Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5.Bersanandung
"Andai waktu bisa kuhentikan, aku bisa mendengarkan alunan lebih lama. Alunanmu membuatku terlena melupakan dunia sejenak."
*** Taman Kampus***
Sesampainya di taman kampus, mereka duduk duduk sambil mengamati keadaan sekitar. Lily langsung duduk dan menaruh tasnya di atas meja lalu pergi duduk di bawah pohon dekat meja itu sambil menyandarkan badannya di pohon dan memakai earphone di telinga agar tidak ada yang mengganggunya sambil mengeluarkan secarik kertas untuk menulis puisi. Selain jago memainkan gitar, Lily juga bisa menulis puisi untuk menghilangkan rasa bosannya dan mencurahkan isi hatinya lewat puisi itu. Kadang juga dia memadukan puisinya dengan alunan gitarnya.
Sementara Hesti dan Wina langsung mengambil handphone nya dalam tasnya untuk selfi mengabadikan moment lalu di upload di instagram dan di sodial media lainnya, mumpung taman kampus lagi sepi dan pemandangannya juga indah. Hesti dan Wina memanggil Lily untuk foto bersama tapi Lily menolak dan dia lebih tertarik Dengan apa yang membuatnya tenang.
Mereka pun berfoto dengan berbagai pose yang dikeluarkan bak foto model profesional untuk di upload. Setelah beberapa menit, mereka selesai juga fotonya dan Wina duduk di bawah pohon di dekat Lily sambil menyandarkan badannya di batang pohon.
"Hes.... kayaknya aku lagi haus deh," ucap Wina yang kehausan gara-gara capek berfoto tadi sambil menoleh ke arah Hesti.
"Iya nih, capek juga yah," balasnya Hesti sambil duduk di bangku yang terbuat dari semen yang melingkari meja itu.
" Gimana kalau kita beli minuman dan cemilan gitu di kantin sambil nunggu di sini, daripada kita bosan nunggu yang tidak jelas dari tadi, kayak dia tuh selalu ngantungin perasaan princess 'kan princess bukan jemuran yang selalu di gantungin," tawarnya Wina sambil menghubungkan perasaannya yang selalu di gantungin sama orang yang dia suka.
"Di kantin yang deket aja deh biar nggak lama," ucapnya Hesti.
"Oke, temani yah, nanti ada yang nyulik aku." Ajaknya Wina dengan manja.
" Siapa yang berani nyulik kamu, paling baru dengar suara kamu langsung kabur." Ejeknya Hesti sambil tertawa.
"Ishh... enggak gitu juga suaraku sih.Dulu aku tuh juara 1 lomba nyanyi antar sekolah lohh," jawabnya dengan membangga-banggakan dirinya.
"Iya.... iya, aku ingat. Oh iya, kapan kita ke kantinnya?" Tanyanya Hesti karena melihat Wina dari tadi bicara sampai sampai lupa pergi ke kantin.
"Tahun depan! Yah sekarang lah, 'kan hausnya sekarang" teriaknya Wina dengan memberikan tatapan tajam ke Hesti.
"Ya malah marah marah, aku kira kamu tuh enggak bisa lagi suara toa karena hausnya dari tadi." Ucapnya Hesti yang mengusili Wina.
"Sudahlah, ayo kita pergi!" ajaknya Wina yang langsung menggandeng tangan Hesti.
"Li, kami beli cemilan ama minuman yah bentar di kantin depan," teriaknya Hesti agar Lily tidak mencarinya nanti.
"Oke, hati hati ya." Ucapnya Lily singkat walaupun dia menyumpal telinganya memakai earphone tapi doa masih bisa mendengar suara sahabatnya.
"Oke," balasnya hesti dengan meninggalkan Lily sendirian di bawah pohon sambil menulis puisi.
Setelah beberapa menit, puisi Lily selesai juga dia tulis. Sahabatnya juga pun belum kembali dari kantin. Lily membacanya dengan pelan karena menurutnya itu yang pas buat membacanya tanpa gangguan sahabatnya.
Secara kebetulan Randy ingin ke perpustakaan untuk mencari referensi buat tugas yang diberikan oleh dosennya minggu lalu, teman temannya pamit pulang duluan dengan alasan mengantar orang tuanya arisan. Tiba-tiba langkah Randy terhenti karena mendengar sesuatu di balik pohon, Randy mengamati dari jarak jauh karena jajan sampai dia menggangu, ternyata ada perempuan yang sedang bersenandung puisi. Randy terhenti sejenak menyimak penyampaian puisi perempuan itu yang ia bacakan.
Tuhan...
Aku ingin berterima kasih telah mengirimkan aku di dunia ini,
menghadirkan orang orang yang mencintai dan mendukungku.
Tanpa kenal lelah menghadapi sikap keras kepalaku.
Tuhan....
aku ingin bercerita, bahwa dunia ini sangat indah,
Di penuhi canda tawa walau hati ini menangis seketika membayangkan rumitnya kehidupan
Aku bertekad suatu saat akan kuulir namaku dalam sejarah dan ku tujukkan pada orang yang mencintaiku.
Tuhan... terima kasih, kau telah memberikanku segalanya sampai saat ini,
Memberiku akal untuk menjadi manusia yang berguna,
Memberiku kesempatan untuk tersenyum kembali.
Tapi, aku malu tuhan.
Aku malu oleh banyaknya tumpukan tumpukan dosa dalam hatiku.
Banyak nikmat kau berikan tapi aku kufur dan lupa diri.
Tuhan... ingatkan aku,
Aku hanyalah manusia biasa.
Yang masih terlena dunia fana dan sering melupakan-Mu.
