Antara Dia Dan Sahabat Kuu
"Bahagia tak selalunya dengan uang, kadang hal kecil membuatmu bahagia tanpa kau sadari kau bahagia saat itu."
Sudah 5 tahun, Liliy tinggal berdua bersama neneknya di sebuah rumah yang besar peninggalan kakeknya 1 tahun lalu. Setelah pertengkaran hebat itu, membuat kedua orang tuanya pisah.
Hari yang dilewati pun selalu suram. Lily mengurung diri di kamar dan tidak tertarik hiruk pikuknya dunia luar. Neneknya mulai bingung dan resah melihat tingkah cucunya yang dulunya ceria dan sekarang selalu menutup diri di semua orang.
Sahabatnya selalu menghibur dan membuatnya tersenyum. Dia membantu sahabatnya keluar dari kesedihan yang membuatnya terpuruk selama ini. Mulai dari mengajaknya ke pasar malam sampai main tebak tebakan hingga larut malam, agar kesedihannya bisa dia lupakan.
Sahabatnya -- Hesti dan Wina-- tersenyum lega, karena melihat senyum sahabatnya itu telah kembali yang sekian lama ia sembunyikan.
Hari ini adalah hari pertamanya ke kampus. Tapi, dia masih setia sama guling dan selimut yang selalu memberikannya kehangatan. Dia menghiraukan alarm yang sedari tadi mengganggu tidurnya dan sempat melemparkannya ke arah pintu.
Waktu pun sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB. Neneknya sedang di dapur menyiapkan sarapan sambil memanggil cucu kesayangannya berulang kali. Tapi cucunya menghiraukan panggilan neneknya.
Neneknya pun terpaksa menaiki tangga untuk menggedor gedor pintu kamar cucunya.
"Sayang, bangun, dong! Udah jam tujuh lewat nih. Nanti kamu terlambat ke kampusnya." Ujar nenek sambil ngos ngosan menaiki tangga sambil memegang lututnya. Maklumlah sudah berumur.
Liliy tidak menjawabnya. Neneknya pun membuka pintu kamar dengan heran melihat cucunya begitu malas bangun pagi dan menghampirinya.
" Li... Bangun Nak!" sambil mengelus kepalanya yang masih tertutupi oleh selimut.
Lima menit lagi, Nek!" jawabnya dengan nada ngantuk.
" Ini hari pertama kamu masuk kuliah, sayang." ucap neneknya mengingatkan
"Iya, nek." jawab Liliy dengan muka kesal dan cemberut.
" Awas yah! Kalau terlambat ke kampusnya. Nenek tidak akan kasih uang jajan selama satu minggu." Ancam nenek sambil melirik ke arah selimut dan terkekeh.
" Jangan, Nek! jawabnya sambil lari terbirit-birit menuju kamar mandi, karena tidak ingin uang jajannya melayang begitu saja.
" Maka nya bangun pagi pagi, dong! Masa anak perawan bangunnya siang. Nanti jodohmu kesasar loh sama orang." ledek neneknya.
" Ish, Nek! itu tidak ada hubungannya." Teriak di dalam kamar mandi sambil memonyongkan bibirnya.
" Neneknya terkekeh kecil sambil menggeleng- geleng kepala melihat tingkah lucu cucunya itu.
" Nenek gitu ancamnya, sedikit sedikit yang jajan di potong. Nanti ali mau jajan pakai apa? pakai kertas? Pakai daun? Ya kali nanti dikira nya aku kurang waras sama penjualnya." Gumam Liliy dengan kesal di dalam kamar mandi sambil mengguyur air di badannya.
Setelah semedi selama 10 menit dalam kamar mandi, Liliy menuruni tangga sambil lari tergesa-gesa.
" Nek, Liliy berangkat dulu, ya, takutnya terlambat." ucapnya sambil menyambar sepotong roti di atas meja."
" Kamu tidak sarapan dulu?" tanya neneknya melihat cucunya begitu panik.
" Nanti aja nek di kampus sama teman kalau di kasih uang jajan." jawab liliy sambil melirik neneknya dengan cengegesan.
" Kalau uang jajan pasti nggak bakalan di lupa, tapi di mintanya bangun pagi saja susahnya minta ampun." Protes neneknya sambil menyodorkan uang beberapa lembar uang merah.
ini uang jajannya yah ingat! jangan boros boros," kata nenek ingetin cucunya sambil geleng-geleng kepala
"Siap, Nek." sambil memberi hormat pada neneknya
Lily pun berlari menuju garasi untuk mengambil mobilnya dan tidak lupa mengambil gitar kesayangannya lalu ia tenggerkan Dipundaknya. Lily langsung gas menuju kampus yang lumayan jauh itu. ia menghiraukan rambu lalu lintas, yang dipikirkannya hanyalah tidak ingin terlambat di hari pertamanya masuk kampus.
