Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerah
"Bun__gimana zila " Terlihat jelas kekwatiran di raut wajah Daffa.
setelah melihat darah yang mengalir keluar dari pakaian zila , Daffa panik bukan main begitu pula dengan zila, dengan cepat Daffa mengangkat tubuh kecil zila dan memanggil mertuanya, mereka membawa zila kerumah sakit terdekat
"Syukur lah nak, zila baik baik aja begitu juga calon bayi kalian"
"Alhamdulillah" Daffa mengucap syukur berkali-kali
"Kata dokter__zila terlalu banyak pikiran nak"
Daffa teringat dengan ucapan zila jika istrinya itu pulang ke Bandung untuk menenangkan diri, tapi dia datang dan mengacaukan semuanya
Daffa semakin menyalahkan dirinya sendiri dengan kondisi zila, Setiap hari mereka bertengkar ada aja hal hal yang mereka ributkan.
Daffa masuk ke dalam ruang rawat zila , Daffa duduk di samping kanan zila , memegang erat tangan zila dalam genggaman nya, satu tangannya mengarah ke kepala zila yang tertutup Khimar instan berwarna hitam.
"Maaf kan saya Zil, saya yang salah, saya egois"
"Maaf, saya tidak bisa mengerti keadaan kamu Zil"
"Jangan seperti ini lagi yaa, saya ga Suka liat kamu seperti ini"
"kamu jadi jelek tau, kalo sakit kaya gini"
Daffa mengecup telapak tangan zila , Daffa Juga mengusap pelan perut buncit zila
"sayang sehat sehat terus ya nak, jangan nakal di dalam sana"
"jangan buat papah sama mamah kawatir"
....
Zila mengerjapkan matanya , menyesuaikan lampu rumah sakit yang tidak sama dengan lampu kamar nya
zila melihat Daffa yang tertidur dengan posisi duduk di sisi kanan nya , tangan zila terulur mengusap Surai hitam milik Daffa.
Sentuhan zila di kepala nya membuat rasa nyaman di hati Daffa , Daffa tidak tidur, Daffa menikmati sentuhan zila di kepalanya.
Daffa memegang jemari zila yang masih setia di atas kepalanya, Daffa mengangkat kepala dan menatap wajah pucat zila, tapi dengan cepat Zila mengalihkan pandangannya ke arah yang lain.
"Ada yang sakit"
zila menggeleng
"Mau makan"
lagi lagi hanya gelengan yang Daffa dapat
"bunda sama ayah mana"
"Tadi saya minta mereka pulang, kesian mereka kecapean"
"Anda pulang aja , saya bisa sendiri"
"Kamu mau makan apa, biar saya belikan"
zila kembali menggeleng
"Saya ingin sendiri"
"Zil" lembut__sangat lembut suara Daffa memohon agar zila meminta sesuatu yang lain, selain memintanya pergi
"Baiklah, jika itu bisa membuat mu tenang, Kalo perlu apa apa panggil saya, saya ada di luar"
Zila menatap Nanar Punggung Daffa , helaan nafas jelas terdengar dari zila
di luar__Daffa duduk di kursi tunggu depan ruangan zila, pria itu terlihat berantakan, baju yang masih sama dengan yang dia kenakan sebelumnya saat membawa zila kerumah sakit, bahkan di bajunya terdapat noda darah milik zila, mata sayu__ karena semalaman tidak tidur dan terus saja duduk di samping zila.
seharusnya hari ini Daffa sudah kembali ke Jakarta tapi melihat keadaan istrinya Daffa mengurungkan niatnya masalah pekerjaan bisa di urus nanti
waktu terus berlalu Daffa melihat beberapa perawat keluar masuk ke dalam kamar rawat istrinya hanya untuk sekedar memastikan infus zila lancar, juga mengecek kondisi zila.
ingin sekali pria itu masuk tapi zila jelas tidak menginginkan kehadiran nya.
