Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Tidak Siap Menikah
Nirmala bahkan kebingungan kenapa dirinya harus ikut dalam acara sepasang kekasih ini. Dia sudah mencoba menolak, tapi Laura begitu memohon padanya. Akhirnya setelah pekerjaan Laura selesai, maka mereka langsung pulang ke Rumah.
Bagaikan sepasang sandal yang tidak bisa dipisahkan dan terus berdampingan, begitulah Laura dan Nirmala. Ketika lulus kuliah dan kembali kesini, maka Laura langsung menjadikan Nirmala sebagai Asisten pribadinya. Padahal Nirmala juga punya pekerjaan lain di sebuah penerbitan buku. Hanya saja, dia tidak bisa menolak hingga akhirnya memilih untuk berhenti bekerja disana, dan bekerja sebagai Asisten Laura saja.
"Ini, kamu pakai baju ini"
Nirmala hanya diam saja, saat Laura memantaskan beberapa gaun di tubuhnya. Disini malah seperti Nirmala yang akan pergi kencan. Karena Laura yang sibuk memilihkan pakaian untuknya. Sementara untuk dirinya sendiri, dia entah sudah mempunyai pilihan atau belum.
"Sudah Nona, aku memakai yang ini saja. Lagian ini acara kamu dan Tuan Galen. Kenapa malah sibuk memilihkan pakaian untukku. Sebaiknya kamu segera bersiap, sebentar lagi Tuan Galen akan menjemput"
Nirmala membawa satu gaun berwarna pastel di tangan Laura, dan dia segera berlalu ke kamarnya sendiri untuk bersiap. Sementara di dalam kamarnya, Laura malah duduk diam di pinggir tempat tidur. Menatap gaun di tangannya ini.
"Ada apa denganku? Kenapa aku seolah tidak bersemangat untuk pergi dinner dengan Galen? Kenapa tidak seantusias kemarin saat aku pergi dinner dengan Benji?"
Pertanyaan yang dirinya sendiri tidak tahu apa jawabannya. Yang jelas dia tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Ah, sebaiknya aku bersiap sekarang"
*
Galen masuk ke dalam Rumah kekasihnya, dia menunggu di ruang tengah. Sudah mengirim pesan pada nomor Laura jika dia sudah berada di Rumahnya. Sampai, suara langkah kaki membuat dia mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
Nirmala berjalan menuruni anak tangga, dengan gaun biru pastel yang dia gunakan terlihat begitu cocok di tubuhnya. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan tergerai begitu saja. Hanya diberikan satu jepitan rambut di bagian kiri.
Tiba-tiba saja Galen merasakan debaran berbeda dalam dirinya. Sejenak dia cukup terpesona dengan kedatangan Nirmala.
"Tuan sudah sampai ya, tunggu sebentar ya Nona Muda masih bersiap"
Galen mengerjap pelan, dia baru tersadar jika Nirmala sudah berada di depannya sekarang.
"Em, baiklah. Aku akan menunggunya"
Nirmala mengangguk, dia berbalik dan ingin melangkah keluar Rumah lebih dulu. Namun, suara Galen membuatnya menghentikan langkah.
"Tunggu disini saja"
Nirmala menggigit bibir bawahnya, dia ingin menghindari pria ini karena setiap dia berada di dekatnya pasti selalu membuat jantungnya berdebar.
"Em, ada yang perlu saya siapkan dulu. Saya permisi, Tuan"
Nirmala segera berlalu, melangkah dengan cepat sambil menyalipkan rambutnya ke belakang telinga. "Ya ampun, ini tidak benar. Kenapa aku terus berdebar saat dekat dengan Tuan Galen, belum lagi tangan ini langsung dingin. Aaa.. Ada apa denganku?"
Nirmala sudah menyiapkan mobil, dia tidak mungkin ikut bersama dengan pasangan kekasih itu. Jadi, meski terpaksa harus ikut, dia akan mengemudi sendiri. Ketika Laura keluar bersama Galen dengan bergandengan tangan.
Mereka serasi sekali. Gumamnya dalam hati. Nirmala tersenyum saat melihat Laura yang tersenyum ke arahnya.
"Nona Muda, aku bawa mobil sendiri ya. Kalian enjoy saja berdua. Lagian aku ikut juga cuma mau ikut makan saja" ucap Nirmala.