*** Pekarangan kampus***
sesampainya di kampus, jam tangannya mulai menunjukan pukul 07.33 WIB, itu berarti tinggal dua menit lagi kelas dimulai.
"Hufttt... tinggal 3 menit lagi, semoga dosen belum datang." Batinnya sambil berlari menaiki tangga karena takut dosennya sudah datang.
Bruk... bruk, tiba-tiba ada yang menabraknya dan membuat bukunya berhamburan di lantai.
" M-maaf a-ku tidak sengaja." Ucap laki-laki terbata yang menabraknya sambil membantu merapikan bukunya.
"iya." Jawabnya singkat karena terburu buru tanpa melihat wajah yang menabraknya.
Dan sesampainya di kelas, ternyata di dosennya belum datang, Lily celingak celinguk mencari tempat duduk yang kosong.
" Tiba-tiba sahabatnya -- Hesti dan wina-- pun meneriakinya dari pojok belakang sambil melambaikan tangannya agar terlihat oleh sahabatnya itu.
" Li.... sini!" Teriak Wina dengan lantang.
Lily menoleh dan mencari sumber suara suara yang tidak asing itu. Dan ternyata sahabatnya yang meneriakinya yang membuat seisi kelas itu terdiam dan menoleh kearah Wina.
"Kamu dari mana aja, kok bisa terlambat? Ditelepon dari tadi nggak diangkat angkat." Ngoceh Wina tanpa jeda.
"Duduk dulu Li, Hiraukan aja ngocehnya Wina yang tak berfaedah itu." Pinta Hesti yang melihat Lily ngos ngosan habis menaiki anak tangga.
"Hehee...," Wina membalasnya dengan cengengesan sambil menyodorkan kursi
"Ayo! Ceritakan sama kita kenapa bisa terlambat?" tanyanya lagi dengan penasaran.
"Oke," jawab Lily dengan pasrah.
"Jadi gini tadi....," Ucapan Lily terhenti oleh suara bising dari depan.
Krek... krek, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan membuat semuanya kaget bukan kepalang, ternyata dosen mereka sudah datang.
"Ishh... itu dosen udah datangnya terlambat, ganggu kita ngerumpi lagi." Umpat Wina dengan kesal.
"Hussst! Nanti didengar dosen. 'Kan berabe kalau dengar kita lagi ngerumpi. Nanti kita disuruh lari keliling lapangan sampai pingsan. "Bisik Hesti sambil mengisyaratkan telunjuknya di mulutnya.
Seisi ruangan langsung hening dan fokus menyimak materi yang disampaikan dosen.
Satu jam telah berlalu, dan akhirnya dosen itu selesai mengajar dan keluar dari ruangan.
Tiba-tiba Hesti mengajak sahabatnya ke kantin, karena dari tadi cacing di perutnya minta asupan.
"Guys, ke kantin, yuk!" ajak Hesti sambil memegang perutnya.
"Boleh, aku juga lapar dari tadi nih, gara-gara itu dosen ngocehnya lama amat dan nggak peka kalau kita lagi lapar." Celetuk Wina karena menahan laparnya dari tadi.
"Oh iya, Lily masih punya utang cerita sama kita kenapa dia tadi terlambat." Sambungnya menagih jawaban Lily yang sempat terpotong tadi.
"Iya deh, nanti aku cerita di kantin." Jawab Lily pasrah melihat sahabatnya itu celoteh dari tadi.
Sesampai di kantin, mereka memesan banyak sekali makanan dan minuman karena laparnya tidak bisa ditahan lagi.
Sambil menunggu pesanan mereka, Wina antusias bertanya pada Lily mengenai pertanyaannya yang di kacangin tadi.
" Li, cerita dong! kenapa tadi terlambat? tanya Wina yang tidak sabaran.
"Oke, aku tadi kesiangan." jawabnya sambil makan.
"Astagfirullah, aku dari tadi nanya ternyata jawabanmu sesingkat itu?" celetuk Wina dengan kesal dan memonyongkan mulutnya.
"Sabar win. orang sabar disayang dia." ejek Hesti sedikit tertawa.
Hesti dan Lily ketawa terbahak-bahak melihat wajah cemberut sahabatnya itu.
*** Siapakah yang menabrak Lily?***
***Penasaran? Tunggu next partnya yaaa***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments