NovelToon NovelToon
23.55 "Lima Menit Sebelum Tengah Malam"

23.55 "Lima Menit Sebelum Tengah Malam"

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Wanita Karir / Trauma masa lalu
Popularitas:654
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Wahida

Sebuah kota kecil bernama Reynhaven, seorang pria ditemukan tewas di rumahnya, tepat lima menit sebelum tengah malam. Di pergelangan tangannya, ada tanda seperti lingkaran berwarna hitam yang terlihat seperti dibakar ke kulitnya. Polisi bingung, karena tidak ada tanda-tanda perlawanan atau masuk secara paksa. Ini adalah korban kedua dalam seminggu, hingga hal ini mulai membuat seluruh kota gempar dan mulai khawatir akan diri mereka.

Di lain sisi, Naya Vellin, seorang mantan detektif, hidup dalam keterasingan setelah sebuah kasus yang ia ambil telah gagal tiga tahun lalu hingga membuatnya merasa bersalah. Ketika kasus pembunuhan ini muncul, kepala kepolisian memohon pada Naya untuk kembali bekerja sama, karena keahliannya sangat diperlukan dalam kasus ini. Awalnya ia sangat ragu, hingga akhirnya ia pun menyetujuinya. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa kasus ini akan mengungkit masa lalunya yang telah lama dia coba lupakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tawaran Untuk Naya

"Tolong! Tolong saya! Seseorang baru saja mengambil tas saya!" teriak gadis muda di sebuah pasar pagi di sebuah desa Rackleen bagian kecil kota Reynhaven.

Semua orang mengalihkan perhatian pada gadis yang berteriak itu. Beberapa orang mencoba menenangkannya dan ada juga yang tidak ingin ikut campur dalam urusan itu. Begitu juga dengan aku. Aku sebenarnya tidak ingin ikut campur. Tetapi, melihatnya dalam keputusasaan dan tidak ada petugas keamanan disekitar sini. Aku dengan berat hati langsung mengejar pencuri itu.

Aku Naya Vellin, gadis muda yang berusia 32 tahun. Yah, aku masih tergolong muda untuk ini. Aku seorang detektif, dulunya. Mungkin, tiga tahun yang lalu.

Aku fokus mengejar pencuri kecil itu, dia mencoba menghalangi perjalanan ku untuk mengejarnya. Tapi, itu tidak berpengaruh padaku. Aku melihatnya berbelok ke kanan. Aku melihat ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Kemudian dengan spontan aku memutar arah larian ku ke sebelah kiri.

Gotcha! Aku mendapatkannya. Dengan segera aku menghambat larian pencuri kecil itu. Menjulurkan kakiku hingga dia terjatuh. Dengan segera aku menahan pergerakannya dengan memberikan titik tumpuan berat pada lutut ku.

"Dasar pencuri amatir." Aku mengejeknya dan langsung mengambil tas yang ia curi.

"Lepaskan aku! Siapa kamu? Kenapa kamu ikut campur dengan urusan ku?" teriak pencuri kecil ini.

"Ayolah! Ada banyak pekerjaan yang bagus dan juga bersih. Tapi, kenapa kamu mengambil langkah kotor ini, pencuri kecil?" ejekku kembali.

"Ahh, nona muda!" suara berat terdengar dari belakang. Aku menoleh, rupanya itu adalah petugas keamanan.

"Terima kasih karena sudah membantu kami menangkap pencuri ini."

Aku menyerahkan pencuri kecil itu beserta tas curiannya pada petugas keamanan. "Sama-sama. Kalau begitu, silahkan kembalikan ini kepada pemiliknya. Saya akan pergi."

Aku berjalan kedepan, lalu berhenti sejenak. "Oh ya petugas, lain kali, lebih sigap lah dalam bergerak jangan seperti siput. Kalau begitu, sampai jumpa." Aku melambaikan tanganku dari belakang kepadanya.

"Apa? Dasar wanita sombong!" Aku mendengar umpatannya, tapi aku mengabaikan umpatan itu.

Naya, kamu kembali mencetak rekor penghianat 101 kali di tahun ini. Padahal kamu sudah berjanji pada dirimu sendiri untuk tidak terlibat lagi dengan apapun yang berkaitan dengan detektif, polisi, petugas keamanan, atau apapun itu. Tapi, lihatlah dirimu.

"Sial!" Aku mengacak-acak rambutku merasa kesal.

"Baiklah. Ini yang terakhir kalinya." Aku kembali berjanji pada diriku sendiri.

****************

"Evan, apa kamu sudah menemukan sesuatu terkait dengan lingkaran hitam bersayap itu?" tanya Owen.

Evan menggelengkan kepalanya pelan. Ia menghela napas kasar, menyandarkan seluruh tubuhnya pada kursi duduknya melepas penat lembur semalam.

Sepulang kejadian itu, Evan langsung memberikan penemuannya pada yang lain.

"Apa hasil tim forensik juga belum diserahkan?" teriak Owen frustasi.