"Loh, kenapa kau tidak ikut saja dengan kita?" tanya Galen.
Nirmala tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Tidak perlu Tuan, saya tahu kalian pasti harus melepas rindu setelah berpisah Negara selama 2 tahun. Sebaiknya nikmati waktu berdua kalian. Aku duluan ya"
Nirmala masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya. Ada yang tidak nyaman dalam dirinya, tapi dia tidak tahu itu apa.
"Duh, kamu ini kenapa sih Nirma?"
Nirmala memukul kemudinya, kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan hati dan pikiran. Mobil terus melaju hingga tiba di tempat tujuan. Nirmala memarkirkan mobilnya. Beberapa saat kemudian, mobil mewah milik Galen juga terparkir disampingnya.
Nirmala tidak langsung keluar, dia melihat Galen yang keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Laura saat ini. TIba-tiba saja tangan Nirmala mencengkram kemudi dengan erat. Dia tidak tahu kenapa dengan dirinya dan ada apa dengan perasaan tidak nyaman di hatinya.
"Nirma, hey. Cepat keluar!"
Nirmala mengerjap kaget saat kaca jendela mobilnya diketuk dari luar. Laura yang melakukan itu. Nirmala menggeleng pelan, menghembuskan nafas panjang untuk menormalkan perasaannya ini. Meraih tas di kursi penumpang, dan dia segera keluar dari dalam mobil.
Masuk ke dalam Restoran mewah ini, Nirmala hanya mengikuti sepasang kekasih ini.
"Em, aku akan menunggu disini saja. Kalian kalau mau makan di dalam, silahkan. Aku mau disini saja" ucap Nirmala.
Dia cukup sadar diri siapa dirinya saat ini, jadi memilih untuk duduk di meja biasa saja. Tidak perlu masuk ke ruangan VVIP yang dipesan oleh Galen.
"Em, gitu ya. Yakin mau disini saja? Ikut ke dalam juga tidak papa" ucap Laura.
"Tidak usah, lagian aku ingin menikmati pemandangan. Jadi mau duduk di dekat jendela saja"
"Ah, baiklah kalau begitu"
Laura menarik tangan Galen untuk pergi dari sana. Namun, tatapan pria itu masih tertuju pada Nirmala yang berdiri di tempatnya. Bukan tidak sadar, namun Nirmala berpura-pura tidak tahu saja jika Galen menatap ke arahnya.
Nirmala duduk di meja dekat jendela, hanya memesan cake coklat dan secangkir kopi saja. Dia memang tidak berniat untuk makan malam. Menatap pemandangan diluar jendela, hiruk pikuk orang-orang masih terlihat. Bahkan kendaraan yang lalu lalang di jalanan, masih begitu penuh.
Sejenak Nirmala hanya menikmati kue coklat yang dia pesan dan juga secangkir kopi. Menikmati suasana malam diluar sana. Sampai ... Brak ... Nirmala terlonjak kaget saat ada yang menggebrak mejanya. Dia menoleh dan melihat Laura berdiri di depannya sekarang.
"Nona, kenapa disini? Bukannya sedang makan malam dengan Tuan Galen?"
Laura memegang tangannya, membuat Nirmala semakin kebingungan saja. "Tolong bantu aku. Pokoknya aku belum siap untuk menikah. Galen benar akan melamarku, dan aku belum siap. Nirma, mana kunci mobil? Aku akan pergi dan kamu yang temani Galen. Kamu cari alasan saja kemana aku pergi"
"Heh, kenapa jadi begini? Tunggu dulu!" Nirmala menahan tangan Laura yang merogoh tas miliknya untuk mengambil kunci mobil. "... Kamu tidak bisa pergi begitu saja. Bagaimana aku menjelaskan pada kekasihmu?"
Dapat, kunci mobil sudah berhasil dia ambil dari tas NIrmala. "Terserah kamu mau cari alasan apa. Tapi yang jelas, aku belum siap menikah dengannya. Jadi, jangan sampai dia benar-benar melamarku sekarang. Aku tidak siap. Bye, bye ... Aku titip Galen padamu, Nirma"
Laura langsung berlalu pergi dengan tergesa-gesa. Meninggalkan Nirmala yang kebingungan sekarang.
"Ya Tuhan, aku harus apa?"
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