NovelToon NovelToon
MY ARROGANT EX HUSBAND

MY ARROGANT EX HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Trauma masa lalu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Agura Senja

Setelah menikahi Ravendra Alga Dewara demi melaksanakan wasiat terakhir dari seseorang yang sudah merawatnya sejak kecil, Gaitsa akhirnya mengajukan cerai hanya dua bulan sejak pernikahan karena Ravendra memiliki wanita lain, meski surat itu baru akan diantar ke pengadilan setahun kemudian demi menjalankan wasiat yang tertera.

Gaitsa berhasil mendapatkan hak asuh penuh terhadap bayinya, bahkan Ravendra mengatakan jika ia tidak akan pernah menuntut apa pun.

Mereka pun akhirnya hidup bahagia dengan kehidupan masing-masing--seharusnya seperti itu! Tapi, kenapa tiba-tiba perusahaan tempat Gaitsa bekerja diakuisisi oleh Grup Dewara?!

Tidak hanya itu, mantan suaminya mendadak sok perhatian dan mengatakan omong kosong bahwa Gaitsa adalah satu-satunya wanita yang pernah dan bisa Ravendra sentuh.

Bukankah pria itu memiliki wanita yang dicintai?

***

"Kamu satu-satunya wanita yang bisa kusentuh, Gaitsa."

"Berhenti bicara omong kosong, Pak Presdir!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Fakta Berbeda

"Kamu bilang dia akan pergi?" tanya Gaitsa setelah melihat Ravendra ikut duduk di depan televisi.

"Kamu sungguh ingin mengusirku di tengah hujan begini?"

"Maaf, Ghea. Kak Ravendra tidak bisa sendirian ketika hujan. Aku lupa."

Dasar manja! Gaitsa ingin berujar seperti itu namun menahan diri, memilih duduk di atas karpet merah tebal tepat di samping Ravasya. Anak-anak sudah tidur di kamar Luvia. Gaitsa dan Ravasya juga akan tidur di sana nanti.

"Lalu bagaimana kita akan mengobrol kalau mereka di sini?"

"Aku juga ingin ikut mengobrol," sela Alan saat Ravasya memberi isyarat agar mereka pergi.

Gaitsa mengernyit, "Aku tidak nyaman dengan kalian," ucapnya terus terang.

Bagaimana pun dua pria itu adalah orang yang selama bertahun-tahun memandang rendah padanya tanpa mencoba memahami apa-apa, berbeda dengan Ravasya yang memang tidak tahu apa pun. Wanita itu bahkan tidak terlihat cemburu atau marah ketika mengetahui Gaitsa berada di sisi ayahnya sedangkan ia dikirim ke luar negeri.

"Aku juga ingin mendengar tentangmu--"

"Kamu sudah tahu segalanya. Kita juga tidak berada dalam hubungan ingin mengetahui kisah masing-masing." Gaitsa kembali memotong saat Ravendra bicara, tidak peduli bagaimana pria itu akan jengkel padanya. Di perusahaan Ravendra memang atasan yang segala perintahnya harus didengar dan dikerjakan, tapi di luar itu mereka tetap hanya orang asing yang pernah menikah demi bisnis.

Ravasya menatap bergantian antara Gaitsa dan Ravendra. Suasana canggung di antara mereka membuatnya serba salah. Ia tahu kakaknya jahat, memperlakukan seseorang berstatus istri terlihat seperti wanita rendahan. Ravendra bahkan langsung meninggalkannya setelah malam pertama dan tidak pernah mencari tahu keadaan Gaitsa.

Tapi Ravasya memahami kemarahan sang kakak. Ia melihat adik perempuannya dikirim ke luar negeri saat usianya masih lima tahun, bahkan tidak diizinkan untuk menghadiri pemakaman ibu mereka, tapi ayahnya malah mengambil anak perempuan lain untuk diurus. Situasinya terdengar tidak adil untuk Ravasya yang dibiarkan hidup jauh dari rumah di saat ayahnya memberikan kasih sayang pada Gaitsa.

