“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Identitas Kekasih Jessika
“Alea!” Panggil Monica, “Bagaimana, kamu mau tidak?” Tanyanya.
“Iya, aku mau.”
Ini kesempatan yang mungkin tidak bisa Alea dapatkan di masa depan, meskipun dia akan bertemu dengan Jessika dan Abraham tidak masalah, yang penting ia mendapatkan kerja.
“Kalau kamu mau, kita berangkat sekarang, pasti banyak awak media yang juga datang ke pemotretan terbuka itu, kita harus berada di posisi terbaik.”
“Iya, aku mengerti.”
Villa Mars
“Tuan Muda, kita harus berangkat ke lokasi sekarang,” ajak Sekretaris Lee. Tapi yang diajak masih menyatu dengan selimut tebal berwarna putih, “Kamu saja yang pergi, aku sedang tidak enak badan.”
Tidak enak badan!
“Tuan, Anda sakit?” Tanpa menunggu jawaban dari sang Tuan, Sekretaris Lee langsung memanggil kepala pelayan dan Bibi Yohana.
Kehebohan langsung tercipta, sesaat setelah kepala pelayan mengumumkan pada semua penghuni Villa Mars, jika Tuan Muda Abraham sakit. Mulai dari memperketat keamanan, memanggil dokter, mempersiapkan landasan pesawat jika harus sampai terbang keluar Negeri, dan sebagainya telah siap dilaksanakan.
“Sekretaris Lee, Lima belas menit lagi dokter, tiba,” kata kepala pelayan.
“Dokter! Apa?” Tanya Abraham bingung, lalu ia melirik pada Sekretaris Lee, “Lee, apa kamu sakit?”
“Tidak Tuan, dokter datang untuk memeriksa Anda, Anda sedang kurang sehat.”
“Hanya kurang sehat untuk apa memanggil dokter, batalkan!” Titah Abraham, yang merasa dirinya sehat-sehat saja. Tidak harus sampai memanggil Dokter.
“Anda demam, Tuan,” kata Sekretaris Lee, yang sebelumnya sudah memeriksa suhu tubuh Abraham.
“Hanya demam, tidak akan membuatku mati."
Sekretaris Lee dan kepala pelayan saling pandang, mereka harus mengambil keputusan yang tepat, menuruti perintah Abraham atau tetap membiarkan Dokter datang memeriksa.
Secara bersamaan, Bibi Yohana datang dengan membawa semangkuk sup ayam, “Tuan, makanlah semoga Anda segera sembuh.”
Abraham termenung, saat dua bola mata tajamnya melihat sup yang Bibi pelayan letakan di atas meja. Itu mengingatkan dia pada Alea, jika ia pulang tengah malam, Alea pasti menyajikan sup seperti ini.
Sial! Lagi-lagi aku mengingat wanita itu.
Abraham meraih ponselnya, memeriksa pesan yang baru masuk. Sudah semalam lelaki ini mengamati ponsel namun tidak menemukan apa yang ia cari dan harapkan.
“Tuan, apa Anda mau saya suapi?” Melihat Abraham yang diam, Lee pikir lelaki itu tidak bertenaga untuk menyendok sup, hingga terbesit untuk menawarkan diri menjadi penolong.
“Apa kamu pikir aku ini tidak punya tangan?!”
Dia malah marah.
“Maafkan saya, Tuan.” Lee, membungkukkan badannya.
Sejak kemarin, selepas kembali dari bertemu Alea di Apartemen Andreas, Abraham jadi sering marah-marah. Padahal lelaki ini jarang sekali bersuara, dia pernah tidak mengeluarkan sepatah katapun saat berada di Villa, tapi sekarang! entah sudah berapa kata yang dikeluarkan Abraham dalam waktu 24 jam untuk marah-marah dan mengumpat.
Sepertinya Tuan Muda benar-benar sakit, pikir kepala pelayan dan Sekretaris Lee, hingga mereka mengambil keputusan untuk membiarkan Dokter datang, memeriksa kesehatannya.
“Tuan, untuk pemotretan Nona Jessika….”
“Kamu saja yang pergi,” potong Abraham.
Sekretaris Lee melirik kepala pelayan dan kepala pelayan yang paham arti dari lirikan Lee, mengangguk.
“Baiklah, izinkan saya pergi ke lokasi sekarang, ada beberapa hal yang harus saja tinjau terlebih dahulu sebelum pemotretan di mulai.”
