Qin Ruyue, seorang permaisuri yang setia dan penuh kasih, mengalami pengkhianatan paling menyakitkan. Kaisar yang pernah dia cintai dengan sepenuh hati, serta adik tirinya yang menjadi selir, bersekongkol untuk menjatuhkannya.
Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, Qin Ruyue disiksa tanpa ampun dan akhirnya dibunuh dalam kesengsaraan yang mendalam.
Namun, takdir memberikan kesempatan kedua yang tak terduga. Qin Ruyue tiba-tiba terbangun, dan mendapati dirinya kembali ke masa tiga tahun yang lalu, Qin Ruyue bertekad untuk mengubah segalanya.
Tidak lagi menoleh ke arah suami yang pernah mengkhianatinya dan adik tirinya yang berkhianat, Qin Ruyue membuat keputusan yang mengejutkan seluruh istana.
Dia akan mengungkap rahasia gelap istana, membalikkan keadaan, dan merebut kembali nasibnya kali ini, dengan caranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENUKAR WEWANGIAN
Selesai makan, Qin Ruyue segera mempersiapkan semua herbal yang sebelumnya diminta kepada pangeran ke-9, dia membaginya dalam beberapa bagian.
"Li Mei! Jemur yang ini, ini dan ini!" ucap Qin Ruyue dengan tegas, sambil menunjuk beberapa tampah yang sudah dipenuhi dengan herbal.
"Nona, bunga-bunga ini, apakah akan baik-baik saja jika anda menjemurnya?" tanya Li Mei.
Qin Ruyue mengangguk, "Hanya kelopak bunga, tidak apa-apa untuk menyimpannya."
"Li Mei mengerti!" ucapnya dengan cepat sambil melangkahkan kakinya ke halaman belakang.
Qin Ruyue memandangi sachet di tangannya sambil tersenyum tipis, '*Untung saja aku pernah belajar selama beberapa tahun dengan dokter ajaib Bai Wuji, sehingga tahu ramuan seperti apa yang tidak akan meninggalkan jejak saat digunakan*.'
Qin Ruyue menyimpan kembali sachet nya ke dalam laci, dia berbaring sambil memikirkan sesuatu.
'*Jika aku tidak salah ingat, Qin Yanran akan keguguran setelah 1 bulan dia memasuki istana kekaisaran, dia akan menjebakku di depan kaisar dan permaisuri, kali ini aku ingin tahu, apakah dia bisa menanggung rasa malu setelah berurusan dengan ramuan yang aku buat*?'
"Nona!" terdengar suara Li Mei dari luar, gadis pelayan itu memanggil dengan terburu-buru.
"Masuklah!" ucap Qin Ruyue.
Li Mei membuka pintu, dia berjalan hingga ke dekat tempat tidur milik Qin Ruyue. "Li Mei baru saja mendengar kabar dari istana pangeran ketiga, sepertinya dia sangat marah setelah tahu bahwa tandu yang dirampoknya di jalan bukanlah milik anda. Nona, kita harus berhati-hati, pangeran ketiga kemungkinan memiliki niat buruk terhadap anda."
Qin Ruyue mengangguk, "Aku tahu, Li Mei, kau tidak perlu memikirkan masalah ini. Aku memiliki rencana sendiri untuk menghadapinya."
"Baiklah nona, Li Mei akan segera menyiapkan air mandi untuk anda. Istana baru saja mengirimkan beberapa wewangian baru, apakah anda ingin mencobanya?"
"Wewangian baru?" tanya Qin Ruyue sambil mengerutkan dahinya.
"Benar, Li Mei mendengar bahwa wewangian itu diekstraksi secara langsung oleh para pelayan dari kediaman permaisuri untuk di berikan ke setiap istana." jawabnya.
Qin Ruyue menyeringai, "Li Mei, kemas semua wewangian itu, simpan di tempat lain. Untuk saat ini, aku hanya ingin menggunakan wewangian yang berasal dari kediaman Adipati."
"Baik nona," ucap Li Mei sambil mengangguk.
'*Wewangian baru? Mungkinkah permaisuri juga ikut berkolusi untuk menjatuhkan ku? Mari kita lihat, apa yang akan mereka lakukan nanti saat kami datang ke acara perjamuan*?'
Saat malam tiba, semua orang mulai terlelap, Qin Ruyue berjalan mengendap-endap ke istana pangeran ketiga, dia menukar wewangian miliknya dengan Qin Yanran.
'*Heh! Apakah dia berpikir bahwa aku masih sebodoh dulu? Mari kita lihat besok, aku harap saudara keduaku bisa menikmati pertunjukan nya dengan nyaman*.'
Setelah berpikir seperti itu, Qin Ruyue bergegas untuk kembali ke kamarnya, dia mengganti pakaian malamnya, sebelum di ketahui oleh orang lain.
"Tidak di sangka permaisuri putri sangat suka menyelinap di tengah malam, apakah ini berarti bahwa kau masih memiliki perasaan terhadap saudara ketiga?" tanya pangeran ke-9, pria itu ternyata duduk di kursi dalam kegelapan.