"Saat Kakak pulang ke Indonesia ketika Mama meninggal, kalian bertemu?" tanya Ravasya menengahi suasana dingin yang membuat hujan di luar tampak tidak ada apa-apanya.

Bukan apa-apa, Ravasya hanya penasaran kenapa Ravendra tidak mencurigai apa pun saat Gaitsa diambil dari panti asuhan saat ibu mereka dinyatakan meninggal. Kenapa tidak sejak tiga tahun sebelumnya ketika Gaitsa baru tinggal di panti asuhan, juga saat sang ayah mengirim Ravendra dan Ravasya ke luar negeri?

"Kami bertemu," jawab Gaitsa pelan, mengingat kembali pertemuan pertamanya dan Ravendra. "Kakakmu bilang untuk tidak sombong hanya karena Tuan Mahendra memungutku dari antah berantah. Itu adalah saat aku memahami bahwa statusku tidak akan berubah hanya karena tiba-tiba tinggal di tempat bagus. Bagaimanapun aku tetaplah anak yatim piatu yang harus tahu caranya balas budi."

Ravendra tertegun. Ia memang mengatakan hal-hal seperti itu, tapi setelah mendengarnya lagi setelah bertahun-tahun, Ravendra merasa waktu berjalan terlalu cepat. Dulu ia sangat marah dengan kenyataan bahwa ada anak perempuan lain yang menggantikan posisi Ravasya.

Sebenarnya ia masih marah hingga hari ini, tapi melihat bagaimana Gaitsa bahkan tidak menuntut apa pun dan berniat membesarkan Biyu sendirian, membuatnya memikirkan banyak hal.

"Tentu saja aku harus mengatakan itu. Bukankah tidak adil kalau kamu merasa bahagia di sisi Papa sedangkan Vasya harus tinggal di luar negeri? Aku sempat berpikir kamu adalah anak Papa dari perempuan lain dan melakukan tes DNA, tapi hasilnya negatif." Ravendra menghela napas, menatap wanita berstatus mantan istri yang tertawa mencemooh. "Akan aneh kalau aku tidak marah saat Papa membawamu pulang dan mengirim kami tinggal di luar negeri," lanjutnya.

"Kamu mengatakan hal yang benar. Itu adalah hari kedua sejak aku tinggal di kediaman Dewara. Terima kasih karena berkat itu aku mengerti bahwa keluar dari panti asuhan dan tinggal di rumah bagus, mencoba makanan enak yang tersedia setiap saat, tidak berarti aku boleh merasa bahagia."

"Apa maksudmu hari kedua? Kamu menggantikan posisi Vasya, di sisi Papa dan Mama sejak kami dikirim ke luar negeri. Kamu bahkan menemani Mama selama tiga tahun terakhir ketika beliau sakit parah."

Ravasya mengangkat tangan, menghentikan kakaknya yang mulai emosi. Melihat reaksi Gaitsa yang mengernyit tidak mengerti, sepertinya ada kesalahpahaman.

"Dari mana Kakak tahu kalau Gaitsa menemani Mama selama tiga tahun terakhir, saat Mama sakit parah?" tanya Ravasya saat menyadari bahwa Ravendra mungkin menerima informasi yang salah dari para pengurus rumah. "Gaitsa tinggal di panti asuhan, di tahun yang sama saat kita dikirim ke luar negeri. Dia baru tinggal di rumah saat Mama baru saja dinyatakan meninggal. Dari mana Kakak mendapat informasi salah seperti itu?"

Memang aneh. Alan yang hanya tahu bahwa Gaitsa diadopsi oleh keluarga Dewara saat Ravasya dan Ravendra malah dikirim ke luar negeri, ikut tidak menyukai wanita itu. Dengan alasan yang sama seperti Ravendra. Gaitsa mengambil posisi Ravasya.

"Apa maksudmu? Papa sendiri yang mengatakannya. Lagipula surat-surat adopsinya juga tertanggal tiga tahun sebelumnya, beberapa hari setelah Papa mengirim kita ke luar negeri."

