Plakk!!!
"Kamu itu emang beban ya" kata Papa
"Ma-Maaf Pa, aku cuma pengen Papa dateng besok ambil rapotku"
"Papa Sibuk, kamu suruh Bi ijah aja yang ambil sana"
"Tap..."
"Jangan banyak omong kamu"
Tak Di Pedulikan, Tak Di anggap dan tak Di Inginkan itulah hal yang selalu Laili rasakan, setiap ia pulang ke Rumah yang sudah lama Runtuh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laililya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Joging Bersama?
Laili sedang joging bersama Tegar, karena sekarang hari minggu, jadi dari pagi jam lima pagi Laili sudah bersama Tegar.
"Duduk dulu, gue capek" kata Laili
"Iya, lo disini dulu ya"
"Mau kemana lo?"
"Tunggu sini dulu, bentar aja kok"
"Oke"
Tegar pun pergi membeli Air mineral dan cemilan untuk Laili.
"Nih, minum dulu" kata Tegar
"Makasih"
Laili dan Tegar pun minum dan memakan cemilan bersama sambil mengobrol.
"Gue ga nyangka lo kalau lo ikut lombo cerdas cermat" kata Laili
"Kenapa kok ga nyangka?" Tanya Tegar
"Ya ga nyangka aja gitu"
"Anak tukang tawuran, balapan liar kayak gue, pasti lo kagetkan waktu gue ikut lomba cerdas cermat"
"Eng-enggak gitu"
"Terus?" Tanya Tegar
"Ya gue pikir lo ga peduli soal lomba-lomba kayak gitu"
"Boleh sedikit cerita?" Tanya Tegar
"Boleh"
"Mungkin kalau Mama gue ga di tinggalin sama Papa gue, mungkin aja hidup gue ga gini"
"Hah, emangnya Papa lo kemana?" Tanya Laili
"Papa gue cerai sama Mama gue waktu gue masih kecil, sekitar umur satu tahun gue di tinggalin sama Papa gue, Mama gue berjuang sendirian" kata Tegar
"Mungkin kalau Papa gue ada di samping gue, gue ga bakal ikut tawuran bahkan balapan liar, gue cuma mau perhatian dari Papa gue aja, tapi percuma dengan gue balapan liar ataupun tawuran ga ngebuat Papa gue perhatian sama gue, bahkan kembali aja enggak" kata Tegar lagi
"Lo yang sabar ya, tapi gue lihat lo kuat banget gue lihat kayak lo happy aja, sama kehidupan lo, ternyata lo menyimpan banyak luka juga" kata Laili
"Gue juga lihat lo kuat, di depan semua temen-temen lo" kata Tegar
"Gue capek sebenernya, gue cuma pandai pura-pura baik-baik aja, sampek orang-orang ngira hidup gue enak"
"Kita sama pandai pura-pura" kata Tegar
"Hahaha iya lo bener"
"Abis ini ada acara?" Tanya Tegar
"Enggak ada sih, emangnya kenapa?"
"Ikut gue yuk, tapi nanti kita pulang dulu nanti gue jemput"
"Hah, kemana?"
"Ikut aja, gue punya tempat yang pasti lo suka"
"Yakin banget kalau gue suka"
"Yakinlah karena tempatnya indah sama kayak orang yang gue ajak kesana sama-sama indah" kata Tegar
"Hahaha gombal banget lo"
"Gue serius"
Tiba-Tiba.
"LAILI" teriak Sinta dari jauh
Sinta pun lansung menghampiri Laili.
"Hai Sin" kata Laili
"Hai, lo disini sama Tegar dari tadi?" Tanya Sinta
"Iya, lo sendiri sama siapa?" Tanya Laili
"Dimas"
"Hah, terus Dimas dimana?"
"Tuh, DIMAS, sini"
Dimas pun menghampiri Laili, Sinta, dan Tegar.
"Hai Li" kata Dimas
"Hai"
"Kenapa gue ga suka ya kalau Dimas sama Sinta deket-deket" kata Laili dalam hati
"Li, Laili" kata Dimas
"Eh iya, ada apa?" Tanya Laili
"Lo disini sama Tegar?" Tanya Dimas
"Iya, gue sama Tegar"
"Oh, dari tadi?"
"Iya kenapa?"
"Ga papa"
"Mikirin apa sih Li, kok ngelamun gitu?" Tanya Tegar
"Enggak kok, gu-gue cuma mikir lo nanti mau ngajak gue kemana" kata Laili
"Sampek segitunya lo mikirinnya, nantikan juga tau"
"Iya sih, gue penasaran aja" kata Laili
"Kalian mau kemana?" Tanya Dimas
"Bukan urusan lo" kata Tegar
"Gue cuma pengen tau aja" kata Dimas
"Itu namanya lo kepo"
"Udah-udah, kenapa sih kalian berantem terus kalau ketemu" kata Laili
"Gue ga suka sama dia" kata Tegar sambil menunjuk Dimas
"Gue juga ga suka ya sama lo" kata Dimas sambil menunjuk Tegar
"Eh udah kok malah beratem sih"
"Li, gue ingetin sama lo, dia itu ga baik, dia cuma jadiin lo bahan taruhan buat dapetin uang lima juta" kata Dimas
"Apa-apaan lo, anj**g jangan sok tau" kata Tegar
"Gue tau semuanya tentang lo ya"
"Emang ada buktinya, Hah?" Tanya Tegar
"Udah-udah jangan kayak anak kecil deh, ini tempat umum" kata Sinta
"Tau, udah jangan berantem, buat lo Dim kalau lo ga punya bukti jangan asal ngomong takutnya jadi fitnah" kata Laili
"Tapi gue ga fitnah, Li" kata Dimas
"Udahlah, jangan ganggu gue sama Tegar, Ayok Gar" kata Laili sambil menarik tangan Tegar
"Mampus lo" lirih Tegar tepat di depan Dimas
Dimas hanya memperhatikan Laili dan Tegar pergi ia tak bisa mencegah Laili pergi bersama Tegar.
