Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Arumi!" Ucap Erlan lirih.
"Aku mohon, jangan kubur perasaan kamu sama aku. Aku bakal tersiksa banget kalau kamu kaya gitu."
"Iyaa, Erlan."
"Kamu janji?"
"Janji?"
"Iya, janji. Janji buat gak bakal pernah ragu lagi sama hubungan kita."
Arumi sejenak terdiam, tapi kemudian ia mengangguk.
"Iya, Erlan. Aku janji." ucap Arumi seraya mengangguk di hadapan Erlan.
Tok ... Tok ... Tok ..
"Erlan, kamu di dalam?" Tiba-tiba suara Rika terdengar dari luar.
Mendadak Arumi sangat ketakutan. Ia takut kalau Rika sampai memergokinya yang sedang berada di ruangan foto Suaminya.
"Gimana ini, Erlan?" ucap Arumi panik.
"Kamu gak usah takut, Arumi. Kamu gak bakal ketauan sama dia." jawab Erlan. Ia masih sangat tenang.
"Ada apa, Rik!" Kali ini ucapannya tertuju pada Rika yang mungkin sedang berdiri di balik pintu studio.
"Kamu lagi apa di dalam, Sayang? Kenapa pintunya kamu kunci?"
"Aku lagi mindahin barang-barang di ruangan ini. Aku gak mau kamu tiba-tiba masuk karena di sini masih berantakan banget. Makanya aku ngunci pintunya dari dalam." jelas Erlan dengan kebohongannya.
Ia lantang berbicara tanpa membukakan pintu sama sekali untuk Istrinya.
"Kamu kenapa kesini? Kamu gak istirahat?" tanya Erlan kemudian.
"Aku boleh minta tolong gak sama kamu, Erlan?"
"Tentu boleh. Kamu mau minta tolong apa?"
"Bisa beliin aku pembalut? Aku tiba-tiba datang bulan gak tepat waktu."
"Baiklah, nanti aku beliin. Kamu tunggu aja di kamar."
"Iya, Erlan."
Tap ... Tap ... Tap ....
Langkah Rika semakin menjauh dari depan studio. Ia patuh pada perintah Erlan untuk segera kembali masuk ke dalam kamar.
"Ayo aku antar pulang, Arumi!" ucap Erlan seraya membantu Arumi beranjak dari tempat duduknya.
Mereka berdua segera melangkah keluar dari ruangan foto. Dan benar, Rika sudah tak terlihat sama sekali.
"Erlan!" panggil Arumi saat mereka sedang berjalan beriringan meninggalkan rumah Erlan dan menuju ke arah rumah Arumi.
"Hmmm? Ada apa Arumi?"
"Kamu serius mau beliin pembalut buat Rika."
"Iya. Emangnya kenapa?"
Arumi seketika tersenyum.
"Kamu manis banget Erlan."
"Maksudnya?" Erlan sedikit merasa kebingungan.
"Kamu yang laki-laki, tapi gak malu beli barang kaya gitu. Coba yang ada di posisi kamu itu Mas Ibrahim, dia gak mungkin mau. Dia mungkin bakal nganggap aku kurang ajar kalau menyuruh dia melakukan hal itu."
Kali ini giliran Erlan yang tertawa kecil karena menanggapi ucapan Arumi.
"Besok-besok kalau kamu lagi datang bulan, dan stok pembalut lagi habis, kamu suruh aku aja yang beliin, jangan Mas Ibrahim. Aku gak bakal nolak kok. Bahkan kalau kamu mau, aku bisa memasangkannya sekalian."
"Apaan, sih, Erlan. Dasar mesum!" umpat Arumi lalu mencubit pelan pinggang pria tampan di sebelahnya itu.
Pria yang sangat dicintainya, tapi sayang hanya bisa ia miliki secara diam-diam.
"Aku nganternya sampai sini aja, ya. Kalau aku sampai ikut masuk ke halaman rumah kamu, aku takut tetangga ada yang lihat." ucap Erlan sambil menghentikan langkahnya.
"Iya, Erlan."
"Cepetan masuk, gih! Cepat istirahat."
Arumi mengangguk, lalu kemudian ia meneruskan langkahnya untuk masuk ke halaman rumah seperti yang diperintahkan oleh Erlan.
***
Malam sudah sangat larut. Lagi-lagi Ibrahim tak kunjung pulang. Arumi menduga pasti Ibrahim ke club malam lagi seperti biasanya.
'Oh... Suamiku, kapan dia mau berubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya? Seandainya itu terjadi, mungkin aku gak bakal berpaling darinya. Berpaling dan mencintai pria lain seperti yang aku lakukan sekarang.'
Arumi segera menghubungi Ibrahim. Panggilannya tak juga diterima, hanya terus diabaikannya saja.
Namun Arumi tak mudah menyerah. Ia tetap berusaha menghubungi Ibrahim sampai ia tahu benar sedang apa Ibrahim dan sedang di mana dia sekarang.
Setelah beberapa kali panggilan yang di lakukan Arumi, perjuangannya tak sia-sia. Akhirnya panggilan itu berbalas.
Terdengar suara bising di sana. Suara musik, atau apapun itu.
Benar dugaan Arumi, Ibrahim kini sedang berada di club malam mungkin bersama teman-temannya. Bergaul dengan orang-orang yang semakin membuatnya buruk.
"Halo, Mas Ibrahim!" ucap Arumi di tengah suara bising itu.
Ibrahim belum menjawab, karena ia sangat sulit untuk mendengar suara Arumi.
"Mas Ibrahim!" Ucap Arumi lagi.
Masih tak ada jawaban dari Ibrahim. Sampai Arumi hampir berputus asa.
Arumi hampir hendak menutup panggilan itu saja. Tapi tak kemudian Arumi mendengar suara seseorang di seberang sana.
"Halo ...!"
Arumi mendengar suara seseorang di ujung sana. Suara yang tak lain adalah suara seorang wanita yang membuat Arumi seketika terperanjat.
'Siapa dia? Kenapa ponsel Mas Ibrahim sampai pakai sama orang lain?'
"Halo. Maaf anda siapa?" tanya Arumi berusaha mencari tahu siapa sosok wanita di ujung panggilan yang sedang ia lakukan.
Namun sia-sia. Sesaat kemudian panggilan itu terputus begitu saja. Entah disengaja, atau entah memang berakhir secara tak sengaja.
Rasa ingin tahu Arumi seketika meluap tentang suara wanita yang baru saja ia dengar.
Arumi kembali melakukan panggilan. Tapi kali ini bukan nomor Ibrahim yang ia hubungi, melainkan nomor teman sekantornya yang mungkin juga berada di satu tempat yang sama dengan Suaminya.
Awalnya panggilan Arumi hanya terabaikan saja. Tapi selang beberapa menit kemudian, usaha Arumi kembali membuahkan hasil.
Orang yang ia hubungi bersedia menerima panggilannya.
"Halo Mas Rendi!" ucap Arumi di tengah-tengah suasana yang berisik seperti saat ia menghubungi Ibrahim.
"Iya, Arumi?"
"Apa Mas Ibrahim lagi sama kamu?" tanya Arumi menyelidik.
Rendi terdiam sejenak. Ia merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Arumi.
"Mas, kamu lagi sama Suamiku, kan?" tanya Arumi lagi.
"I-iya, Arumi. Tapi dia ... " Suara Rendi masih terdengar ragu.
"Dia lagi apa, Mas?"
"Ibrahim lagi mabuk, Arumi. Dia hampir gak sadar."
Arumi sudah tak terkejut mendengar hal itu. Karena itu sudah menjadi kebiasaan Ibrahim.
"Mas Ibrahim di mana sekarang? Dia lagi berada di club mana? Aku mau jemput dia."
"Gak usah, Arumi. Biar kami yang nganterin dia pulang."
"Gak, Mas! Aku mau jemput Suamiku sekarang juga." Arumi sangat bersikeras.
Rendi akhirnya memberitahu club malam yang sedang mereka dan Suaminya singgahi.
Sebuah club yang terletak lumayan jauh dari rumah Arumi. Meski sudah lumayan larut, Arumi tak bimbang untuk keluar demi menjemput Ibrahim.
Arumi berangkat ke tempat itu dengan menaiki taksi. Tak butuh waktu lama, akhirnya ia sampai ke tempat tujuan.
Mungkin karena Arumi memaksa Supirnya untuk melajukan kendaraannya lebih cepat lagi dari biasa ia berkendara.
Meski agak ragu, Arumi tekatkan untuk masuk ke tempat yang sungguh baru kali ini ia kunjungi.
Tempat yang sangat ramai oleh pengunjung. Mereka terlihat menari-nari dengan alunan musik yang sungguh sangat memekakkan telinga.
Arumi menerobos masuk di antara orang-orang itu. Tak jarang Arumi harus berpapasan dan bahkan menyenggol seseorang yang ia duga setengah tak sadar karena pengaruh alkohol atau mungkin barang haram yang lainnya.
Arumi sangat kesulitan mencari keberadaan Ibrahim di tengah-tengah suasana remang lampu di club malam itu.
Arumi hampir berputar-putar saja, tak tahu arah tujuan.
Tapi tak lama kemudian, sekilas Arumi melihat sosok teman sekantor Ibrahim yang sedikit ia kenal.
Arumi menduga, Suaminua pasti berada di sekitaran orang itu.
Arumi berjalan mendekat. Sampai Arumi benar-benar melihat keberadaan Ibrahim di sana.
Arumi berniat menghampirinya. Namun sesaat kemudian ia melihat pemandangan yang tak seharusnya ia saksikan.
Arumi melihat Ibrahim sedang bersama seorang wanita. Dia terlihat sangat mesra dan saling bercengkrama.
Si wanita mencium berkali-kali bibir Ibrahim. Sedangkan tangannya berusaha meraba tubuh Ibrahim dengan sangat liar.
Seketika tubuh Arumi bergetar menyaksikan itu. Ia pikir selama ini, hanya dialah satu-satunya orang yang menjamah tubuh Suaminya.
Tapi nyatanya, orang lain juga melakukan hal yang sama.
"Mas Ibrahim!" panggil Arumi.
Seketika pandangan Ibrahim tertuju pada Arumi. Ia sangat terkejut melihat keberadaan Arumi di sana.
"Arumi..."
************
************