banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kini tak terasa suda satu bulan lamanya Zahra daerah itu, dan selama itu juga kehidupannya sudah dibilang cukup baik karena terbebas dari William yang kejam.
Zahra termenung didepan tv yang menyala, pikirannya melayang pada perkataan Nalendra.
"Oh iya aku ada kabar bagus untuk kamu. Tentang William". Kata Nalendra antusias.
"Kabar bagus ? Memangnya apa yang bagus mengenai laki-laki itu ?". Tanya Zahra menatap kearah lain.
Nalendra menghela nafas melihat respon Zahra, seharusnya dia mencari kesempatan yang bagus untuk berbicara dengannya.
"Maaf, bukan maksud aku mengingatkan mu lagi tentang dia, tapi aku rasa aku harus menyampaikan ini".
"Katakan saja, aku nggak apa-apa".
"Mertuamu sudah mengetahui perbuatan William selama ini bahkan Tante Airin sampai murka jika William selalu menyiksamu dan aku dengar dia akan mengurus surat perceraian antara kamu dan William". Terang Nalendra membuat Zahra melebarkan matanya. Entah ucapan nya benar atau tidak tapi dia begitu senang akan info ini.
"Tapi....".
Zahra mengerutkan keningnya "tapi apa ?".
"Sepertinya William tidak akan mau melepaskan mu, setelah apa yang terjadi padanya. Dikhianati kekasih yang paling dia cintai selama ini. Kemungkinan dia sudah sadar dan ingin meminta maaf padamu untuk memberinya kesempatan". Ungkap Nalendra memandang wajah cantik Zahra.
Nalendra mendapatkan informasi tersebut bukan dari kabar angin yang lalu karena memang keluarga William menutup rapat persoalan ini. Dia sudah memasang mata-mata pembantu dirumah William dan juga rumah orang tua William itu sendiri. Dengan kehebatan yang dia miliki dan juga uang yang bermain mampu dengan muda membayar pembantu yang ada disana.
"Apa kamu akan memaafkan dia ?". Tanya Nalendra.
"Entahlah, mana mungkin aku memafkan orang yang sudah menghancurkan hidupku". Jawab Zahra membuat Nalendra tersenyum.
"Kamu tenang saja, jika nanti benar Tante Airin sungguh-sungguh dengan perkataan nya maka aku akan membantumu". Kata Nalendra dengan senyum mengembang.
Zahra menatap laki-laki tampan yang kini sedang duduk disampingnya, entah kenapa fikirannya mengatakan jika Nalendra menyukainya tapi pikiran itu ditepisnya segera mana mungkin seorang pembisnis hebat dan juga pengacara hebat mau dengannya yang sebentar lagi akan menjadi janda. Itu sangat mustahil, dan kalaupun itu terjadi mungkin keluarga laki-laki itu akan menentang semua. Maka dari itu Zahra selalu menjaga jarak pada Nalendra dan takut nya laki-laki itu akan salah paham akan kedekatan mereka.
" Nggak usah kak, biar aku yang mengurusnya. Mungkin saja mami Airin sudah menyiapkan pengacara hebat untuk menggugat William". Tolak Zahra secara halus.
"Aku akan tetap membantumu Zahra. Tidak ada bantahan". Zahra hanya bisa menghela nafas berat jika Nalendra sudah mengatakan hal itu dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Preng
Lamunan Zahra terhenti ketika kaca jendela rumahnya pecah, memang sepertinya ada yang melempar baru dari luar.
"Astagfirullah ya Allah". Pekik Zahra kaget.
Bu idah yang sedang mencuci piring di dapur segera berlari menuju keruang tv dimana Zahra berada.
"Astaga neng Zahra, itu suara apa ?". Tanya Bu idah dengan panik.
"Suara jendela pecah Bu, mungkin saja ada orang yang melempar dari luar. Entah siapa lagi itu". Jelas Zahra menatap jendela yang pecah.
"Astagfirullah, ada apa lagi ini neng. Perasaan sudah tenang akhir-akhir ini. Kok ada lagi sih yang iseng".
Zahra memang selalu mendapat teror dari orang yang entah siapa, mungkin orang yang membencinya. Maka dari itu dia menyuruh bu idah selaku janda yang sudah berusia 40 tahun itu tinggal bersamanya untuk membantu pekerjaan rumah karena pada saat itu memang Bu idah sangat membutuhkan pekerjaan dan Zahra merasa kasihan.
Beberapa Minggu terakhi ini orang itu tak lagi menerornya dan baru kali ini lagi terjadi bahkan sudah berani melempar kaca jendela rumah Zahra. Dulu hanya sampai sebatas memecahkan pot bunga dan menghancurkan bunga-bunga yang sudah ditanam Zahra.
