Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 24 - Mulai Darimana?
Adrian semangat sekali untuk menunjukkan alamat rumahnya pada pak Gionino. Hingga beberapa saat kemudian mobil yang mereka naiki akhirnya tiba di tempat tujuan.
Diantara ketiganya hanya Aruni yang merasa tak nyaman, cemas dan khawatir meskipun tanpa sebab yang pasti.
Adrian dan Gio keluar bersamaan melalui pintu yang berbeda, Gio sengaja tetap menahan pintu agar Aruni keluar dari sisinya, namun wanita itu memilih untuk mengikuti Adrian.
'Tentu saja tidak mudah,' batin Gionino, lalu tersenyum kecil. Di masa lalu pun dia begitu sulit untuk mendapatkan hati wanita ini.
Aruni adalah si kutu buku yang harus mempertahankan nilai demi beasiswanya. Jika nilainya sekali saja buruk, Aruni bisa kehilangan beasiswanya tersebut.
Saat itu Aruni hanya anak yatim piatu dari panti asuhan, namun berhasil masuk ke sekolah SMA internasional. Masuk ke dalam jajaran para anak-anak konglomerat.
Sungguh, banyak sekali hal yang ingin Gionino bicarakan dengan cinta pertamanya ini. Bukan tentang penghianatan Aruni menikah dengan Hendra, tapi kenapa Aruni hidup seperti ini? Disaat dia mampu jadi seseorang yang lebih hebat.
"Pak Gio, ayo masuk," ajak Adrian, si paling antusias. Dia membuka pintu lebar-lebar.
Aruni masuk lebih dulu untuk langsung menuju dapur.
"Maaf ya Pak, rumahnya kecil," ucap Adrian, dia mencari selimut di dalam lemari pakaian untuk duduk tuan Gionino. Namun ketika kembali ke ruang depan, dilihatnya tuan Gio sudah duduk di lantai tanpa alas apapun.
"Pak, duduk di sini saja. Di lantai dingin," ucap Adrian.
"Duduklah di sini, kita bisa duduk tanpa alas. Lagipula lantainya bersih." Gio menepuk sisi di sampingnya, ingin Adrian duduk di dekatnya.
Aruni diam-diam mendengar semua pembicaraan itu. Hatinya berkecamuk sendiri. Jika tak ada pembicaraan diantara dia dan Gio mungkin pria itu akan terus menganggunya seperti ini.
Jadi Aruni putuskan untuk nanti bicara dengan pria itu. Kembali menegaskan bahwa kini mereka tak perlu terhubung lagi.
Dengan membawa segelas teh hangat dan toples plastik kecil berisi biskuit RoNa, Aruni akhirnya keluar.
"Silahkan diminum," tawar Aruni. "Adrian, ganti bajumu lebih dulu. Setelah itu makan siang," titah Aruni, anaknya pasti lapar.
"Apa kamu ingin makan juga?" tanya Aruni pada Gionino.
"Tidak usah, aku akan minum tehnya," jawab Gio.
"Pak, aku tinggal ke dalam dulu ya," pamit Adrian dan Gionino menganggukkan kepalanya.
Komunikasi tipis-tipis ini entah kenapa terasa begitu berkesan bagi Gio, meski sederhana namun semuanya sangat bermakna.
Meski hanya tawaran tak sungguh-sungguh dari Aruni, pamit tulusnya Adrian. Semuanya itu begitu mengena di hati pria berwajah teduh tersebut.
"Aku minum ya?" tanya Gio pada Aruni, kini di ruang depan hanya ada mereka berdua.
Diam-diam Adrian mengintip keduanya sesaat, sebelum akhirnya benar-benar ganti baju sesuai perintah sang ibu. Adrian tersenyum kecil, kini dia benar-benar tak peduli dengan keadaan sang papa. Di dalam benaknya justru penuh dengan tuan Gio, tuan Gio dan tuan Gio.
Seperti tak tahu diri, Adrian bahkan berangan-angan andai tuan Gio dan ibunya kembali bersama.
Bukan karena kekayaan yang dimiliki oleh tuan Gio, namun Adrian sungguh ingin melihat ibunya disayangi. Hanya itu saja.
"Silahkan," jawab Aruni, dilihatnya Gionino mulai meneguk minuman yang dia buat. Tapi hanya sedikit sekali, tidak sampai setengah gelas.
Aruni tidak tahu, bahwa Gio memang sengaja minum sedikit demi sedikit agar dia bisa berlama-lama di sini.
"Gio ... bisakah kita bicara?" ucap Aruni kemudian.
"Banyak juga yang ingin ku bicarakan denganmu. Kamu ingin mulai darimana?"
lagi dong...
semoga gio mengikuti andrian td saat keluar rmh🤲
belum puas nih kak😢