"Belum ketua."

"Sial!" Evan mengumpat pada dirinya sendiri.

Dia kembali membuka ponselnya dan melihat tubuh mayat itu dengan penuh ketelitian. Bahkan dia sampai menggunakan kaca pembesar untuk menemukan sesuatu sebagai alasan pembunuhan. Mungkin ada sesuatu seperti bekas suntikan di tubuhnya. Tetapi, Evan tidak menemukan apapun.

"Hahh, kalau saja Naya ada disini, semuanya pasti akan lebih mudah."

Evan tanpa sengaja mendengar gumaman dari Owen. Dia heran, kenapa seorang Naya Vellin keluar dari dunia detektif? Apa alasannya?

"Ketua Owen! Laporan hasil autopsi baru saja keluar!" teriak Rayyan.

"Kalau begitu, Evan ayo ikuti aku!" Owen meraih jasnya beserta ID dan pergi ke rumah sakit forensik.

Sesampainya disana, mereka langsung dibawa ke ruang diskusi. Evan dan Owen menunggu dokter Ranmor untuk membawakan hasil autopsi mayat.

"Maaf membuat anda menunggu lama. Ini adalah berkas laporan hasil autopsi dari pihak forensik." Ranmor menyerahkan file coklat pada Owen.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Evan.

"Kamu bisa melihatnya di situ." Ranmor menunjuk pada berkas dengan dagunya.

Evan paling kesal dengan orang yang bernama Ranmor ini. Dia benar-benar membuat orang-orang kesal dengan perilakunya itu.

"Evan, ini adalah kasus pembunuhan," jawab Owen.

"Ya, kami menemukan ricin di dalam pembuluh darahnya dan juga gelas teh yang ada di meja ruang tamunya," jelas Ranmor.

"Ricin? Apa itu?" tanya Evan.

"Belajarlah lebih banyak lagi anak muda," ujar Ranmor sarkas.

Evan semakin tidak menyukai pria tua itu. Tidak sopan, dan berkata semaunya saja.

"Ah, haha. Maafkan dokter Ranmor, detektif Evan. Dia memang seperti itu. Akan saya jelaskan. Ricin adalah sejenis racun alami dari biji jarak atau castor bean. Biji jarak ini diolah menjadi serbuk. Jika dilarutkan dalam air panas, seperti teh, kopi, atau minuman panas lainnya, dia akan larut dengan sempurna tidak ada jejak. Biji jarak ini jika dilarutkan dalam air, dia menjadi tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Kami juga menemukan zat ricin ini walaupun sulit untuk dideteksi. Kemungkinan pelaku memberikan dosis yang sangat banyak hingga menghancurkan ginjal dan hati korban. Jika digunakan dalam dosis yang banyak, hanya butuh waktu tiga sampai lima menit saja sebelum kematian," jelas Hana salah satu asisten dokter Ranmor.

"Begitu ya. Tetapi, kenapa kalian bisa menyimpulkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan?" tanya Evan.

"Sedangkan di TKP itu tidak ada jejak sama sekali," ujar Evan menambah.

"Kamu pikir kami ini siapa anak muda? Kami juga menyelidikinya. Kamu melewatkan satu hal detektif muda. Di ruang tamu itu ada dua gelas yang terletak diatas meja. Mungkin, pelaku sudah mengetahuinya. Dia tidak menyentuh minumannya sama sekali. Dan dia membiarkan korban menelannya habis."

"Dan juga, kami menemukan tanda bakar aneh ditangannya, itu seperti...."

"Lingkaran hitam bersayap," jawab Evan dan Ranmor serentak lalu saling memandang satu sama lain.

"Yah, aku merasa dia ingin kita mengetahui perbuatannya dengan meninggalkan jejak di tangan korban," sambung Ranmor.

"Apapun itu, tugas kami sudah selesai. Selanjutnya adalah tugas kalian detektif."

Ranmor dan Hana akan pergi dari ruangan itu, tetapi langkah Ranmor berhenti dan itu mengalihkan perhatian Evan dan Owen juga.

"Saya akan memberikan sebuah saran untukmu, detektif Owen. Jika anda ingin kasus ini terpecahkan, bawa 'dia' kembali."

Setelah itu mereka meninggalkan Evan dan Owen di ruangan itu.

"Siapa yang dimaksud oleh dokter Ranmor itu, ketua?"

"Seseorang yang sangat berbakat. Mungkin, inilah saatnya untuk membawanya kembali," ujarnya.

"Hah?"

"Evan, ikut dengan ku cepat!"

"Baik, ketua."

Evan mendengarkan arahan dari Owen dan mereka menuju ke sebuah desa kecil, Rackleen.

"Kenapa kita disini, ketua?" tanya Evan bingung.

"Kau akan mengetahuinya nanti, Evan."

Keduanya berjalan-jalan sambil mengelilingi jalanan itu. Owen melihat kiri kanannya, berharap ia bertemu dengan orang yang ia cari tanpa sengaja.

