Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.
Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!
Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.
Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!
Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?
Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Davina Pov
"Mau ngapain kamu.?!" Seru Om Dave saat melihatku naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuh.
"Aku kedinginan Om, lagian bosan kalau harus menunggu sampai pintu di buka. Lebih baik aku tidur dulu." Jawab Devina. Dia tak memiliki pikiran buruk sedikitpun pada Dave. Tidak berfikir jauh jika aksinya itu bisa saja membuat Dave memikirkan hal di luar logika. Davina terlalu yakin kalau Dave tak akan berbuat macam-macam padanya.
Kesal karna pria dewasa itu tak kunjung mengeluarkan kunci kamar dari saku celananya, aku memilih beranjak ke ranjang. Dari pada harus merogoh saku celana Om Dave, lebih baik tetap berada di kamar ini sembari tidur untuk menunggu sampai waktu yang dia tentukan. Toh sejauh ini Om Dave masih terlihat dingin dan cuek padaku, rasanya tak mungkin jika tiba-tiba dia berbuat macam-macam.
Aku memejamkan mata setelah membalut tubuh dengan selimut tebal. Udara di kamar ini terasa sangat dingin. Aku rasa suhu pendingin udara di sini sangat rendah. Bisa di pastikan berada di angka 18 derajat.
Tak peduli dengan tatapan Om Dave yang sepertinya heran melihatku berbaring santai di atas ranjang. Dia bahkan terlihat kehabisan kata-kata untuk menanggapi ucapanku tadi.
"Kamu itu benar-benar mengganggu.!" Serunya dengan menaikan nada bicara.
Aku membuka mata dan menatap kesal ke arahnya.
"Aku udah minta keluar loh Om, tapi Om sendiri yang nggak mau ngasih kuncinya." Protes ku.
"Itu artinya emang Om sendiri yang mau di ganggu."
"Lagian aku mau tidur, enggak bakal gangguin Om."
Salah siapa menahanku di kamar ini. Padahal kalau tidak mau ada aku di kamar ini, dia hanya perlu mengeluarkan kunci kamar dan aku akan keluar dari kamar ini dengan senang hati.
"Am Om,, Am Om.!! Saya nggak punya keponakan.!" Ketusnya dingin. Ku lihat sebelah tangannya sedang merogoh saku celana.
"Siapa tau nanti aku jadi keponakannya Om,," Celetukku sembari menahan tawa. Melihat Om Dave yang kesal karna terus di panggil Om, aku jadi senang menggodanya agar semakin kesal.
Om Dave langsung menatap jengkel, dia lalu melemparkan kunci ke atas ranjang.
"Cepat keluar.!" Serunya setelah melemparkan kunci kamar padaku. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Aku bergegas turun dari ranjang sembari menggenggam kunci.
"Makasih ya Om,," Kataku yang tak di tanggapi apapun olehnya. Dia cuek saja sembari menghisap rokok.
Aku menutup kembali pintu kamar setelah keluar. Buru-buru turun ke lantai bawah untuk segera pergi dari tempat ini. Jangan sampai Bianca dan Arga melihatku pulang seorang diri.
"Kenapa turun sendirian.? Si Om hidung belang itu nggak bisa di ajak sandiwara ya.?" Suara menjengkelkan itu tiba-tiba terdengar saat aku baru selesai menuruni tangga. Ku lirik Bianca yang sedang tersenyum mengejek ke arahku.
"Niat hati mau pamer pacar baru, rupanya cuma asal gandeng laki-laki." Cibirnya dengan nada penuh kepuasan. Aku terkejut mendengarnya, darimana Bianca tau kalau aku hanya pura-pura memiliki pacar dan asal menggandeng laki-laki untuk dipamerkan pada mereka.
"Siapa yang asal gandeng.?! Aku gandeng tangan pacarku sendiri.!" Sahutku sedikit menyolot. Aku tidak mau Bianca semakin mencibirku jika ucapannya tidak aku bantah. Meski Bianca terlihat tidak percaya, aku akan tetap mengakui Om Dave sebagai pacarku di depannya.
"Oh ya.? Terus kenapa tadi dia diam aja.?"
"Lagian aku udah tau kalau Om hidung belang itu pengunjung setia di sini. Mana mungkin tiba-tiba jadi pacar kamu.! Jangan mimpi,,!" Ketusnya.
Aku dibuat emosi sekaligus kebingungan. Aku sedang mencari cara untuk membungkam mulut Bianca dengan membuktikan padanya kalau Om Dave memang kekasihku.