tepat di jam 10 pagi kedua orang tua zila kembali ke rumah sakit , Mereka melihat Daffa tidur dengan posisi duduk di kursi tunggu
"Nak__Daffa, bangun"
karena posisi tidur yang kurang nyaman Daffa langsung terjaga dari tidurnya , padahal Daffa tipe orang yang sulit sekali di bangunan kan
"Bunda"
"iyaa, kamu kenapa di sini nak"
"tadi lagi nyari angin Bun, eh ketiduran" Daffa berbohong untuk masalah kecil juga , tidak mungkin kan Daffa jujur kalo zila mengusir nya
"bunda sama siyapa"
"sama ayah, ayah di dalam, ayo masuk"
Daffa mengangguk dan mengekor di belakang Farah
Di dalam ruangan__zila sedang bercanda dengan ayahnya, Melihat kedatangan Daffa membuat zila yang tadinya tersenyum hangat langsung merubah ekspresi nya dan bersandar di dasbor ranjang.
"Sudah makan nak" Tanya Farah
"Belum Bun"
"Ayo makan ini bunda sudah bawakan makan siang, Daffa kamu sudah makan?"
"belum Bun"
"Ayo makan, ini bunda bawakan makan juga"
"Biar zila aja Bun yang makan Daffa nanti aja"
"looh, kenapa ini bunda sudah bawakan Lo nak"
"Makan mas, jangan sampai kamu juga di rawat karena terus jagain zila, kamu perlu makan"
Walaupun dari gaya bicaranya ada kebohongan tapi zila tulus meminta Daffa untuk makan, zila bisa melihat wajah lelah suaminya
"aku merindukan panggilan itu Zil" Batin Daffa
Daffa akhirnya menganguk mengiyakan ucapan zila
"setelah itu kamu pulang aja dulu, istirahat, kelihatan banget Lo itu matanya kurang tidur, zila biar ayah sama bunda yang jagain"
"iya Bun,Daffa juga mau ganti baju"
Farah duduk di samping zila menyuapi makanan ke mulut zila, sedangkan Daffa duduk di sofa yang ada di kamar zila dengan Ali.
"kamu mikirin apa sih nak , sampai pendarahan kaya gini"
Zila melirik ke arah Daffa yang ternyata Daffa juga menatap nya penuh rasa bersalah
"Kamu tu ga boleh stres sayang, kalo ada masalah cerita sama daffa atau bunda, jangan di pendam sendiri."
"Iya Bun"
"Jangan kerja yang berat berat dulu, Atau kalian sewa orang aja buat beresin rumah"
"Ga perlu Bun, mas Daffa juga sering ko Bantu zila, lagian zila ga mau berbagi pahala sama orang lain"
"Ya sudah bunda percaya sama kalian"
....
Daffa yang baru saja selesai menunaikan sholat Zuhur di Masjid__sekarang sudah berada di dalam kamar zila, Daffa duduk di pinggir ranjang menatap tempat zila berdiri sebelum di larikan kerumah sakit, Daffa mengusap wajahnya kasar sambil beristighfar pada sang maha kuasa
"Maafkan saya Zil"
"Maaaf" lirih Daffa
kata maaf selalu terlontar dari mulut daffa, Daffa sadar , sadar betul, apa yang menimpa istrinya itu karena sikapnya, Andai saja ia tidak datang menemui zila di Bandung dan membiarkan zila menenangkan dirinya pasti apa yang menimpa zila tadi malam tidak akan terjadi, tapi jujur setelah Daffa tau zila pulang ke Bandung jantung Daffa berdetak kencang, takut Jika zila benar benar menginginkan perpisahan mereka.
Jujur Daffa tidak pernah ingin berpisah dengan zila, baginya cukup sekali seumur hidup saja menikah, Ya Daffa akui sikap nya sangat keterlaluan , mudah marah , bersikap dingin, egois,acuh dengan kehadiran zila, tapi satu bulan belakangan Daffa merasa terikat dengan zila, Daffa ingin selalu ada untuk zila meski terkadang cara dia mengungkapkan nya yang salah dan berakhir dengan pertengkaran.
