Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang
...Visual Pangesti Ning Ayu...
"Begitu kah?" Alula membalas ucapan Ayu pelan, untungnya dia datang ke sini bersama Ayu yang sangat humble.
"Iya, turuti saja." Cetus Ayu.
"I-iya deh." Alula menurut, tapi mata mereka masih sering menatap ke arah orang-orang yang berlalu lalang meskipun kepalanya menunduk.
Ayu berbisik kembali saat menunjuk satu pemuda tampan berwajah mirip Raden berjalan di belakang ayahnya di susul oleh wanita tua berpakaian kebaya.
"Nah yang ganteng itu Mas ke dua ku."
Alula membulatkan matanya menatap wajah tampan Arga yang terasa familiar. "Mas ke dua?" Dia bukanya, bule terdampar yang pernah merusak gambar-gambar ku? Kenapa dunia sempit sekali? Batinnya.
...Visual Arga Mas Andaru...
"Dan yang gemuk itu Eyang ku. Kamu harus tahu mereka sebelum berkenalan." Alula mengangguk paham. Sedikit banyak Alula mengingat saat Raden bercerita keluarganya.
Di depan sana Abimanyu mulai duduk pada kursi utama meja makan kayu panjang tersebut, di susul oleh Eyang yang duduk di sisi kanan nya, dan berikutnya Arga Mas Andaru adik laki-laki Raden yang duduk di sisi kiri Abimanyu.
Ayu kembali menunjuk satu wanita berusia tiga puluh lima tahun yang juga hadir di tengah-tengah mereka.
"Nah itu ibu tiri ku, umurnya masih lebih muda dari Ibu ku, dia selir Romo, kamu tidak perlu sopan padanya." Kata Ayu sinis.
Alula menoleh sedikit terkejut. "Apa? Kenapa tidak perlu sopan?"
"Pelakor tidak pantas bahagia kan? Gara-gara dia Ibu ku selalu di sisihkan." Sambung Ayu berapi-api dengan suara pelannya.
"Kenapa tidak di kasih racun tikus saja kalo begitu? Kamu payah, membiarkan pelakor merajalela." Kata Alula.
"Tidak semudah itu Fatmagul!"
"Sssuutt." Ibu mendesis memberikan peringatan, sebab di mejanya Abimanyu melirik pada mereka yang asyik bergumam sendiri.
Abimanyu menatap Alula dengan kedua siku yang bertumpu pada meja. "Aku dengar menantu ku datang, kenapa tidak ikut duduk dan makan siang bersama?"
Bukanya senang Alula gemetar. Jujur, Alula tidak siap menghadapi hal seperti ini.
Eyang tersenyum. "Ayok mantu, makan sama-sama baru setelah itu kita ngobrol." Ajaknya.
Di mejanya Arga mengernyit, kenapa tiba-tiba ada gadis yang menjadi menantu keluarga ini? Dia saja tidak mendengar pernikahan kakaknya. Arga baru pulang ke Indonesia kemarin sore.
Karlina menuntun menantunya. "Ayok Lula, kita makan sama-sama, anggap kami keluarga mu sendiri. Kita kan sudah menjadi keluarga." Ajaknya.
"Baik Ibu." Alula mengangguk dan terus mengangguk, tak ada yang bisa dia lakukan selain itu.
"Kamu geser." Abimanyu menyuruh Arga menyerahkan kursinya untuk kakak iparnya.
Arga menaikkan satu alis. "Baiklah, silahkan duduk, anggota baru." Katanya menatap Alula.
Alula mengangguk kikuk. "Terima kasih." Ucapnya kemudian duduk di antara Abimanyu dan Arga.
Arga menatap seksama wajah Alula dari samping, seseorang yang tidak asing baginya tapi dia lupa kapan bertemu. "Sepertinya aku mengenal mu." Ujarnya pelan.
"Hah?" Alula menoleh terkejut pada pemuda bule itu. "A-apa benar begitu?"
Arga menatap teliti sekali lagi dan belum mengingat apa pun dengan wajah familiar ini. "Lupakan." Dengan alis yang naik sebelah Arga berucap.
"Syukurlah."
