NovelToon NovelToon
Antara Takdir Dan Pilihan

Antara Takdir Dan Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: syah_naz

"Tolong maafkan aku waktu itu. Aku nggak tahu bakal kayak gini jadinya," ucap Haifa dengan suara pelan, takut menghadapi tatapan tajam Nathan. Matanya menunduk, tak sanggup menatap wajah pemuda di depannya.

Nathan bersandar dengan tatapan tajam yang menusuk. "Kenapa lo besoknya nggak jenguk gue? Gue sakit, dan lo nggak ada jenguk sama sekali setelah hari itu," ucapnya dingin, membuat Haifa semakin gugup.

Haifa menelan ludah, tangannya meremas ujung pasmina cokelat yang dikenakannya. "Plis maafkan aku... aku waktu itu lagi di luar kota. Aku beneran mau jenguk kamu ke rumah sakit setelah itu, tapi... kamunya udah nggak ada di sana," jawabnya dengan suara gemetar, penuh rasa bersalah.

mau kisah selengkapnya? ayo buruan bacaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syah_naz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perasaan yang tak di mengerti

Di dalam kamar, suasana terasa tegang. Haifa duduk di kursi roda dengan wajah kesal, tatapannya penuh emosi.

"Ummi! Ini semua maksudnya apa, Mi? Kenapa nggak pernah ada yang bilang soal ini ke Ifa?!" seru Haifa dengan nada kesal.

Ummi Shofiah terlihat bingung dan gelisah. "Ifa… Ummi… Ummi nggak tahu harus mulai dari mana," ucapnya, berusaha menenangkan.

Haifa lalu mengalihkan pandangannya ke Gus Zayn. "Zayn! Kamu udah tahu semua ini sejak awal, kan?" tanyanya, suaranya penuh tuntutan.

Gus Zayn mengangguk pelan. "Hmm... Maafkan aku, Haifa," ucapnya, wajahnya tampak menyesal.

Haifa menghela napas berat. "Kenapa sih kalian nggak bisa jujur dari awal? Apa susahnya bilang terus terang? Harusnya Ifa tahu dari dulu, bukan kayak gini!"

Ummi Shofiah mencoba menenangkan. "Udah, Nak... Jangan marah-marah. Istirahat dulu, ya. Jangan sampai sakitmu kambuh lagi," ujarnya dengan nada lembut, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Haifa mendengus, matanya berkaca-kaca. "Ih, kalian jahat banget," gumamnya, lalu mencoba berdiri memaksakan diri untuk berjalan.

"Haifa, hati-hati!" ucap Gus Zayn dengan cemas.

Namun langkah Haifa goyah, dan tubuhnya hampir terjatuh. Dengan sigap, Gus Zayn menangkapnya sebelum tubuhnya menyentuh lantai. Ia langsung menggendong Haifa ke atas kasur.

Jantung Haifa berdetak kencang saat berada dalam pelukan Zayn. "Diam, jantung! Aku lagi marah ini," gumamnya dalam hati, mencoba menenangkan diri.

"Hati-hati, Zayn," ucap Ummi Shofiah yang tampak khawatir melihat kejadian itu.

Gus Zayn membaringkan Haifa perlahan di atas kasur, wajah mereka sempat berdekatan, membuat nafas keduanya terasa saling bersinggungan. Gus Zayn menelan ludah.

"Duh, jantung gue nggak beres nih," gumamnya pelan sambil berusaha tetap tenang.

Haifa, yang masih kesal, langsung membalikkan badan, membelakangi mereka. "Aku nggak mau tahu. Pergi aja semua. Aku mau sendiri," ucapnya dingin.

Ummi Shofiah mengusap kepala Haifa dengan lembut. "Nak, coba tidur dulu, ya. Istirahat yang cukup. Jangan terlalu dipikirin, ya," ucapnya penuh kasih sayang.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Abi Hamzah muncul. "Lagian kan enak, kalau sekarang Ifa tahu bahwa ifa punya kakak… dan itu Zayn," ucap Abi Hamzah, mencoba memberi penghiburan.

Haifa hanya diam, tidak menanggapi ucapan Abi Hamzah. Ia masih memunggungi mereka semua.

"Abi, Ifa mau istirahat! Tolong, keluar semua!" ucap Haifa dengan nada tinggi, menahan tangis.

Abi Hamzah mengangguk pelan. "Baik, Nak. Abi tutup pintunya, ya," ucapnya lembut.

Setelah itu, Ummi Shofiah dan Gus Zayn mengikuti Abi Hamzah keluar dari kamar.

Pintu kamar ditutup perlahan, menyisakan Haifa sendiri di dalam. Gadis itu menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk, mencoba mencerna semua kenyataan yang baru saja ia dengar.

Di dalam kamar yang sunyi, Haifa terisak sendirian. Air matanya terus mengalir, membasahi pipinya yang memerah. Ia menggenggam selimut erat, mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun hatinya terasa semakin sesak.