Matanya tak sengaja bersitatap dengan wajah yang ia kenal tiga tahun yang lalu. Dan orang yang ia cari saat ini Naya Vellin.

Naya Vellin, dia sedang kencan buta dengan seseorang yang telah dijadwalkan oleh temannya yang ada di desa ini. Naya sungguh tidak tahan dengan pria sombong ini. Dia selalu membanggakan dirinya ini dan itu, hingga membuatnya sangat bosan dan merasa tidak tertarik sama sekali. Ia berharap ada seseorang yang akan membantunya.

Ia melihat keluar, tidak mendengarkan celotehan pria didepannya ini lagi. Hingga ia melihat seseorang yang sudah lama tidak ia jumpai. Entah ini keberuntungan atau kesialan, apapun itu ia menganggap ini adalah sebuah keberuntungan.

Naya meletakkan jarinya ke telinga dan memutar jarinya seakan-akan memberikan kode kepada Owen yang tengah melihatnya. Seketika Owen langsung mengerti.

Ia menghentukkan kepalanya ke kaca luar. Hingga orang-orang melihat kearahnya.

"Ketua! Apa yang sedang anda lakukan?" teriak Evan terkejut. Siapa yang tidak terkejut dengan orang yang tiba-tiba menghentukkan kepalanya ke kaca?

"Oh, tidak! Diluar sana ada teman saya yang buta. Maaf tuan Hans, sepertinya kita harus berpisah disini. Kalau begitu sampai jumpa."

"Apa? Tung---"

Naya langsung menarik Owen menjauh dari cafe itu dan diikuti oleh Evan di belakang mereka.

"Hahh, terima kasih senior karena sudah membantu ku. Oh, atau aku harus memanggilmu dengan ketua sekarang?" ledek Naya.

"Haha, hentikan candaan mu itu, Naya. Aku harap, ini adalah terakhir kalinya aku membenturkan keningku di kaca."

"Haha, baiklah."

"Jadi, apa yang membuat anda berada disini senior?" tanya Naya tanpa berbasa basi.

"To the point sekali, tidak ada basa basinya sama sekali."

Naya mengangkat bahunya tak peduli. Ia tak sengaja melihat ke belakang dan menatap lelaki itu.

"Senior, siapa dia?" tanya Naya mengarahkan ibu jarinya ke belakang.

"Oh, yah aku melupakannya. Naya, kenalkan dia adalah Evan, junior mu. Lima tahun lebih muda dari mu."

Naya menganggukkan kepalanya.

"Naya, aku ingin menawarkan kembali posisi lama mu di distrik 16, bagian penyelidikan. Ada sebuah kasus yang harus dipecahkan. Oleh karena itu, kami membutuhkan kemampuan mu untuk menyelesaikan ini," jelas Owen tanpa berbasa basi lagi.

Naya tertegun sejenak. Ia melihat pada Owen. "Sepertinya aku tidak bisa kembali lagi, senior. Aku merasa tidak becus untuk kembali lagi sebagai detektif," jawab Naya lirih.

"Kenapa? Bukankah sudah cukup untuk menghukum dirimu sendiri, Naya? Ini sudah tiga tahun berlalu. Jangan biarkan hal ini merusak karir mu dan menelan mu dalam kegelapan!" tegur Owen.

"Tidak. Hanya saja---"

"Tidak usah memaksa lagi, ketua. Lihatlah seorang Naya Vellin saat ini. Dia bukanlah Naya Vellin yang di agung-agungkan oleh senior yang lain. Dia hanyalah seorang pengecut yang bersembunyi di sebuah desa terpencil ini. Untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Seharusnya, kau menebusnya dengan menjadi orang yang lebih baik. Tetapi, kau malah bersembunyi disini seperti pengecut saja," sindir Evan.

Naya tak terima dengan sindirian itu. Tetapi, yang dikatakannya benar. Seharusnya dia menjadi orang yang lebih baik lagi. Kalau dipikir-pikir lagi, bukan hanya dirinya saja yang terpuruk akan luka tiga tahun lalu. Seniornya juga pasti merasakan hal yang sama.

Naya memejamkan matanya sejenak. Kemudian ia menatap Evan dan berjalan mendekati lelaki muda itu. Naya melayangkan tinjunya ke perut Evan dengan kuat, hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan. Owen menganga tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Yah, kau ada benarnya juga, bocah. Tetapi, bukankah kata-katamu itu terlalu kasar terhadap senior mu? Apalagi aku lebih tua lima tahun dari mu. Yang artinya kau masih berusia 27 tahun. Apa tidak ada senior disana yang mengajarkanmu bagaimana seharusnya bersikap sopan santun pada seorang senior?"

"Ap---?"

"Terserah lah. Senior, aku akan kembali untuk membantu kasus itu, dan juga untuk mengajari bocah ini sopan santun." Naya mengusak rambut Evan kasar, membuat Evan kesal dibuatnya.

"Saya bukan bocah!"

...To be continue ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!