NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hancur

Chandra sedang terlelap di sebelahku Lengannya masih melingkar di perutku.

Aku coba melepaskan pelukannya pelan-pelan, lalu aku taruh guling sebagai penggantinya.

Wajah Chandra terlihat sangat sendu. Beberapa jam yang lalu Chandra menangis. Aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sampek detik inipun aku juga masih belum berhasil menemukan titik terangnya.

Drrtt drrttt

Ada chat masuk di ponselku.

...Kak Sean...

Lo belom tidur?

^^^Belom^^^

Bukain pintu.

Aku langsung menuju ke pintu depan. Disana sudah berdiri sosok kak Sean. Dia datang ke rumah jam 1 malem.

"Chandra gimana?" tanya kak Sean.

"Dia udah tenang, sekarang dia lagi tidur."

"Malem ini gue nginep sini ya, gue mau nemenin kalian." ucap kak Sean.

Aku pun mengangguk.

Aku tahu sebenernya kak Sean khawatir denganku. Dia itu sebenarnya takut kalo Chandra sampek ngapa-ngapain aku. Soalnya Chandra itu gelap mata kalo udah marah.

"Kak Se bisa bantuin gue sebentar."

Laki-laki itu pun mengangguk.

Aku membuka pintu kamar Chandra. Dan sedetik kemudian, aku sangat syok melihat kondisi kamarnya. Barang-barang miliknya sudah hancur berkeping-keping.

Aku menghampiri sebuah gitar yang sudah remuk di lantai. Aku langsung raih benda itu, dan seketika itu juga air mataku langsung kembali mengalir deras.

Ini gitar kesayangan Chandra. Gitar ini adalah kado ulang tahun Chandra beberapa tahun yang lalu, Kak Silvy lah yang kasih.

Kak Sean lantas menghampiriku. "By lo gak papa?" tanya dia.

Aku cuma bisa nangis. Aku sangat sedih lihat kondisi barang kesayangan Chandra yang berakhir seperti ini.

Kak Sean kemudian menghamburkan pelukannya kepadaku. Dia mencoba menenangkan tangisku.

"By biar gue aja yang beresin, lo tunggu di luar ya." suruh kak Sean.

Tapi aku menggeleng, aku gak mau kalo disuruh nunggu di luar. Aku harus bantuin kak Sean.

Buru-buru aku hapus air mataku. Aku bangkit lalu mengambil beberapa kardus dari gudang.

Aku sama kak Sean mulai membereskan barang-barang Chandra yang udah berserakan di lantai.

Piala-piala Chandra yang biasanya disusun di rak kini tersisa pecahannya saja. Aku ingat betul, ini piala-piala yang didapatkan Chandra dari beberapa perlombaan di sekolahnya dulu.

Dia dulu sangat bangga dengan pialanya ini. Dia selalu memamerkannya. Tapi sekarang... Ahh... Aku sangat sedih melihatnya.

Aku dan kak Sean lalu berjalan ke sudut kamar, tempat dimana alat-alat musik Chandra berada. Sudut ini biasa disebut Chandra sebagai mini studio. Dia sangat senang dengan tempat ini. Tempat dia melakukan hobi bermusiknya.

Aku sangat miris melihat keadaan di sudut ini. Semua peralatan bermusik Chandra sudah tidak karuan lagi bentuknya.

Tuts-tuts di keyboard Chandra lepas dan kini berserakan di atas permukaan lantai. Drum milik Chandra terguling dan terdapat lubang di berbagai sisinya. Dan lagi, speaker-speaker Chandra pada pecah dengan sangat parah. Ini pasti karena tadi dia banting.

Dan yang paling bikin aku sangat sedih adalah peralatan dj Chandra. Peralatan dj yang baru saja dia beli tadi, kini sudah hancur berkeping-keping.

Aku sangat sedih melihat ini.

Kenapa harus kayak gini sih? Kenapa Chandra meluapkan emosinya pada barang-barang kesayangannya seperti ini ha?

"By udah jangan nangis." ucap kak Sean.

Kak Sean lalu memungut kepingan alat-alat musik Chandra yang berhamburan di lantai.

"Kak Sean, apa semua ini masih bisa diperbaiki?"

"Gue coba tanyain dulu ke temen gue ya." kata kak Sean.

Selesai merapikan kamar Chandra, kita berdua beristirahat sebentar. Kita duduk bersandar di tembok kamar Chandra.

"Kak Ken gimana ya kabarnya? Apa dia baik-baik aja?" tanyaku.

"Dia udah sadar. Sekarang dia lagi ditemenin Bimo di rumah sakit."

"Lukanya parah ya? Gue takut kakak gue dipenjara."

"Tenang aja By, kakak lo enggak bakal dipenjara kok. Ken juga bakalan lekas pulih, gue yakin."

"Sebenernya apasih yang terjadi? Gue gak paham sama sekali kak, kenapa ada kak Silvy juga disana. Padahal gue sama Chandra kemarin udah nganterin dia ke bandara."

"Ken kepergok nidurin Silvy. Gue juga gak tau kenapa mereka ngelakuin itu. Kayaknya Silvy udah lama selingkuh...."

Ta-tapi gak mungkin kak Silvy kayak gitu. Sumpah aku gak nyangka, dan kenapa harus sama kak Ken.

"Silvy itu penipu, dia bukan perempuan baik-baik,"

"Silvy sebenarnya udah gak kuliah, dia udah dikeluarin dari kampusnya beberapa bulan lalu. Dia bo'ongin kakak lo selama ini. Gue juga syok, gue juga baru tau semua kedoknya barusan By." ucap kak Sean lagi.

Aku kembali meneteskan air mata. Aku memikirkan nasib kakakku kedepannya kayak apa. Hati Chandra hancur gara-gara ulah kak Silvy. Hubungan yang mereka bangun sejak lama mungkin sekarang tinggal cerita.

YaAllah aku kasihan sama kakakku.

Aku sama kak Sean lalu keluar. Aku mau mengambilkan selimut untuk kak Sean tidur.

Saat aku mengambil selimut dari lemari kamarku, tiba-tiba aku menyadari ada satu hal yang janggal.

Chandra udah gak ada di atas ranjang. Dia udah pergi meninggalkan kamarku.

Jelas aku panik bukan main. Aku berlari ke arah kak Sean yang lagi nungguin di depan pintu.

"Kak Sean, kakak gue gak ada."

"Hah? Gak ada gimana?"

"Tadi dia tidur di ranjang gue, tapi sekarang ilang." ucapku dengan panik.

"Kok bisa sih???" pekik kak Sean yang kini juga mulai panik.

Kita berdua lalu mencari keberadaan Chandra ke setiap ruangan. Di lantai atas sudah coba kita telusuri, tapi hasilnya nihil.

Kita lalu turun ke lantai bawah.

"Aduh, kemana nih kakak gue? Gue takut kalo di-" Kak Sean langsung membekap mulutku menggunakan tangannya.

"Sttt." suruh kak Sean. Dia lalu menunjuk ke arah meja makan.

Sosok Chandra sedang duduk disana. Dia menuang minuman ke dalam sebuah gelas di hadapannya, setelah gelas itu penuh kemudian dia meneguknya hingga tak bersisa. Dia mengulanginya terus menerus, menuang lalu meneguknya kembali hingga habis.

Sudah terjejer beberapa botol minuman yang aku ketahui telah kosong isinya.

Ya, Chandra sekarang sedang meluapkan emosinya lewat minum-minuman keras.

Terlihat senyum terukir di bibirnya, sesekali dia terkekeh kemudian menangis. Begitulah seterusnya, tertawa lalu menangis.

Aku sungguh tidak tega melihatnya.

Aku lantas mencoba mengampirinya, tapi tiba-tiba kak Sean menahan tanganku. "Biarin dulu By."

Please, tapi Aku gak bisa lihat dia kayak gini.

Aku langsung melepaskan pegangan tangan kak Sean kemudian melangkah mendekat ke arah Chandra.

"Kak udah ya, kakak udah mabuk nih." ucapku sambil mengambil botol yang ada di tangannya.

Aku membereskan botol-botol beserta gelas yang ada di atas meja.

"Ayo sekarang kita tidur." ajakku pada laki-laki itu.

"Kamu udah makan? Kakak udah gorengin telur, makan gih..." Chandra meracau.

"Iya adek udah makan, sekarang kita balik ke kamar ya, kita bobok." Aku merangkul tubuhnya, mencoba membantunya beranjak dari tempatnya duduk.

Tapi Chandra masih terdiam, dia tidak menggubris perkataanku barusan. Tatapannya jauh menerawang entah ke sudut mana.

"Kak." Aku mencoba tepuk pipinya pelan.

"Hmm." Dia merespon. Dia kini menoleh kearahku. Matanya yang merah menatapku lekat-lekat.

"By, Silvy jahat banget ya." ucap Chandra diakhiri dengan tawa kecil yang keluar dari mulutnya.

Dalam seketika air mataku langsung menggenang di pelupuk mata. Aku mati-matian menahan tangis. Sungguh sangatlah sakit melihat Chandra yang seperti ini.

"Apa sih yang gak gue kasih ke dia." ucap Chandra yang kini menjatuhkan kepalanya ke meja.

Aku mendengar isakan kembali keluar dari mulutnya. Chandra kembali menangis.

"Gue kurang apasih By?" ucap Chandra disela-sela tangisnya.

Pertahananku akhirnya runtuh. Aku sudah tidak bisa menahan air mata lagi.

Adik mana yang tega melihat kakaknya terpuruk seperti ini ha??

Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaiki keadaan hatinya, aku hanya bisa memeluk tubuh besar ini lalu ikut menangis tersedu-sedu bersamanya.

...***...

Pagi ini aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku sudah membuatkan mie buat Chandra sarapan. Lalu aku meletakkan sepiring mie itu di hadapan Chandra.

Chandra nya masih masih tertidur. Dia tidur di ruang makan. Aku sudah mencoba mengajaknya untuk pindah ke kamarnya semalam, tapi dia tidak mau. Akhirnya dia tertidur dengan posisi duduk di kursi meja makan. Semalam aku menyelimuti tubuhnya, aku gak mau dia kedinginan terus sakit.

Sebelum berangkat ke sekolah bareng kak Sean, aku menyempatkan menulis pesan di sebuah kertas untuk Chandra, agar ketika dia bangun nanti tidak bingung mencari keberadaanku. Aku lalu meletakkan kertas itu di samping piring sarapan Chandra.

Aku tidak berniat sedikitpun untuk membangunkannya. Kepalanya pasti sangat pusing, biarkan dia beristirahat sepuasnya.

"Ayo berangkat." ajakku pada kak Sean.

~tbc...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!