Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 22 – Pertemuan Pertama
“Lagi-lagi tidak ada informasi yang berguna…” Yin Song menutup buku di hadapannya lalu memijat keningnya.
Sejak selesai menghadiri jamuan yang disiapkan Wang Ergou untuknya, Yin Song menyibukan diri membaca buku-buku catatan terkait dengan Tubuh Dewa Perang tetapi tidak berhasil menemukan solusi terhadap masalah Yin Xuehua.
“Ayah! Ayah!”
Tiba-tiba pintu ruang baca tempat Yin Song berada terbuka, terlihat gadis kecil memasuki ruangan dengan wajah penuh semangat.
“Nona, Pangeran Mahkota sedang sibuk dan tidak ingin diganggu…” salah satu pendekar yang menjaga Yin Song sudah berusaha menghentikan Xuehua tetapi tidak berhasil.
“Aku bosan! Aku merindukan Ayah!” Xuehua menatap pendekar itu dengan kesal.
Yin Song memberi tanda agar pendekar tersebut mundur, dia kemudian berjalan mendekati Xuehua sambil tersenyum hangat, “Xuexue, ada apa dirimu mencari Ayah?”
“Aku ingin digendong! Ayah sudah lama tidak menemuiku!” Xuehua memasang wajah cemberut.
Yin Song tertawa kecil sebelum mengendong putri kesayangannya itu, memang terlepas dari kondisinya, Xuehua merupakan gadis yang ceria serta manja. Belum lagi Xuehua cukup emosional dan mudah mengamuk, sebenarnya tidak masalah jika dia gadis biasa tetapi amukan Xuehua berbahaya jika mengingat kekuatan besar yang tersimpan dalam tubuhnya.
Pernah suatu kali Xuehua menghancurkan semua perabotan dalam satu ruangan serta merobohkan dinding karena dipaksa meminum obat yang pahit.
“Di mana Bunda? Mengapa kau tidak bersamanya?” tanya Yin Song.
Senyuman yang menghiasi bibirnya karena digendong langsung menghilang dari wajah Xuehua, dia hanya menundukan kepalanya tanpa menjawab sepatah katapun.
Yin Song menahan nafasnya sejenak, “Sepertinya Mu Rong masih belum bisa melupakan kejadian waktu itu.” Batin Yin Song sambil mengelengkan kepalanya pelan.
Beberapa bulan lalu, Mu Rong memarahi Xuehua karena gadis itu melakukan kesalahan serius. Xuehua tidak suka dimarahi karena itu secara reflek dia memukul kaki Mu Rong akibat kesal. Tidak disangka pukulan tersebut cukup untuk membuat tulang kaki Mu Rong mengalami keretakan.
Mu Rong menjerit dan menangis keras serta berguling di lantai karena kesakitan. Reaksi Mu Rong tersebut membuat Xuehua panik dan mengenggam erat tangan Mu Rong, celakanya gadis kecil itu mengenggam terlalu erat membuat jari-jari Mu Rong patah.
Setelah kejadian itu Mu Rong tidak berani mendekati Xuehua selama seminggu lebih sementara Xuehua mengurung diri di kamar, menangis tanpa henti karena merasa bersalah.
Mu Rong akhirnya menemui kembali Xuehua tetapi hubungan Ibu dan anak itu tidak pernah lagi sama. Mu Rong selalu mengambil jarak dan sedikit dingin pada Xuehua, selain itu terkadang Mu Rong menatap Xuehua dengan perasaan takut.
Yin Song tidak bisa menyalahkan sikap Mu Rong sebab pastinya memang tidak mudah menghadapi Xuehua setelah semua yang dia alami.
“Pangeran Mahkota, Pendekar Fang telah tiba di Vila Pedang Raja, dia ingin bertemu dengan anda.” Salah satu pelayan mendatangi ruang baca Yin Song, memang Yin Song berpesan agar dikabari jika Fang An datang berkunjung.
Yin Song kemudian pergi menemui Fang An sambil mengendong Xuehua.
“Pangeran Mahkota, Maaf baru bisa datang hari ini…”
Fang An telah menunggu di ruang tamu bersama Xiao Chen, ketika melihat kedatangan Yin Song, dirinya langsung bangkit dan memberi hormat. Xiao Chen juga menunjukan penghormatannya pada Yin Song.