Qin Ruyue terlihat sangat terkejut, dia tidak menyangka bahwa perbuatannya akan diketahui oleh pangeran ke-9. "Apakah mungkin yang mulia merasa cemburu terhadap putri ini?"
Dia bertanya sambil berjalan mendekat ke arah pangeran ke-9, kedua tangannya melingkari leher pemuda itu.
Pangeran kesembilan segera menarik paksa tangannya, hingga membuat tubuh Qin Ruyue terjatuh di pelukan pemuda itu. "Apa yang kau lakukan di sana?"
"Yang mulia, bukankah anda mengirimkan seseorang untuk memata-matai segala tindakan putri ini? Mungkinkah dia tidak mengatakannya kepada anda?" ucap Qin Ruyue, tidak ada jejak ketakutan di matanya.
"Qin Ruyue! Jangan bermain-main denganku!" ucap pangeran ke-9 sambil mencengkram dagu gadis itu dengan sangat kuat.
"Yang mulia, mungkinkah anda ingin membunuh istri sahnya? Ini tidak benar!" jawab Qin Ruyue sambil terbatuk.
"Tangan mana yang kau gunakan untuk menyentuhnya? Aku pasti akan mematahkan nya!" ucap pangeran ke-9 sambil melotot.
Qin Ruyue mendengus, "Menurutmu, apakah putri ini tertarik pada pangeran ketiga? Yang mulia, anda tahu sendiri di dalam hati, sebesar apa aku ingin melenyapkannya?"
Pangeran kesembilan menarik sudut bibirnya ke atas, "Jika seperti itu, kau tidak boleh mendekati saudara ketiga lagi. Ingatlah bahwa aku tidak suka milikku di sentuh oleh orang lain! Apa kau mengerti?"
Dia melepaskan cengkraman tangannya, namun amarah di dalam hatinya masih belum mereda, membuat Qin Ruyue menghembuskan nafas panjang.
"Yang mulia, menurutmu, apakah aku melakukan sesuatu yang menyinggung permaisuri?" tanya Qin Ruyue sambil menatap pemuda itu.
Pangeran kesembilan terlihat berpikir, "Apakah kau memiliki masalah dengan nya?"
Qin Ruyue mengangguk, dia segera menceritakan tentang wewangian yang dikirim dari kediaman permaisuri, termasuk tindakannya malam ini yang menukar wewangian tersebut dengan milik Qin Yanran.
Pangeran kesembilan terdiam, "Permaisuri kekaisaran tidak pernah berurusan dengan harem, dia merupakan satu-satunya wanita yang bisa duduk sejajar dengan yang mulia kaisar. Jika dia mulai mengulurkan tangannya ke arahmu, berarti kau memiliki sesuatu yang mengancam posisinya."
''Mungkinkah ini ada hubungannya dengan segel militer yang dimiliki oleh ayahku?" tanya Qin Ruyue.
Pangeran kesembilan menggelengkan kepala, "Tidak ada orang yang mengetahui apa pun yang dia inginkan. Kau harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang!"
Qin Ruyue mengangguk, "Sepertinya dia takut jika keluargaku memberikan dukungan padamu, sehingga mengancam posisi putranya."
"Itu bisa di maklumi, lagi pula pertarungan di harem istana jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan medan perang." jawabnya.
Qin Ruyue langsung tersenyum sinis, "Jika tebakanku tidak salah, dia pasti akan segera mengirimkan seseorang ke istana ini untuk menjadi mata-mata."
Pangeran kesembilan mengangguk, "Sepertinya akan segera ada selir baru, nyonya, apakah anda sudah siap bersaing untuk mendapatkan dukungan dariku?"
Qin Ruyue tertawa, "Apakah menurutmu aku seorang wanita yang akan selalu bersembunyi di balik punggung seorang pria? Yang mulia, meskipun aku tidak menyukai adanya selir, namun hal ini tidak mungkin bisa kita tolak, maka aku hanya akan mengingatkanmu untuk tidak tertarik padanya, jika tidak, kau pasti akan mengetahui seperti apa kemarahanku!"
Wajah pangeran kesembilan berkedut, dia kembali mengangkat tangannya untuk mencengkram dagu Qin Ruyue, ''Kau mengancamku?"
Qin Ruyue menggelengkan kepala, "Hanya mengingatkan! Aku juga tidak suka jika milikku di sentuh oleh orang lain."
Pangeran kesembilan melirik sinis, "Apakah pangeran ini setuju untuk menjadi milikmu?"
"Yang mulia, ingatlah bahwa pedang tidak memiliki mata, aku tidak ragu untuk menikamnya di jantung anda saat waktunya tiba." ucap Qin Ruyue sambil berdiri, dia mendudukkan dirinya di kursi lain, tepat berhadapan dengan pangeran kesembilan.
"Aku akan menunggunya, mari kita lihat! Apakah kau memiliki keberanian sebesar kata-katamu mu?" jawab pangeran kesembilan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
sehat" sajakah thoy