Alula melepas napas lega. Kembali dirinya menatap piring miliknya dengan gemetar yang tak kunjung usai.
Berada di tengah-tengah keluarga bangsawan tentu ada rasa kecil hati yang menaungi.
Apa lagi, lelaki tampan di sebelahnya pernah dia maki-maki satu tahun yang lalu karena sesuatu perkara di luar rencana, semoga Arga tidak mengingatnya lalu membalas dendam di dalam rumah ini.
Semua orang ikut duduk, termasuk Ayu dan Karlina yang duduk bersisian dengan Arga, sementara Lisya yaitu madu Karlina duduk di sisi Eyang.
Lisya sendiri belum memiliki keturunan tapi Abimanyu menyayangi wanita itu bahkan lebih terkesan pilih kasih. Dan itu pula yang membuat Raden tidak lagi betah berada di istana ini.
Seperti keluarga lainnya, Abimanyu menuntun anggota keluarganya berdoa sebelum makan. Mereka semua memulai ritual makan siang bersama dengan steak daging sapi setelah meletakkan celemek makan segi empat di atas paha masing-masing.
Mau tak mau Alula mengikuti.
Menu makan mereka beragam setiap harinya, tidak melulu itu saja, tapi semua menu dari yang Indonesia sampai yang luar negeri akan bergantian ada di meja makan itu.
Suka tidak suka, mau tidak mau, semua orang harus menelan nya, terkadang Ayu mengeluh saat harus memakan sayur karena itu menu yang paling tidak dia suka.
Di saat semua orang memotong daging steak dengan mudahnya, Alula justru terlihat kesulitan menggunakan garpu dan pisau nya.
Alula tidak pernah makan dengan pisau garpu, dia lebih suka memakai tangan langsung, tapi bagi keluarga bangsawan, ada saat mereka makan dengan alat atau dengan tangan langsung.
Karlina, Ayu dan Arga melirik Alula yang tampak kebingungan. Jelas, Alula bukan perempuan yang terbiasa dengan gaya makan mereka.
Abimanyu melirik Alula penuh selidik, apakah cara makan yang benar saja tidak bisa di lakukan istri Raden yang super kaya raya?
Bagaimana jika Alula di hadapkan dengan para tamu elit Raden yang datang dari negara mana saja?
Alula mulai berkeringat, sudah pasti nilai dari Romo tidak baik, meskipun dia tidak berniat memaafkan suaminya saat ini, tapi membuat Raden malu adalah hal yang tidak ingin Alula lakukan.
"Kamu kenapa, ..." Belum lagi selesai pertanyaan Abimanyu yang curiga, Arga sudah lebih dulu bersuara lantang.
"OMG, kenapa steak mu lebih juicy dari steak ku? Tidak adil, kau kakak ipar jadi makan punya ku saja! Ipar yang baik harus banyak mengalah sama adiknya."
Arga menukar piringnya dengan piring milik Alula yang belum di sentuh sekalipun. Masih utuh belum ada guratan apa pun di sana sementara milik Arga sudah dia potong-potong kecil dan siap makan.
Abimanyu mengeras rahang menatap putranya. "Arga, tidak sopan berbuat seperti itu pada istri Mas mu!" Tegur nya.
Arga memang lebih bar-bar dari anak lainnya, setidaknya Ayu dan Raden kalem saat di rumah, hanya Arga yang bersikap apa adanya di dalam rumah itu.
"Maaf Romo, Arga suka sama yang lebih juicy." Sanggah Arga menyengir.
"Tapi mengambil makanan istri kakak mu bukan perbuatan yang baik!" Sela Abimanyu.
Alula menggeleng, rupanya mertua laki-laki nya menyeramkan. "T-tidak apa-apa Romo, Lula tidak suka yang juicy. Lula tidak masalah." Ujarnya terbata.
Jujur, Alula justru senang sebab sekarang Alula tidak perlu repot-repot memotongnya lagi. Terlepas dari Arga yang mengesalkan, Arga sudah memudahkan dirinya secara tidak langsung atau memang sengaja di lakukan oleh Arga untuk membantunya.
bisa mati rasa