“Saudara Fang tidak perlu sungkan, aku memahaminya…” Yin Song tertawa kecil sebelum meminta Fang An untuk duduk.
Selama perjalanan menuju ke Lembah Seratus Pedang rombongan Yin Song mendapatkan beberapa serangan, Fang An selalu berada di dekat kereta kuda Yin Song dan menjaga keamanan Yin Song serta keluarganya.
Yin Song mengajak Fang An untuk terus bersamanya tetapi Fang An meminta izin untuk pulang menemui muridnya terlebih dahulu karena sudah tidak bertemu selama beberapa bulan. Jika bukan karena Vila Pedang Bambu terlalu kecil untuk menampung Yin Song dan rombongannya maka Yin Song ingin tinggal di Vila Pedang Bambu.
“Inikah murid yang Saudara Fang ceritakan?” Pandangan Yin Song terarah pada Xiao Chen, Yin Xuehua juga merasa tertarik dengan Xiao Chen.
Fang An kemudian mengenalkan Xiao Chen pada Yin Song dan Yin Xuehua. Terlihat jelas keterkejutan pada wajah Yin Song ketika mengetahui Xiao Chen ternyata hanya lebih tua dari Xuehua sekitar satu tahun saja, padahal fisiknya terlihat seperti anak berusia 10 tahun.
“Saudara Fang begitu berbakat, tidak heran jika dirimu juga memiliki murid yang istimewa.” Yin Song tertawa kecil, dia bisa melihat cahaya mata Xiao Chen menunjukan kecerdasan yang dimilikinya.
Fang An melirik Xiao Chen karena ingin mengetahui reaksi muridnya setelah bertemu dengan Xuehua, tetapi nyatanya Xiao Chen memasang wajah tanpa ekspresi.
Yin Xuehua meminta untuk diturunkan dari gendongan Yin Song, dia kemudian berjalan mendekati Xiao Chen dengan begitu penasaran.
“Mau bermain denganku?” tanya Xuehua.
“Tentu.” Xiao Chen mengangguk pelan.
Yin Song dan Fang An terlihat bereaksi, keduanya mengetahui kondisi Xuehua dan itu bisa membahayakan Xiao Chen.
“Salam kenal Tuan Putri…” Xiao Chen mengulurkan tangannya.
Yin Song dan Fang An menjadi panik tetapi sebelum mereka sempat melakukan sesuatu, Yin Xuehua sudah menyambut tangan Xiao Chen. Yin Song dan Fang An menjadi heran ketika tidak terjadi apa-apa pada Xiao Chen sementara Yin Xuehua terlihat begitu senang.
“Ini pertama kali anak seusiaku tidak berteriak saat bersalaman denganku!” Xuehua menjadi begitu antusias.
Xiao Chen tersenyum tetapi sebenarnya dia sedang menahan sakit, dirinya yakin Xuehua tidak mengeluarkan tenaga saat menyalami tangannya namun jika bukan karena Xiao Chen memiliki Tulang Serigala Angin serta kekuatan fisik yang besar pasti tangannya sudah remuk.
“Tuan Putri, Bagaimana jika kita bermain di luar? Ada taman bunga di dekat sini…” tanya Xiao Chen.
Yin Xuehua mengangguk penuh semangat kemudian menarik tangan Xiao Chen untuk meninggalkan ruangan tersebut tanpa berpamitan dengan Yin Song maupun Fang An.
Yin Song dan Fang An sama-sama terpana melihat situasi tersebut. Keduanya memiliki pemikiran masing-masing setelah mengetahui Xiao Chen bisa bertahan dari kekuatan Yin Xuehua.
“Saudara Fang, tidak kusangka anda memiliki murid yang begitu istimewa…” Yin Song masih sulit percaya dengan yang dilihatnya.
Fang An hanya bisa tersenyum canggung karena yang dia ketahui Xiao Chen memang memiliki kualitas tulang yang jauh lebih baik dibandingkan sebelum Fang An pergi ke Ibukota namun kualitas tulang dan kekuatan fisik adalah dua hal yang berbeda. Fang An yakin semua sumber daya yang dia berikan sebelum pergi beberapa bulan itu tidak cukup untuk membuat Xiao Chen memiliki kekuatan fisik sebesar itu.