Selingkuhan Om Tiri
Davina Pov
"Aku mau minuman itu." Ku tunjuk salah satu botol minuman alkohol yang berjejer di bar. Aku bahkan tak tau jenis dan nama minuman yang aku tunjuk. Aku hanya memilih botol transparan dengan air yang bening di dalamnya, mirip seperti air putih biasa. Sepertinya minuman itu yang memiliki kadar alkohol paling rendah di banding minuman yang lainnya. Tapi itu hanya perkiraanku saja karna sebenarnya aku sama sekali tak paham dengan minuman beralkohol.
"Yakin mau yang ini.?" Tanya laki-laki yang menjaga bar bertanya padaku sambil menahan senyum. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini, dari cara dia tersenyum saja sudah bisa di simpulkan kalau dia seolah sedang meledek ku.
"Ya, sudah aku bilang yang itu.!" Jawabku ketus. Kembali ku arahkan jari telunjuk pada botol yang ku tunjuk sebelumnya.
"Awas nanti mabok." Katanya. Aku hanya cuek saja, memperhatikan bartender yang sedang menuangkan minuman milikku dalam gelas kecil.
"Thank you.!" Aku beranjak mencari sofa kosong setelah membayar minumanku. Aku membawa gelas dan botol minuman tadi.
Duduk seorang diri di pojok ruangan. Aku benar-benar seperti anak TK yang baru pertama kali masuk ke sekolah. Tidak ada teman, tidak tau apapun, hanya memperhatikan pemandangan yang sebelumnya tak pernah aku lihat langsung di depan mata.
Dan disinilah aku berada. Di tempat redup dengan dentuman musik disko, kepulan asap yang berterbangan, dan minuman memabukkan yang tak pernah aku sentuh hingga kini usiaku 20 tahun.
Di saat beberapa temanku sudah menjadikan minuman setan itu sebagai minuman favorit mereka, aku bahkan baru akan mencobanya detik ini.
Gila memang, hanya karna sebuah pengkhianatan dan perselingkuhan gila itu, aku justru merusak diriku sendiri dengan mendatangi tempat berbahaya ini. Tempat dimana orang-orang hanya mencari kesenangan sesaat. Ingin melupakan masalah tanpa harus menyelesaikannya.
Tapi siapa yang peduli.? Aku sudah terlanjur sakit hati dengan hinaan kekasih dan sahabatku. Dua sejoli yang tak tau malu itu menganggapku sebagai anak Papa yang selalu menempel di ketiaknya.
Hanya anak ingusan yang tak tau indahnya dunia luar.
Aku akui di usiaku saat ini, aku tak bisa lepas dari Papa. Aku bahkan masih sering tidur di kamar Papa jika sedang merasa lelah atau ketika sedih karna teringat dengan mendiang Mama yang telah pergi 8 tahun silam.
Flashback On
Anggap saja aku sedang membuang barang bekas di tempat sampah.
Memang tempat sampah hanya cocok untuk pembuangan barang-barang bekas atau sesuatu yang sudah tidak berguna lagi.!
Ku tatap tajam dua sejoli yang baru saja memakai baju setelah bertelanjang bulat.
Aku melihat jelas bagaimana sahabatku bergerak liar di tubuh kekasihku seperti manusia yang kesetanan. Ah,, sepertinya memang mereka adalah setan. Setan yang menjelma dengan wujud manusia.
Aku tersenyum kecut, menatap sahabat dan kekasihku yang tega berkhianat.nEntah bagaimana Bianca bisa datang ke apartemen kekasihku dan tidur dengannya.
Aku benar-benar sakit hati melihat semua ini, rasanya ingin menangis karna di khianati orang yang aku cintai dan seseorang yang aku percayai.
Harusnya saat ini aku sudah menangis, meluapkan rasa sakit hati ini. Namun ku lihat raut wajah Bianca tak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun padaku. Dia justru tersenyum meledek ke arahku dan duduk santai di sisi ranjang.
"Kalian menjijikkan sekali.!!" Teriakku untuk kedua kalinya. Pertama saat masuk ke dalam kamar Arga dan memergoki mereka sedang mende - s*h kenik-m*tan.
"Vin, ini nggak seperti yang kamu liat." Arga yang tak tau malu itu berjalan mendekat padaku, mengatakan hal yang membuatku tertawa. Bagaimana bisa Arga mengatakan hal itu sedangkan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mereka melakukan penyatuan. Berhubungan badan layaknya suami-istri.
