya seorang psychopath.
Dan tidak terduga nya, suaminya adalah pria yang tanpa sengaja ia selamatkan dari tepi jalan.
Pria yang di jodohkan Kakeknya, dengan Kakek pria tersebut.
Surat perjanjian pernikahan, antara putra dari anak pertama Kakek Hendrik, dengan putri dari anak pertama Kakek Jane.
Tapi? siapa Wilson? apakah dia adik dari suaminya? banyak pertanyaan hinggap di kepala Jane.
Melihat betapa tidak sukanya ketiga orang tadi pada suaminya, membuat Jane jadi penasaran dengan keluarga Fernandez.
Pasti ada suatu rahasia, yang tidak lama lagi akan diketahuinya.
Dan mengingat suaminya yang terluka, siapa yang telah melakukanya, hingga pria yang ia anggap suaminya itu hampir mati di tepi jalan, dengan keadaan yang mengenaskan.
Banyak pikiran Jane simpang siur, memikirkan kejadian yang di alami Hendrik, yang akan menjadi bagian dalam hidupnya kedepannya.
"Nona... silahkan ke Aula Pemberkatan!" sahut seorang wanita membuka pintu ruang ganti pengantin.
"Oh.. iya!" jawab Jane tersentak dari lamunannya, mendengar suara wanita yang tiba-tiba muncul dari pintu ruang ganti.
Dua orang wanita datang membantu Jane, memasang penutup kepala pengantin, dan memberikan seikat bunga yang sangat indah, untuk di pegang Jane.
Tiba-tiba Jane merasa gugup, saat ia melangkah keluar dari ruang ganti menuju Aula.
Di bawah Altar tampak pria yang akan menjadi suami sah Jane, berdiri dengan gagah, tidak terlihat kalau ia terluka.
Tinggi badan pria itu, membuat ia terlihat begitu tampan, dengan bentuk tubuh yang kekar, tercetak pada stelan jas pengantinnya.
Mata tajam dan dingin itu menatap Jane dengan lekat, membuat Jane semakin gugup.
Dalam Aula tidak begitu banyak yang hadir, hanya beberapa orang keluarga Fernandez saja.
Jane merasa pernikahan ini di lakukan dengan mendadak, tanpa mengundang siapapun.
Jane merasakan tangan besar suaminya begitu dingin, saat ia meletakkan tangannya yang kecil, ke atas telapak tangan Hendrik yang terulur.
Jane bagaikan bermimpi, saat mendengar ucapan ikrar pernikahan, yang di sampaikan Pendeta kepada mereka berdua.
Mata Jane tidak berkedip menatap Hendrik, saat pria itu menjawab ikrar janji pernikahannya dengan tegas dan jelas.
Saat tiba ia akan mengucapkan sumpah ikrar pernikahannya, Jane hanya terpaku menatap Hendrik, tanpa sadar ia tidak menjawab pertanyaan Pendeta.
"Nona... Jane Rydell!" sahut Pendeta memanggil Jane, karena tidak menjawab pertanyaan ikrar sumpah pernikahannya.
"I.. iya..?" tanya Jane bingung.
"Sepertinya Nona Jane sudah menyadari kesalahannya, ia tidak ingin menikah dengan bajingan itu! pernikahan ini di persiapkan untuk Wilson, bukan untuk si brengsek itu!" sahut wanita paruh baya, yang tadi datang ke kamar pengantin memarahi Hendrik.
Jane mengedipkan matanya, ia baru tersadar dari rasa mimpinya mendengar suara wanita itu.
"Cepat kau turun! jangan lagi memegang tangan calon istriku!!" teriak pria yang bernama Wilson.
"Apa?" tanya Jane terkejut, ia baru menyadari kesalahannya karena melamun tadi.
Jane menatap mata Hendrik yang terlihat semakin dingin, membuat Jane merasa bersalah.
Tangan Hendrik yang tadi memegang tangan Jane, perlahan melepaskan tangan Jane.
"Eh!" Jane reflek memegang tangan Hendrik, ia belum mengucapkan ikrar sumpah pernikahannya.
Tatapan mata dingin Hendrik tampak terkejut, karena tangannya di genggam Jane.
"Aku bersedia! sampai maut memisahkan kami, aku akan setia pada suamiku!" sahut Jane dengan lantang.
Jane tertegun dengan apa yang baru saja ia ucapkan, dengan lancar tanpa beban apapun mengucapkan ikrar pernikahannya.
Tiga orang yang tidak menyangka Jane akan mengucapkan, sumpah ikrar pernikahannya dengan lancar, terkejut bukan main.
Mereka pikir Jane tidak ingin menikah dengan Hendrik, ternyata mereka salah menduga.
Sementara Hendrik juga sama terkejutnya, ternyata Jane bersedia menjadi istrinya.
Mata pria itu dengan lekat menatap Jane tidak percaya, lalu menatap tangan Jane yang menggenggam tangannya.
Perlahan bibir Jane bergerak, dan menyunggingkan senyuman manisnya, membuat Hendrik tidak berkedip menatap Jane.
"Hendrik Fernandez dan Jane Rydell, saya nyatakan sah sebagai suami istri!" sahut Pendeta dengan lantang, "Sekarang waktunya menyematkan cincin pernikahan, dan ciuman pasangan suami istri!"
Seorang Pelayan Mansion, membawa sepasang cincin pernikahan Jane dan Hendrik.
Dengan perlahan, Hendrik memasukkan satu cincin tersebut, ke jemari manis Jane.
Begitu juga dengan Jane, menyematkan satu lagi cincin pernikahan itu ke jemari Hendrik.
Setelah itu Hendrik membuka kain transparan penutup kepala Jane, lalu menunduk untuk mencium Jane.
Dengan perlahan Hendrik mencium sudut bibir Jane, yang nyaris tidak menyentuh kulit Jane sedikit pun.
Membuat Jane jadi tidak bergerak di tempatnya.
Mata Jane tidak berkedip menatap Hendrik, ia merasa kalau Hendrik sepertinya tidak ingin menciumnya.
Bersambung.....