"Kira-kira siapa yang neng yang melakukan ini semua". Tanya Bu idah penasaran.
"Entahlah Bu, perasaan aku nggak punya musuh diluar sana. Kok ada saja yang ganggu aku yah". Jawab Zahra menatap Bu idah.
"Makasih yah Bu, ibu sudah temani aku dirumah ini jadi aku nggak takut jika ada teror seperti ini hehe". Sambungnya terkekeh.
"Ih neng Zahra malah makasih segala. Ibu tinggal disinikan juga digaji neng hihi. Seharusnya ibu yang berterima kasih sama neng Zahra mau mempekerjakan ibu. Makasih yah neng mau nampung ibu yang sudah tua ini".
Sebelumnya Bu idah bekerja pada Nalendra dengan memetik daun teh, karena memang rata-rata pekerjaan orang didaerah itu memetik daun teh diperkebunan milik Nalendra tapi semenjak bu idah sakit kepala jika terkena sinar matahari terlalu lama jadi dia terpaksa berhenti dari sana takut juga merepotkan orang lain.
"Ih ibu itu belum tua, masih kelihatan muda gitu kok".
"Haduhhh neng, kalau seusia ibu ini mah memang sudah tua apalagi tinggal dikampung tidak perawatan yah keriput. Nggak kayak di kota ibu-ibu disana perawatan bagi yang punya uang". Zahra hanya terkekeh mendengar ungkapan ibu idah.
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuat mereka terdiam sesaat, entah siapa yang ada diluar. Mereka takut untuk sekedar mengintip dibalik jendela mana tau itu adalah si peneror.
"Jangan dibuka neng, takutnya orang jahat. Apalagi ini sudah jam 10 an". Cegah Bu idah ketika Zahra ingin beranjak menuju kearah pintu.
"Kita tunggu saja sampai dia mengucapkan salam, kalau nggak berarti jangan buka dulu. Ibu takut ih". Zahra menuruti apa kata Bu idah da kembali duduk.
"Assalamualaikum neng Zahra, Bu idah". Ucap orang itu dari luar.
Zahra dan Bu idah saling pandang "kayaknya itu suara pak RT deh neng".
Akhirnya mereka segera membuka pintu. Disana sudah ada beberapa warga yang berkumpul didepan rumahnya.
"Waalaikumsalam pak RT, ada apa yah kok rame-rame kesini ?". Tanya Zahra melihat warga tersebut.
"Ini neng tadi ada beberapa warga yang lapor sama saya katanya mereka mendengar suara lemparan dan kaca jendela Bu Zahra pecah". Jawab pak RT.
"Iya pak, makanya tadi kami nggak buka pintu ketika pak RT ketuk-ketuk dari luar takutnya masih peneror itu".
"Jadi dia kembali meneror lagi yah". Kata pak RT menghela nafas panjang.
"Maaf yah pak RT dan warga semuanya, gara-gara saya mungkin kalian tidak tenang". Kata Zahra merasa tak enak hati dengan warga disini.
"Eh bukan begitu neng, peneror itu juga tidak menggangu kami kok, hanya neng Zahra yang diganggu. Apa neng Zahra punya musuh atau semacamnya ?". Zahra menggeleng dengan pertanyaan yang diberikan oleh pak RT.
"Itu pasti ulah Bu Marwah pak RT, selama inikan dia selalu tidak suka sama neng Zahra". Kata Salah satu tetangga Zahra.
"Nah betul tuh pak RT, dia itu selalu mencari gara-gara dengan neng Zahra bukan cuman Bu Marwah tapi anaknya juga si Jihan itu". Kata tetangga yang lain.
"Sudah-sudah kita tidak boleh menuduh orang tanpa bukti. Kita awasi saja nanti dan akan tangkap orang itu". Pa RT segera menengahi takut warga menghakimi Bu Marwah karena belum ada bukti yang mengarah kepadanya.
"Kalau begitu kami permisi yah neng, kalau ada apa-apa neng Zahra langsung telepon saya saja atau tidak warga yang lain yang neng tau nomor nya".
"Baik pak, terimakasih yah sebelumnya pak RT dan warga lainnya sudah baik pada saya".
"Itu sudah menjadi tugas kami neng untuk saling melindungi. apalagi neng Zahra tinggal disini dan orang baru disini". Ungkap pak RT.
Setelahnya mereka segera kembali ke rumah masing-masing.
"Siapa kira-kira yang melakukan ini semua ?". Batin Zahra.
Bersambung...