“Ya pergilah.”
“Beristirahatlah dengan baik, Tuan.” Lee, menundukkan sedikit kepalanya dan keluar dari kamar.
“Kalian berdua keluarlah,” titah Abraham pada Bibi dan kepala pelayan.
Tanpa membantah dua orang ini pun keluar dengan berhati-hati.
Abraham kembali memeriksa ponselnya. ‘Dia benar-benar berani sekarang,' gumam Abraham kesal namun tiba-tiba ia menyunggingkan senyum yang amat mengerikan, ‘Kita lihat, apa kamu masih keras kepala jika aku melakukan ini,' ucapnya yang memandangi sebuah gambar di ponselnya.
Sampai di lokasi pemotretan, yang ternyata berada di Danau Senja. Danu ini belum selesai dibangun, tapi kenapa malah melakukan pemotretan di tempat ini?
“Lihatlah Alea, bukankah ini Danau yang dibangun oleh Perusahaan Abraham, lelaki itu memang hebat, ia membangun image bagus di publik dengan membangun Danau ini tapi dia berperilaku tidak adil padamu,” ucap Monica yang masih kesal dengan Abraham.
Alea diam, ia hanya memandangi Danau yang masih dalam proses pembangunan itu, sangat luas, yang Alea tahu Danau ini sengaja dibangun sebagai bentuk cinta dari Perusahaan Keluarga Liam untuk Warga Kota Antana. Warga Kota Antana, semakin tergila-gila dan menyanjung Keluarga Liam, dengan adanya pembangunan Danau yang akan jadi tempat rekreasi nan indah ini.
"Alea, menurutmu siapa mantan kekasih model Jessika, identitasnya masih belum bisa di kuak secara rinci. Lelaki itu kaya raya, petinggi di Perusahaan besar, tampan dan menawan, tapi dia sudah menikah dan wanita yang jadi istrinya, yang merebut lelaki ini dari Jessika," tanya Monica sangat bersemangat.
Alea tersenyum getir, sahabatnya sudah termakan rumor diluar sana, dari tiga tahun yang lalu tidak ada media manapun yang tahu dan memberitakan, kekasih Jessika adalah Abraham, hubungan mereka tersembunyi entah karena alasan apa, Alea tidak tahu dan Alea juga tidak tahu jika Abraham ternyata memiliki kekasih pada saat itu, seandainya dia tahu sebelum menikah, sudah pasti Alea akan menolak pernikahan meskipun saat itu dia sangat tergila-gila dan mencintai Abraham.
"Monica, menurutmu....wanita yang menjadi istri lelaki itu, bagaimana! Apa dia salah? Dan apa kamu juga membencinya karena telah merebut lelaki Jessika?"
"Untuk apa aku membenci orang yang tidak aku kenal, aku juga tidak tahu fakta yang sebenarnya, kadang media memberitakan sesuatu secara berlebihan belum tentu berita itu benar adanya. Tapi apapun alasannya di masa lalu, di masa sekarang aku tidak mendukung hubungan Jessika dan mantan kekasihnya itu. Lelaki itu sudah beristri apapun alasannya dia tidak boleh menjalan hubungan dengan wanita lain, meskipun dia sangat mencintai Jessika. Dia harus menjaga perasaan istrinya."
Ternyata Monica berbeda, dia masih bisa membandingkan mana yang benar dan mana yang salah.
"Abraham," kata Alea.
"Apa! Abraham! Kenapa tiba-tiba kamu menyebut nama lelaki menyebalkan itu?"
Alea menghela nafas panjang, "Abraham, dia kekasih Jessika."
"Apa!"
Abraham kekasih Jessika.... tidak mungkin..
"Alea, kamu bercanda?"
Alea tersenyum, senyum yang terlahir dari kesedihan, "Monica, Abraham kekasih Jessika."
Monica sampai tidak bisa berkata-kata, bertahun-tahun dia mencari informasi tentang kekasih Jessika, ternyata lelaki itu suami dari temannya sendiri. Dunia memang selebar daun kelor.
Monica langsung memeluk Alea, meskipun wanita itu tersenyum, Monica tau hati Alea pasti sangat terluka, "Dasar bodoh! Kenapa tidak bilang sejak tadi. Ayo kita pulang, tidak seharusnya kamu ada di sini," ajak Monica yang tidak mau Alea melihat Jessika dan Abraham berada di momen yang sama, dia harus membawa Alea pergi dari tempat itu.