"Ya Allah, kenapa hati Haifa sakit saat mendengar kenyataan ini?" bisiknya lirih di antara isak tangisnya.

Ia memejamkan mata, berharap semua ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Tapi rasa sakit itu terlalu nyata, menusuk setiap sudut hatinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Ifa, ya Allah? Kenapa Ifa merasa seperti ini? Bukankah dulu Ifa selalu ingin punya kakak? Tapi… kenapa sekarang, saat tahu Ifa punya kakak, dan itu adalah Gus Zayn… Ifa malah nggak bisa terima?" ucapnya sesenggukan, mencoba mencari jawaban dari rasa yang membingungkan itu.

Haifa menghela napas panjang, tapi isakannya semakin menjadi. "Ahh… kenapa bisa begini? Seandainya aku nggak pernah kenal Gus Zayn, mungkin aku nggak akan sesakit ini," gumamnya, penuh dengan penyesalan yang bercampur dengan perasaan yang tak ia mengerti.

Perasaan yang muncul itu begitu rumit. Ada rasa kecewa, ada rasa kehilangan, dan ada sesuatu yang lain—sesuatu yang sulit ia akui bahkan pada dirinya sendiri.

Haifa meremas selimut lebih erat, lalu menatap langit-langit kamar dengan mata yang sembab. "Ya Allah… tolong bantu Haifa. Bantu Haifa untuk mengerti apa yang Ifa rasakan ini… dan bantu Ifa menerima semuanya dengan ikhlas," bisiknya dalam doa.

Dalam keheningan malam, hanya tangisnya yang terdengar, menemani hati yang terombang-ambing oleh kenyataan pahit yang baru saja ia ketahui.

......................

Di ruang tamu yang megah namun penuh ketegangan, Nathan berdiri dengan ekspresi gelisah. Matanya menatap kosong ke lantai marmer, sementara tangan kanan meremas kuat ponsel di genggamannya.

“Ngapain sih Papah nyuruh aku datang ke sini?!” geram Nathan, suaranya penuh emosi.

"Aku benci banget hidupku diatur-atur kayak gini!"

Om Daniel, yang duduk di sofa dengan raut wajah tegang, menatap Nathan tajam. "Nathan! Kamu ini mau jadi apa kalau terus-terusan begini?!"

Nathan mendongak, matanya menyala penuh kemarahan. “Aku nggak peduli, pah! Aku capek harus terus nurutin keinginan Papah yang selalu tentang uang, uang, dan uang!”

Om Daniel berdiri, mengacungkan jarinya dengan penuh tekanan. "Kamu ini bukannya belajar bertanggung jawab! Cleo mana? Kenapa kamu datang sendiri tanpa dia?!"

Nathan mendengus, melipat tangan di dadanya. “Cleo? Apa gunanya aku bawa dia ke sini? Buat memenuhi rencana bisnis Papah? Buat menjaga reputasi keluarga kita?” Nathan mendekat, nadanya meninggi. "Segala hal di keluarga ini cuma soal kepentingan Papah, kan?!"

Om Daniel menunjuk Nathan dengan marah. "Kamu ini nggak ngerti apa-apa, Nathan! Ini semua untuk masa depanmu juga! Cleo adalah bagian dari hidupmu, dan kamu harus menikahinya!"

Nathan terkekeh sinis, menggelengkan kepala. "Nikah sama Cleo? Untuk masa depan aku atau masa depan bisnis Papah?!” Nathan memotong dengan nada dingin.

“Apa karena Papah takut bisnis keluarga ini hancur kalau aku nggak ikut main game uang Papah?"

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Nathan. Ruangan itu tiba-tiba sunyi.

Om Daniel menatap Nathan dengan wajah merah penuh amarah. "Sekali lagi kamu bilang hal seperti itu, kamu bakal tahu akibatnya, Nathan!" teriaknya, suaranya bergetar penuh emosi.

Nathan menatap Om Daniel dengan mata berkaca-kaca, tetapi bukan karena tamparan itu—melainkan karena luka yang tertanam di hatinya. Ia tersenyum miring, penuh kepahitan.

“Tampar lagi, pah… Tampar aku! Ayo! Aku bukan anak kecil lagi yang bisa Papah kendalikan sesuka hati!” Nathan berteriak, menahan perasaan yang selama ini ia pendam. "Aku muak diatur urusan pribadi ku begini!"

Nathan berbalik, melangkah meninggalkan ruangan dengan langkah tergesa, meninggalkan Om Daniel yang terdiam, tangan yang tadi menampar Nathan masih gemetar.

Di balik pintu, Nathan berhenti sejenak. Air matanya akhirnya jatuh, namun ia cepat-cepat menyekanya dengan kasar.

“Kenapa harus aku… kenapa semua ini selalu jadi tanggung jawabku?” bisiknya lirih sebelum melangkah pergi, meninggalkan suasana yang penuh luka di belakangnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!