Setelah Lily selesai membacakan puisinya, Wina dan Hesti selesai belanja di kantin dan menuju taman tempatnya tadi, sambil menenteng beberapa kantongan yang berisi cemilan dan minuman. Hesti dan Wina tidak sengaja melihat Randy yang diam diam memperhatikan Lily dari jauh. Hesti dan Wina memiliki banyak dugaan dalam pikirannya tapi dia menghiraukanya karena mereka tidak saling mengenal.
Setelah Randy selesai mendengar bacaan puisi tadi, Randy langsung menuju perpustakaan yang sempat terhenti. Randy penasaran dengan orang yang tadi itu, seperti pernah melihatnya sekali tapi dia tidak mengingat Randy tidak fokus mencari buku karena selalu terngiang ngiang suara perempuan tadi itu. Dia memutuskan untuk duduk saja karena dari tadi pusing mencari buku yang tidak kunjung dia temukan di rak dan ditambah pikirannya kacau gara-gara suara perempuan yang di balik pohon tadi.
Wina dan Hesti melanjutkan langkahnya untuk menemui Lily yang masih memandangi langit cerah.
Yahh! Ayo, lagi mikirin siapa?" teriaknya Wina dengan maksud nga-getin Lily.
" Astagfirullah, kalian tuh datang datang ngagetin doang, untung nggk ada riwayat jantungan. Kalau aku mati, mau tanggung jawab?" kagetnya Lily dengan nada kesal.
"Yehh... emang aku bapaknya mau tanggung jawab segala, lagian lu melamun di siang bolong, nanti kesambet baru tau rasa." Ucapnya Wina yang bicaranya ngelantur.
"Bukan tanggung jawab itu neng, tanggung jawabnya beda. Dasar pikirannya kalau masalah gitu." Jelasnya Hesti yang membenarkan ucapan Lily.
" Emang tanggung jawab apa? Aduh kok aku bingung yah," ucapnya sambil memegang kepalanya dengan manja.
" Auah," jawabnya Hesti dengan malas.
"Iya tuh si Wina mulutnya kayak petasan, selalunya nyamber nggak jelas." Tegasnya Lily sambil berdiri menuju meja tempat tasnya dia simpan.
"Aduh, princess salah lagi nih," jawabnya dengan wajah merasa bersalah.
" Emang salah lu," ucapnya Hesti dengan menyalahkan Wina.
"Daripada kalian tuh ribut dari tadi, mending bawa sini makanan sama minumannya, aku udah lapar nih" pinta Lily sambil menenteng tasnya ke arah Wina dan Hesti.
"Win, bawa sini dong, capek nih aku jalan," pinta Hesti sambil menunjuk ke arah makanan dan minuman yang dia beli.
Wina pun langsung beranjak pergi ke arah tempat makanan dan minuman yang dia simpan tadi, " Ini," ucapnya sambil menyodorkannya.
"Makasih princess ku yang cantik," Puji Hesti dengan mengambil kantongan itu.
Mereka bertiga pun menikmati cemilan yang di belinya. Tak terasa silau matahari mulai panas mengenai badannya dan ternyata jam tangan Lily sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB.
"Pulang yuk! Mungkin mobilnya udah bisa keluar tuh di parkiran," ajaknya Lily pulang karena sebentar lagi masuk waktu salat duhur sambil membereskan barang barangnya di dalam tas.
"Ayo! cemilannya juga udah habis gara-gara di habisin sama Wina," ucapnya Hesti bercanda sambil ketawa. "Yang terakhir makan, beresin yah sampahnya dan jangan lupa buang di tempat sampah karena jangan sampai kita kena denda sama pihak kebersihan," sambungnya Hesti mengingatkan sambil mengambil juga tasnya.
"Dosa apa yah aku, sampai-sampai aku terdzolimi kayak gini," ucap Wina sambil membersihkan sampah sampah cemilannya.
" Terima aja nasibmu, Neng, jangan selalu mengeluh nanti pahalanya berkurang lgi, itupun kalau punya pahala," ejeknya Hesti lagi sambil tertawa.
"Kami terlalu ngeremehin aku hes, liat aja nanti aku paling banyak pahalanya dan masuk surga," jawabnya Wina dengan sombong, "Udah bersih nih, ayo lngsung aja deh pulang nanti terlalu siang kita sampainya" sambungnya lagi sambil mengambil tasnya juga dan bersiap siap untuk pulang.
Mereka bertiga langsung menuju parkiran untuk mengecek mobilnya, dan ternyata tinggal mobilnya sendirian di parkiran. Mereka bertiga langsung masuk dalam mobil dan Hesti yang mengemudi mobil Lily, jadi Wina tidak khawatir lagi karena Hesti tidak ngebut saat mengemudi mobil.
Dalam perjalanan, Wina mulai bernyanyi dalam mobil sambil bercanda ria dan kadang mereka main tebak tebakan juga. Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Wina yang mewah dan satpamnya membukakan gerbang dan mempersilahkan masuk. karena mereka buru buru, jadi Hesti dan Lily langsung pulang. Dalam perjalanan rumah Hesti, mereka melanjutkan tebak tebakan yang sempat terhenti tadi, sampai-sampai perut mereka sakit gara-gara ketawa.
Tidak lama kemudian, sampailah di rumah Hesti yang hanya sampai depan gerbang rumahnya karena Hesti tahu kalau jarak rumah Lily agak jauh, jadi Hesti pamit masuk dan Lily langsung pamit untuk pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanan, Lily singgah ke minimarket dekat rumahnya untuk beli cemilan kesukaannya karena cemilan di rumahnya udah menipis. Setelah membeli cemilan kesukaannya, Lily menuju rumahnya dan langsung naik ke kamarnya buat mandi dan istirahat.