"Arga.! Arga.!" Seruku sambil bertepuk tangan.
"Rupanya bukan cuma menjijikkan, tapi kamu juga bodoh.!" Aku mencibir kesal.
"Sama bodohnya dengan jal- lang ini.!" Aku mendekat dan menunjuk wajah Bianca. Tanganku langsung di tepis kasar olehnya.
"Harusnya kamu menunjuk dirimu sendiri Davina,," Ucap Bianca sambil tertawa meledek padaku.
"Kamu yang bodoh.! Saking bodohnya kamu sampai baru tau kalau aku punya hubungan dengan Arga."
"Emangnya kamu pikir ini pertama kalinya kami tidur bersama.?" Bianca tersenyum puas ke arah ku. Dia begitu bangga tak hanya satu kali berhubungan intim dengan Arga.
"Bi,,!!" Tegur Arga. Dia terlihat takut hubungan lama itu terbongkar hingga memperingatkan Bianca untuk diam.
"Biarkan saja sayang, biarkan anak ingusan ini tau." Serunya. Tanpa sadar aku mengepakkan kedua tangan. Bianca begitu mudah memanggil kekasihku dengan sebutan sayang, bisa di tebak berapa lama mereka bermain gila di belakangku.
"Davina,,! Kamu itu harusnya ngaca, mana ada cowok normal yang pacaran cuma sekedar ciuman.! Arga bukan anak SD,,!"
"Kamu itu terlalu polos atau bodoh." Dengan entengnya Bianca mencibirku. Mengatakan hal buruk padaku. Rupanya dibalik sikap baiknya padaku selama ini, Bianca memiliki sifat yang mengerikan. Dia bukan sahabat baik yang selama ini aku kenal.
"Aku nggak murahan kayak kamu Bi,!"
"Gampang melempar tubuh secara gratis di ranjang kekasih sahabatmu sendiri, kamu nggak lebih dari seorang pel -l*cur.!"
Aku meneriakkan kata terakhir, ingin membuat Bianca sadar betapa menjijikkannya dia karna tidur dengan kekasihku.
"Dasar sia-l*n.!" Bianca ingin menampar ku, tapi Arga menahan tangannya.
"Sayang anak ingusan ini sudah menghinaku," Bianka tak terima.
"Jangan Bi, biarkan saja."
"Kamu hanya akan mengotori tanganmu."
Aku tersenyum geli melihat dua sejoli itu. Interaksi yang membuatku muak melihatnya.
"Ya ampun Arga sayang,,," Aku terkekeh sinis.
"Bukannya jal-l*ng memang kotor.?"
"Vin sudah.!" Arga membentakku. Hal yang tak pernah dia lakukan sejak kami menjalin hubungan selama 2 tahun ini.
Aku benar-benar kecewa dan sakit hati padanya.
"Sebaiknya kamu pulang, kita akhirnya hubungan ini." Dengan entengnya Arga mengusir dan memutuskanku di depan Bianca.
Lihat bagaimana Bianca yang tersenyum meledek ke arahku karna Arga lebih memilih dan membelanya.
"Tentu saja.! Aku memang ingin mengakhirinya."
"Aku terlalu mahal dan berharga buat cowok nggak bermodal kayak kamu.!"
"Dan kamu.!" Ku tunjuk wajah Bianca.
"Kamu memang pantes dapat bekasan.!"
Aku berbalik badan, ingin cepat-cepat pergi dari hadapan mereka. Rasanya semakin muak berlama-lama di sana.
"Dasar sia-l*n, pulang sana.! Jangan lupa langsung sembunyi di ketiak Papa kamu sambil nangis.!"
Aku menghentikan langkah mendengar teriakan Bianca yang mencibirku.
Rasanya ingin berbalik badan, menghampirinya dan menghadiahkan tamparan di wajahnya yang pas-pasan itu. Namun aku mengurungkan niat, tak ada untungnya meladeni orang yang tak tau malu seperti mereka.
Aku mengalah, melepaskan laki-laki yang sudah 2 tahun bersamaku. Lagipula Arga memang tak pantas untuk di pertahankan.
Flashback Of
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
🥰
2024-04-15
0
Mamah Kekey
hadir kk
2024-02-07
0
Chen Aya
mampir thor
2024-02-04
0