"Dim, emang bener kata lo kalau Laili cuma buat bahan taruhan?" Tanya Sinta
"Gue beneran, emang gue ga punya bukti, tapi gue pernah mergokin Tegas sama temen-temennya ngomongin Laili di caffe" kata Dimas
"Berarti kita juga harus cari cara buat ngejauhin Laili dari Tegar"
"Tapi kayaknya Laili suka sama Tegar"
"Ga mungkin, gue liat malah sebaliknya"
"Maksud lo?" Tanya Sinta
"Lo ga lihat tadi waktu gue nyebut nama lo kalau kita abis jalan berdua, muka Laili kayak beda terus Laili tiba-tiba jadi ngelamun sendiri, gue yakin Laili suka sama lo" kata Sinta
"Tapi gue ga yakin kalau Laili suka sama gue ya" kata Dimas
"Lo sukakan sama Laili?" Tanya Sinta
"Iya suka"
"Gue bakal bantuin lo buat dapetin Laili, gue juga ga mau kalau Laili sama Tegar"
"Lo serius mau bantuin gue?"
"Iya gue serius"
"Makasih"
"Sama-sama"
***
Di Depan Rumah Laili.
"Nanti gue jemput ya, sekarang lo mandi dulu siap-siap, oke" kata Tegar
"Oke, lo jemput jam berapa?" Tanya Laili
"Jam tiga sore gimana?" Tanya Tegar
"Oke boleh"
"Oke, kalau gitu gue pulang dulu ya"
"Iya hati-hati"
"Iya"
Tegar pun pulang, sedangkan Laili masuk ke dalam Rumah.
CEKLEKK!!!
"Hayo Neng Laili mau kemana nanti?" Tanya Bi Ijah
"Bibi, ngangetin aja" kata Laili
"Abisan, Neng Laili kayak seneng gitu"
"Enggak biasa aja Bi, oh ya Bi, nanti Papa pulang malem lagikan?" Tanya Laili
"Iya Neng"
"Pulang jam berapa Bi?" Tanya Laili
"Kayaknya pulang jam dua belas malam kayak kemarin deh Neng, soalnya tadi Bapak bilang nanti pulang malem" kata Bi ijah
"Oh oke, makasih Bi, aku ke kamar dulu ya"
"Iya Neng"
Laili pun ke kamarnya yang ada di lantai dua.
BRUKK!!!
Laili menjatuhkan tubuhnya ke kasur yang empuk, ia mengambil bonekanya Timi.
"Hai Tim, hari ini kenapa aku kesel banget ya, padahal aku sama dia ga ada hubungan apa-apa, tapi kalau dia deket cewek lain aku kok kesel ya lihatnya"
"Apa jangan-jangan aku suka ya sama dia" kata Laili pada dirinya sendiri
Tiba-Tiba.
CEKLEKK!!!
"Hayo Neng Laili suka sama siapa?" Tanya Bi Ijah yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Laili
"Bibi" kata Laili
"Hayo Neng Laili suka sama siapa?" Tanya Bi Ijah
"Bibi pernah ga suka sama orang terus kalau lihat orang yang Bibi suka itu jalan sama orang lain, Bibi kesel sendiri?" Tanya Laili
"Pernah, Bibi dulu, suka sama orang terus Bibi bilang ke orang yang Bibi suka tapi Bibi di tolak" kata Bibi
"Yah, terus gimana?" Tanya Laili
"Ya akhirnya Bibi cuma temenan sama dia" kata Bibi
"Sampek sekarang masih temenan?"
"Enggak, soalnya udah jadi suami Bibi" kata Bibi
"Hah, jadi Bibi dulu yang suka duluan sama Suami Bibi?" Tanya Laili
"Iya, Neng, emangnya Neng Laili suka sama siapa?" Tanya Bibi
"Aku suka sama temenku sendiri namanya Dimas, ini tadi aku ketemu dia tapi dia jalan sama temen cewekku"
"Terus yang tadi nganterin Neng itu siapa?" Tanya Bibi
"Itu Tegar dia juga temen aku, tapi aku cuma anggap dia temen ga lebih"
"Neng dia juga ganteng lo, masak ga suka?"
"Ga tertarik Bi"
Saat sedang asik mengobrol tanpa Laili sadari, dari hidung Laili keluar darah.
"Neng, Neng Laili mimisan" kata Bi Ijah
Laili pun lansung mengambil tisu dan membersihkan darah yang ada di hidung Laili.
"Neng Laili udah minum obat?" Tanya Bibi
"Belum Bi, aku capek minum obat terus, kenapa ga sembuh-sembuh ya, sebenernya aku sakit apa sih" kata Laili
"Neng Laili cuma kecapekan Neng, Neng Laili istirahat aja deh, nanti batalin aja janjinya sama Mas Tegar"
"Ga mau Bi, aku bosen dirumah, aku pengen keluar rumah"
"Tapi Neng Laili kayak gini, badan Neng Laili juga dingin banget"
"Ga papa Bi, kalau emang aku ga sakit kenapa Bibi panik?" Tanya Laili
"Eng-enggak gitu, Bibi cuma khawatir aja"
"Tenang aja Bi, aku baik-baik aja"
"Iya Neng"
"Semoga Neng Laili baik-baik aja nanti" kata Bibi dalam hati.
Misal.
"Aku selingkuh juga karena kamu yang terlalu sibuk dengan dunia kamu sendiri." teriak Herman tak kalah menggelegar.