"Arga saja bisa berpaling, mana mungkin laki-laki setampan dia mau sama kamu.!" Bianca kembali melayangkan cibirnya yang membuat dada terasa sesak. Ucapannya seolah mengatakan kalau aku tak pantas memiliki kekasih yang jauh lebih segalanya di banding Arga. Bianca terlalu merendahkanku, padahal dia sendiri sangat rendah.
"Aku akan buktikan sama kamu kalau dia benar-benar pacarku.!" Ketua ku sembari kembali naik ke lantai atas. Tak ada cara lain untuk membungkam mulut Bianca selain membawa Om Dave kehadapannya. Bianca harus mendengarnya langsung dari mulut Om Dave agar dia percaya.
Aku masuk ke dalam kamar tadi setelah mengetuk pintu berulang kali. Rupanya Om tak mengunci pintu setelah aku keluar, dia bahkan masih di tempat semula dengan batang rokok yang masih baru di tangannya. Entah berapa banyak batang rokok yang sudah dia hisap.
"Mau apa lagi kamu.?!" Tanyanya dengan nada ketus. Sebenarnya sedikit menjengkelkan, tapi karna wajahnya tampan dan aku sedang butuh bantuannya, mau tak mau harus bersikap tenang dengannya.
"Maaf Om, demi apapun aku nggak bermaksud ganggu Om. Tapi keadaan yang membuat aku harus datang lagi ke sini."
"Aku butuh bantuan Om,," Ucapku memohon. Aku duduk di sebelahnya tanpa di suruh.
"Tadinya aku mau langsung pulang, tapi ketahuan sama pengkhianat itu." Keluhku. Kali ini aku tak pura-pura memelas di depannya, benar-benar memasang ekspresi sedih yang natural.
"Dia sudah tau kalau Om bukan pacar aku."
"Please,, tolongin aku ya Om." Kedua tanganku mengatup di depan dada karna memohon pada Om Dave.
"Om harus ikut aku ketemu sama dia dan bilang kalau aku pacarnya Om." Pintaku.
Ekspresi wajahnya terlihat tidak terima.
"Memangnya kamu siapa berani nyuruh-nyuruh saya.?!" Jawabnya. Om Dave terlihat geram, tapi aku juga tidak bisa menyerah begitu saja demi membuktikan pada Bianca kalau aku benar-benar memiliki kekasih.
"Om tau nggak sih kalau nolongin orang tuh dapat pahala,," Aku sedikit merayu dengan nada bicara yang lembut dan lirih.
"Saya lebih tau dari kamu.!" Lagi-lagi Om Dave menanggapi ketus.
"Bagus dong kalau begitu. Berarti Om mau kan bantuin aku.?" Aku menyengir kuda.
"Ayolah Om,, Om yang tampan dan baik hati,," Terpaksa aku mengeluarkan pujian untuk laki-laki yang baru aku kenal.
"Aku janji ini terakhir kalinya aku nyusahin Om,," Ujarku.
Sudut bibir Om Dave terangkat, membentuk gurat senyum smirk.
"Udah sadar kalau kamu nyusahin saya.!" Katanya.
"Jangan harap saya mau bantuin kamu lagi setelah ini.!" Ketus Om Dave sembari mematikan rokok di asbak.
Aku bersorak senang mendengarnya, sampai reflek mendekap lengan Om Dave yang besar dan terasa berotot. Segera ku lepaskan lengannya lantaran mendapatkan tatapan mematikan dari si pemilik lengan.
Aku terus mengatakan terimakasih pada Om Dave sembari mengajaknya keluar untuk menemui Bianca. Tidak sabar rasanya melihat reaksi Bianca saat melihat Om Dave akan mengaku sebagai kekasihku di depannya.
Setelah meminta ijin dengan penuh perjuangan, akhirnya aku bisa mendekap mesra lengan besar Om Dave setelah menuruni tangga. Hal itu supaya Bianca bisa melihat lagi kedekatanku dengan Om Dave.
"Mereka ada di sana Om,," Ku arahkan jari telunjuk ku, menunjuk Arga dan Bianca yang terlihat sedang bercanda dengan senyum bahagia di bibir keduanya.
Sakit rasanya melihat mereka bisa sebahagia itu setelah mengkhianatiku.
Akan aku pastikan kebahagiaan mereka tak bertahan lama. Kalian berdua seharusnya tidak bahagia di atas rasa sakitku.
"Anak ini benar-benar menyusahkan.!" Gumamnya lirih. Aku bisa mendengarnya dengan jelas, tapi memilih diam karna memang kenyataannya seperti itu.
Aku bisa melihat wajah Bianca yang terkejut karna kedatanganku bersama Om Dave di hadapannya.
...***...
Up lebih awal biar votenya belum pada kepake🤣.
yang mau double up, naikin dulu yuk votenya biar masuk rangking 10 besar 🤭