Daffa hanya ingin memperbaiki kesalahannya, Daffa ingin memperbaiki rumah tangganya, walaupun Daffa belum yakin apa perasaannya sudah ada untuk zila Daffa sendiri belum yakin, Daffa hanya ingin memulai semuanya kembali dengan zila
Tapi melihat penolakan dari zila Daffa ragu zila mau memaafkannya
dengan berat hati Daffa harus ke Jakarta seorang diri, Daffa akan menunggu sampai zila siap menerima nya kembali, walaupun akhirnya zila menolak dan ingin berpisah Daffa akan menerima keputusan zila dengan berat hati.
Daffa menatap sendu Poto zila di atas meja belajarnya, di foto itu__ terlihat zila tersenyum manis penuh kebahagiaan.
"Cantik" Puji Daffa
Daffa meletakkan kembali bingkai Poto zila , memasang jaket hitam nya.
Hari ini juga Daffa kembali ke Jakarta, selain ingin memberikan zila waktu untuk sendiri, Daffa juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya nya terlalu lama
....
"Jadi kamu pulang hari ini"
"iya Bun, ada Operasi yang harus Daffa tanganin, Daffa sebenarnya pengen banget di sini, jagain zila tapi Daffa juga harus kembali kerumah sakit besok, karena ada operasi yang harus Daffa lakuin"
"Iya nak, bunda paham"
"Apa bangunin aja zila nya "
"Jangan Bun kesian baru tidur, biar zila Istirahat,nanti kalo sudah di Jakarta Daffa bakal kabarin zila"
"Ya sudah kamu hati hati ya nak"
"iya Bun, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
jawab Farah dan Ali bersamaan
Setelah pamit dengan mertuanya, Daffa masuk sebenar menemui zila
"Aku pulang dulu ya, aku tunggu kamu di rumah"
Daffa berucap pelan di telinga zila dan mengecup singkat kening zila.
....
Di jalan__ pikiran Daffa terus saja mengingat zila, Daffa ingin di samping zila, Daffa ingin menjaga zila, Daffa memukul stir mobilnya merutuki kebodohan nya selama ini
Flashback on
zila ikut duduk di samping Daffa di ruang tamu yang sibuk dengan benda pipih keluaran terbaru miliknya.
"Mas boleh minta tolong ga"
Tidak ada respon dari pria itu
zila menarik nafas sebelum berucap lagi
"Mas, boleh minta tolong ga"
"mas"
"APAA SIH __KAMU GA LIAT SAYA SEDANG SIBUK"
zila menelan salivanya dengan susah payah, Zila hanya ingin minta tolong minta di Belikan obat, zila merasa dirinya kurang enak badan tapi persediaan obat demam di kotak obat milik Daffa habis
"maaf mas"
zila menggigit bibir bawahnya, dan memilih kembali ke kamarnya.
"Bundaaa"
panggil zila, badannya sudah menggigil , suhu tubuhnya sudah berada di atas kata normal.
Ingin keluar, zila bahkan tidak sanggup berdiri, jalan satu satunya meminta tolong Hana
"Assalamualaikum Han"
"waalaikumsallam Zil , knp"
"gw kangen banget sama Lo"
Hana terkekeh di sebrang sana,
"gw serius Han" zila juga terkekeh, mereka sudah sangat dekat satu sama lain, zila memang suka bercanda tentang hal hal random dengan Hana, kalo Hana bilang zila itu orang nya lawak suka bercanda, tapi cuman sama orang terdekat dia aja, makanya lagi sakit pun zila sempat sempat nya bercanda
"Zil, Lo sakit "
"emm, gw sakit, gw mau minta tolong boleh ga"
"astagaa Zil, bilang Lo mau apa"
"beliin gw obat dong, persediaan obat di rumah gw habis"
"ok, ok gw beliin, eh tunggu Lo sendiri di rumah , Daffa mana"
"ada ko, Daffa sibuk aku ga enak ganggu"
"Zil Lo itu punya suami dokter , dia bisa meriksa keadaan Lo ga papa kali Lo ganggu pekerjaan dia Lo kan bininya"
"gw ga enak Han"
"Astaga Zil, Lo kaya baru nikah kemaren aja, tunggu , gw ke sana, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
Zila berusaha turun dari ranjang nya zila ingin menunggu Hana di luar, Zila hanya kawatir hana melihat Daffa duduk santai bermain ponsel di ruang tamu, bisa bisa zila di brondong pertanyaan oleh Hana.