Ugh! Gaitsa merasa mual tiba-tiba. Ia juga melihat surat-surat adopsi dirinya saat merapikan berkas-berkas di ruangan Mahendra, tapi tanggal dan tahunnya jelas berbeda dari yang dikatakan Ravendra. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ada dua surat adopsi dengan nama yang sama?

"Kita akan mencari lagi kebenarannya besok," ucap Alan akhirnya setelah lama hanya mendengarkan. "Pengacara keluarga Dewara sebelumnya pasti mengetahui sesuatu, kan?"

"Tuan Yuda? Dia pensiun dan pergi ke luar negeri sejak pernikahanku dan Ravendra serta pengalihan pemilik Dewara Grup selesai. Aku tidak tahu dia ke mana," beber Gaitsa.

"Baiklah, kita pikirkan nanti lagi. Sepertinya lebih baik sekarang istirahat saja. Besok kamu libur, kan?"

Gaitsa mengangguk, "Tapi aku harus membawa Biyu ke suatu tempat besok," ucapnya setelah mengingat rencananya membawa Biyu ke makam Mahendra. Ia memang mengunjungi tempat itu setidaknya satu kali dalam sebulan, tapi besok adalah pertama kali ia akan membawa Biyu.

"Mau jalan-jalan?" tanya Ravasya antusias. Sebenarnya ia ingin libur sehari dan main bersama Luvia. Mungkin lebih baik kalau pergi bersama teman juga, mengingat ia tidak pernah benar-benar memiliki teman.

"Bisa dibilang jalan-jalan, tapi sebenarnya bukan." Gaitsa tidak tahu bagaimana harus menjelaskan bahwa yang ingin ia datangi adalah makam Mahendra, orang yang sepertinya menyembunyikan banyak rahasia tentang mereka. Juga seseorang yang membuat dua surat adopsi di tanggal dan tahun berbeda.

"Aku tidak boleh ikut?" tanya Ravasya lagi, bibirnya merengut.

"Bukan," jawab Gaitsa cepat. "Aku hanya membawa Biyu ke makam Tuan Mahendra."

Suasana hening yang terjadi setelahnya membuat Gaitsa menghela napas. Memang seharusnya tidak menyebutkannya.

"Untuk apa?"

"Tentu saja memperkenalkan Biyu pada kakeknya?" Gaitsa mengernyit saat Alan menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.

Mendengar itu, Ravendra menyela. "Kamu bahkan tidak mengatakan apa pun tentang Biyu padaku! Tapi sekarang, kamu ingin memberitahukannya pada orang yang sudah meninggal?"

Ravendra merasa dikhianati entah bagaimana. Ia adalah ayah kandung Biyu, darahnya mengalir pada anak tersebut. Namun, Gaitsa seperti tidak punya niat untuk mempertemukan mereka.

Gaitsa menatap Ravendra dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kamu bilang tidak akan menuntut apa pun dari hubungan satu malam yang kita lewati!"

1
Hurul Fatmi
Luar biasa
Tri Febri
alur cerita dan penggunaan bahasa sangat menarik. berbeda dari novel yg biasanya
Agura Senja: wah, makasih udah mampir~! Terus dukung Gaitsa dan Ravendra, ya! 😍
total 1 replies
Agnes🦋
gemes wkwkw
Agnes🦋
.
Agnes🦋
blm update ya kak
Agnes🦋
seruuuu
Agura Senja: Terima kasiiihh
total 1 replies
Agnes🦋
aslii seru tor ceritanyaaa, pliss update dong torr
Agura Senja: Terima kasih sudah mampir yaa... Gaitsa akan tayang 5 bab setiap hari 😍
total 1 replies
Agura Senja
otewe bucin parah
Sunarmi Narmi
Itu pak CEO kena karma
..rasain akibat bikin wanita sakit hati...bikin dia bucin thor biar ngak arogant
Agura Senja: otewe bucin parah 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!