Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Keesokan harinya
Sepulang sekolah Husna dan Reza berniat untuk menjenguk Tama ke rumahnya menggunakan angkutan umum.
Mereka berdua berjalan di pinggiran trotoar sambil menunggu angkutan umum datang. Jalanan sedikit sepi karena Husna dan Reza sengaja pulang paling akhir agar suasana sedikit tenang.
Saat mereka berdua berjalan santai sambil mengobrol, tiba-tiba mobil bertipe off-road langsung berhenti mendadak di samping mereka.
Husna dan Reza yang langsung kaget hanya bisa terperangah sambil memandang ke arah pintu depan mobil itu, mereka sangat penasaran siapa yang ada di dalam mobil tersebut.
Tak lama keluarlah pengemudi mobil tersebut, ternyata itu adalah Frian dengan menggunakan pakaian serba hitam dan kacamata hitam.
Dia langsung berjalan menghampiri Husna sambil celingak-celinguk ke arah sekitar seolah memantau keadaan.
"Ayo ikut aku sekarang!" Tanpa basa-basi Frian langsung mencoba menyeret tangan Husna untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
"Eh eh, Husna mau dibawa kemana?" Reza yang sudah berjanji akan menjaga Husna dia langsung melerai mencoba melepaskan genggaman tangan Frian kepada Husna.
Plak! Plak!
Pukulan keras dan tendangan pun tertanam di wajah dan tubuh Reza yang gempal hingga Reza langsung tersungkur ke jalanan aspal.
"Diem kamu! Saya nggak ada urusan sama kamu!" Hardik Frian sambil menunjuk ke arah Reza karena sudah mencoba menghalangi rencananya.
Reza yang kesakitan sama sekali tak bisa melawan karena pukulan dan tendangan Frian begitu keras dirasakannya. Dia hanya meringis sambil terus mencoba untuk berdiri walau tak bisa.
Sementara Husna langsung di sergap juga di dorong oleh Frian dipaksa untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Ayo cepetan masuk!" Ucap Frian sambil mendorong tubuh Husna ke dalam mobil.
Karena tenaga Frian yang begitu kuat, akhirnya Husna berhasil dimasukkan kedalam mobil dengan dorongan yang sangat kasar. Setelah Husna masuk Frian langsung menutup pintu mobilnya dengan kencang agar Husna tidak bisa keluar.
Tanpa menunggu waktu lama, Frian juga langsung masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil itu secara terburu-buru.
Setelah mobil melaju cukup jauh, Reza yang merintih belum bisa bangun dia langsung mengeluarkan handphonenya dan berniat untuk segera mengabari Tama.
Tuuut Tuuut tuuut.
Suara panggilan telpon terus berbunyi beberapa kali kerena Tama tak langsung mengangkatnya.
"Ah Tama ayolah angkat!" Ucap Reza dengan wajah panik karena sangat khawatir sekali dengan keadaan Husna saat ini.
Setelah beberapa lama akhirnya Tama pun mengangkat telpon dari Reza.
"Hallo Za?" Tanya Tama dengan santai karena memang belum tahu kejadian yang sebenarnya.
"Tama kamu di mana? Cepetan ke sini! Husna Tam Husna!" Dengan suara panik dan sedikit bergetar Reza berbicara kepada Tama.
"Aku di rumah lah dimana lagi, ada apa sih kenapa dengan Husna Za?" Tama pun mulai ikut panik setelah mendengar suara Reza yang begitu ketakutan.
"Husna diculik Frian, aku nggak tahu dia mau dibawa kemana. Yang jelas kayanya Frian mau berbuat jahat terhadap Husna. Tolongin Husna Tam tolongin!" Jawab Reza sedikit menjelaskan tentang keadaan Husna dan kembali meminta tolong.
"Ko bisa? Kamu ini gimana sih Za aku kan udah bilang tolong jagain Husna selama aku nggak ada. Argghh!" Dengan sedikit amarah, Tama pun kini jadi kesal terhadap Reza karena kini Tama sangat khawatir dengan keadaan Husna.
"Aku nggak bisa ngelawan Frian Tam, dia kuat sekali. Ini saja aku belum bisa bangun karena habis dihajar sama dia." Reza memberikan alasan kepada Tama kenapa dia tak bisa melindungi Husna dari Frian.
"Yaudah itu kamu sekarang dimana? Aku mau ke situ sekarang." Tama langsung mengambil keputusan untuk segera menyusul Reza.
"Aku masih belum jauh dari area sekolah. Yaudah aku sharelok sekarang." Jawab Reza sambil mematikan telepon dan langsung memberitahu lokasi saat ini dia berada..
Sementara Tama di rumahnya yang kepanikan langsung menceritakan kejadian ini kepada teman-temannya karena mereka juga masih ada dan menemani Tama di rumah.
Tama mencoba menghubungi Husna beberapa kali tapi tak pernah di angkat karena handphone Husna saat ini sudah disita oleh Frian.
"Yaudah ayo kita aja susul ke sana!" Ajak Daniel yang langsung menggebu-gebu karena sudah sangat geram mendengar semua ini.
"Iya ayo ayo kita berangkat sekarang mumpung kejadiannya belum lama." Tama langsung bersiap dan mengajak keempat temannya itu untuk segera turun ke lantai bawah dan berangkat.
"Iya tunggu sebentar!" Jawab Fauzi sambil menutup laptop yang sedang iya mainkan kemudian dia membawanya karena memang dia sedang mengerjakan sesuatu.
Akhirnya mereka semua berangkat dan hanya berpamitan kepada bii Ningsih, terlebih dahulu mereka akan menuju tempat Reza berada karena hanya Reza yang bisa jadi saksi kemana Husna pergi.
Sementara di perjalanan lain, Husna terus berteriak meminta tolong sambil memukul-mukul lengan Frian yang sedang mengemudi.
"Diam!" Frian membentak Husna dengan suara keras karena Husna sangat mengganggunya saat mengemudi.
Plak!
Setelah membentak, Frian pun menampar Husna lumayan keras hingga Husna sedikit terdorong.
"Aku harap kamu diam ya Husna! Aku bisa saja melakukan hal yang lebih keji lagi terhadapmu saat ini. Jadi aku mohon kamu nurut saja jangan melawan." Ucap Frian sambil menodongkan pisau belati ke arah Husna yang dia ambil dari atas dasbor mobil.
Husna pun langsung terdiam sambil memegangi pipinya yang kesakitan. Air matanya mulai jatuh bibirnya bergetar dicampur perasaan takut yang begitu dalam karena baru sekarang melihat Frian sekasar ini terhadapnya.
Ketakutan Husna semakin menjadi-jadi saat Frian mengarahkan mobilnya ke arah pegunungan. Jalanan kini sudah bukan aspal lagi tapi sudah menjadi tanah.
Husna hanya bisa menangis sambil melihat ke arah samping kaca berharap ada orang yang melihatnya dari arah luar, tapi tak ada satupun orang di sepanjang jalan itu hanya pepohonan yang menjulang tinggi yang dia lihat.
setoran bab