Benar saja Daffa masih duduk di ruang tamu sibuk dengan ponselnya.
"mas, zila ijin ke bawah sebentar ya"
lagi lagi zila tidak mendapat respon apapun dari Daffa
"Assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
"Apa dia sakit, suaranya bergetar"
lagi dan lagi Daffa hanya bersikap acuh , tidak peduli sedikit pun dengan zila . padahal sudah jelas dari nada bicaranya yang bergetar , zila sedang tidak sehat tapi tetap saja rasa acuh Daffa mendominasi.
Flashback of
"Maaf Zil"
"maaf"
Daffa mengusap kasar wajahnya mengingat kembali sikap nya , padahal Daffa tau hari itu zila sakit tapi egonya terlalu tinggi hanya untuk sekedar bertanya keadaan zila.
........
"Mah, mas Daffa mana"
"Sudah pulang nak, Daffa Belum ngabarin kamu ya"
"pulang?"
"iyaa nak, Daffa belum ada nelpon gitu"
Farah yang sibuk merapikan barang barang zila ke dalam tas kini atensinya teralihkan ke zila
"Belum ada Bun mungkin mas Daffa sibuk"
Farah mengangguk dan kembali membereskan barang zila
....
Di rumah__zila duduk di atas ranjang dengan posisi bersila, zila memegangi ponsel nya niatnya ingin menghubungi Daffa tapi ada rasa ragu juga , ragu jika Daffa mau mengangkat telpon nya
di tempat lain hal yang sama juga sedang di alami Daffa di dalam ruangan nya__ Daffa juga memegangi benda pipih miliknya, Di Layar nya tertulis jelas nomor zila di sana yang sebelumnya sudah ia masukkan saat zila masih di rumah sakit
"Sayang, makan dulu ayah sudah nunggu di bawah"
"ahh , iya Bun sebentar"
Zila meletakkan ponselnya di atas nakas dan menyusul Farah keluar, tepat setelah itu ponselnya berdering , panggilan dari Daffa.
Daffa di sebrang sana Hanya menghela nafas, karena panggilan nya di abaikan zila
"Apa kamu sungguh ingin kita pisah Zil"
"tapi aku ga mau, aku mau kita bahagia"
"Maaf Zil"
Daffa berbicara sendiri sambil memandangi Poto zila di ponsel nya, Poto zila yang sedang duduk di meja makan tersenyum manis, Daffa mengambil Poto tersebut secara diam diam tanpa sepengetahuan zila.
bukan cuman satu Poto ada lebih 10 Poto mungkin, Poto yang di ambil dengan cara yang sama__diam diam
...
"Zil"
"iyaa Bun"
"makan nak, jangan di aduk aja nasinya"
"Zila ga nafsu makan Bun"
"Zila"
zila yang tadi hanya menunduk memandangi nasinya sekarang beralih memandang wajah ayahnya.
"kamu jujur sama ayah, kamu lagi ada masalah sama Daffa"
Farah yang mendengar ucapan suaminya lekas menoleh ke arah Ali.
"Maksut ayah"
"ayah bisa lihat sikap kamu ke Daffa nak, ayah juga bisa liat sikap Daffa ke kamu, ok ayah bisa terima kedatangan kamu ke rumah yang seorang diri dalam keadaan hamil karena Daffa sibuk jadi tidak bisa mengantar, ok ayah bisa terima, tapi ayah bisa lihat dari wajah kalian ada yang kalian tutupi dari kami"
Zila hanya menunduk , bingung harus menjawab apa
"Nak, bukan ayah mau ikut campur, ini keluarga Kalian, tapi kalo kamu tidak mampu memendam nya sendiri cerita ke kami , Jangan di pendam sendiri "
"Ga ko yah , zila sama mas Daffa ga ada masalah"
"ok kalo kamu ga mau cerita, tapi ayah minta kamu bisa bersikap dewasa dan selesaikan masalah kamu sama daffa dengan kepala dingin, pergi dari rumah bukan cara dewasa menyelesaikan masalah nak"
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa