ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 7 Pengen pulang
Tiga hari berlalu. Selama itu Dua masih berada di rumah Ganra, ia belum keluar-keluar juga dari rumah keluarga Barasta. Memang sudah beberapa kali Zua mencoba pergi diam-diam, tapi selalu gagal. Entah kenapa ada mata-mata kakek Barasta di mana-mana yang membuatnya selalu gagal keluar dari rumah tersebut.
Gadis itu merasa sangat bosan. Apalagi dirinya jarang berkomunikasi dengan orang-orang di dalam rumah tersebut. Sejujurnya dia ingin bergaul dengan para pembantu yang menurutnya kehidupan sosial mereka sama. Namun para pembantu-pembantu itu seperti menghindarinya. Rupanya mereka memperlakukannya sebagai salah satu nona di rumah tersebut. Ya, mungkin karena di rumah ini dirinya berstatus sebagai tunangan Ganra. Calon istri pria itu.
Nama tersebut berhasil membuat Zua memikirkan pria itu. Ia tidak melihat Ganra lagi semenjak pria itu memberinya obat flu. Sejak hari itu Ganra tampaknya tidak pulang-pulang ke rumah. Kenapa ya? Apa laki-laki itu sedang sibuk bekerja? Atau punya rumah lain dan memilih pulang di rumahnya yang lain? Dan alasannya karena tidak mau melihat wajahnya, wajar sih kalau begitu. Kan pria itu juga tidak ingin menikahinya. Terlihat jelas di matanya saat menatap Zua.
Zua mendengus. Kalau tidak mau menikahinya kan gampang, tolak saja biar dia juga bisa hidup bebas di luar sana.
"Zua, kamu di dalam?" panggilan seseorang dari luar pintu kamar menghentikan lamunannya. Itu bukan suara bi Mirna atau Cindy yang biasa memanggilnya. Kayaknya bukan pembantu. Karena semua pembantu di rumah ini selalu menyebutnya dengan embel-embel nona di depan. Siapa ya? Apa jangan-jangan salah satu nyonya di rumah itu?
"Zua, ini tante Laya. Tante boleh masuk nggak?"
"Iya, masuk aja tante." sahut Zua dari dalam.
Ternyata tante Laya, perempuan paling ramah di rumah itu menurut Zua. Dua hari ini memang hanya tante Laya yang sering berbicara dengannya, yang lain terlalu sibuk dengan kehidupan mereka sendiri. Sepertinya mereka juga lupa kalau ada dia di rumah ini. Mungkin hanya kakek Barasta dan tante Laya yang benar-benar memperhatikannya selama dia berada di rumah ini.
Zua mengakui meskipun kakek Barasta jarang bicara dan bertemu dengannya selama dia tinggal di rumah ini, tapi mata-matanya ada dimana-mana. Kakek tua itu sadar betul dengan keberadaannya. Buktinya Zua tidak bisa kabur sampai sekarang. Ia hanya bisa pergi sampai di halaman rumah. Kalau melewati gerbang keluar rumah, sama sekali tidak bisa. Ah, sudah kayak tahanan saja.
"Kamu lagi ngapain?" Tante Laya sudah masuk, menghampiri Zua yang duduk di sofa. Wanita yang masih terbilang cukup muda itu tersenyum ramah. Dan Zua bisa melihat ketulusan di wajahnya. Gadis itu balas tersenyum.
"Nggak lagi ngapa-ngapain tante. Lagi santai aja. Kenapa ke sini?"
"Gini, nanti kalau kamu ada waktu, tante pengen ajak kamu ke mall. Kita belanja semua keperluan kamu. Kamu masih ingatkan kalau kakek Barasta memberi tante kepercayaan siapin semua keperluan kamu?"
Ya, Zua ingat. Tapi ia merasa tidak enak merepotkan orang lain.
"Aku bisa urus sendiri kok tante. Tante nggak perlu merepotkan diri cuman karena aku."
Tante Laya menggeleng.
"Tante nggak repot sama sekali kok. Apalagi kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Sudah tugas tante mengurus kalian." mendengar dia disebut bagian dari keluarga ini, Zua makin merasa tidak enak. Tapi ini sama sekali bukan mimpinya. Dia hanya ingin hidup sederhana dan bebas. Di rumah ini dirinya tidak bisa bergerak bebas, meskipun diperlakukan bak putri oleh para pembantu.
"Pokoknya besok kamu harus ikut tante, nggak boleh nolak." kata tante Laya lagi. Akhirnya Zua hanya bisa menganggukkan kepala. Setuju saja dulu. Lagian tante Laya baik padanya.
"Tante,"
"Kenapa?"
"Aku bisa bicara sama kakek Barasta nggak? Ada yang ingin aku tanyakan." kata Zua kemudian. Ia pernah dengar dari bi Mirna kalau kakek tua itu kantornya hanya di rumah ini. Jadi dia kerja dari rumah sedang Ganra di kantor. Kakek Barasta akan datang ke kantor kalau ada kepentingan-kepentingan lain yang mengharuskannya pergi. Namun bi Mirna juga bilang, selama jam kerja kakek Barasta, tidak boleh ada yang datang mengganggu. Terkecuali ada masalah penting.
"Memangnya kamu mau tanya apa?"
"Aku pengen pulang ke rumah mama." Laya menatap Zua selama beberapa detik. Ia bisa mengerti kenapa gadis itu ingin pulang. Pasti semua kejadian yang terjadi ini membuatnya kaget. Dan butuh waktu baginya untuk membiasakan diri. Tapi Laya tahu tahu benar, mertuanya pasti tidak akan mengijinkan gadis itu pulang. Kalau hanya pulang sebentar dan balik lagi mungkin dia akan mendapat ijin. Tapi kalau kembali tinggal di rumahnya, sepertinya itu akan sulit. Ayah mertuanya adalah sosok yang keras, tidak ada satu pun orang yang bisa melawannya. Apalagi dia juga masih sangat berkuasa dan mendominasi di usianya yang makin tua.
"Begini Laya, tante bisa bantu kamu bicara sama kakek Barasta. Tapi tentang kamu yang pengen pulang ke rumah mama kamu, kemungkinan besar kakek Barasta akan menolak permintaan kamu. Kecuali kamu hanya mampir sebentar dan balik ke sini lagi. Tante sudah hidup bersama keluarga ini puluhan tahun, dan dari pengalaman tante, saat kakek Barasta memutuskan menikahkan anak-anaknya atau semua laki-laki dari keluarga ini dengan perempuan pilihannya, perempuan itu harus tinggal di rumah ini." ucap tante Laya panjang lebar.
"Tapi kan aku dan Ganra kan belum menikah, aku belum sepenuhnya jadi bagian dari keluarga ini tante." Zua merasa menjadi menantu dari keluarga ini akan membawa tekanan besar bagi dia yang lebih suka hidup bebas. Dia masih muda dan memiliki cita-cita yang ingin dia gapai. Masa harus dikurung dalam rumah ini seumur hidup sih. Tidak, tidak. Pokoknya dia harus cari cara agar pernikahannya dengan si Ganra itu batal.
"Zua, kamu itu berbeda. Menurut tante, kamu akan menjadi menantu yang paling spesial di keluarga ini. Mungkin sekarang kamu masih merasa asing dengan kami semua. Tapi tante yakin, lama-lama kamu akan merasa bahagia menjadi bagian dari keluarga ini. Kakek Barasta juga sebenarnya nggak sekejam seperti yang kamu lihat. Dia ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Meski caranya kadang nggak cocok dengan kita." kali ini Zua hanya diam, tidak lagi membalas perkataan tante Laya. Tante Laya memang sangat baik. Tapi dia masih ingin pulang.
"Jadi tante mau bantuin aku ketemu kakek Barasta sekarang atau nggak?" tanyanya kemudian. Tante Laya mau tak mau mengangguk. Kasihan juga sih anak ini. Kayaknya memang sudah kangen dengan rumahnya.
"Ya sudah, ayo turun. Sekarang sudah jam santainya kakek Barasta."
kok jadi bingung sendiri...... bener² gak bsa d biarin ini
Ganra dah mulai nyaman berada disisi zua dan ganra merasa gemes sm tingkah laku zua yg apa adanya....
Aku sll menunggu ganra bucin akut sm zua dan ganra bersikap romantis kezua...
zua ganra ganra baru pertama kl jatuh cinta biasanya sikapnya sll dingin dan datar....
Bagi ganra zua itu gadis unik dan perempuan diluar sana sll mengejar2 Ganra,,, justru ganra tidak peduli/tertarik....
berbeda dgn zua sangat polos dan lugu dan tidak tertarik sm ganra sll jutek....
Ganra dan zua persis tom and Jerry sll berdebat terus tidak pernah akur....
lanjut thor......