"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps4. Berita Duka II
Jasat Kakek Volcan telah dikebumikan sore itu juga, semua kisah tentang Volcan Emeraldi hanya tinggal kenangan. Hari ini, semua media cetak maupun elektronik digemparkan dengan topic meninggalnya pemilik utama PT.Emerald Grup.
Dalam berita, media bukan hanya mengucapakan bela sungkawa. Tetapi media juga mempertanyakan kesanggupan Seorng Winston Alexander dalam memimpin sebuah perusahaan, mungkinkah Emerald Grup akan tetap berdiri kokoh setelah kepegian Tuan Volcan?
...****************...
Seminggu telah berlalu, sejak kepergian Kakek Volcan. Suana rumah beserta isinya terlihat masih sangat berduka, Alex sendiri memilih mengurung diri diruangan baca. Entah apa yang sedang pria itu renungkan. Alex yang terkenal tangguh dan kokoh ternyata sangat lemah tanpa kehadiran sang kakek disampingnya.
"Sayang? Aku tahu kamu sedang berduka atas kepergian kakek. Tapi mau sampe kapan kamu seperti ini?" ucap Jessica. Wanita itu menyusun kata sebaik mungkin.
Alex bergemik, tampak tidak peduli dengan ucapan istrinya.
"Baiklah terus saja mengurung dirimu, lupakan aku, mama dan juga Aluna. Teluslah mengurung diri disini sampai semua musuhmu tertawa puas diluar sana" Jessica merasa geram dengan sikap Alex, sudah cukup ia menahan diri seminggu ini.
Alex meletakan buka yang sejak tadi dipegang, ia melirik sebentar kearah Jessica lalu pergi tanpa berucap apapun.
"Alex! Tunggu, kau mau kemana?" tanya Jessica sambil menarik lengan Alex.
"Bukannya kau menyuruhku kekuar dari sini?"
"Iya aku tahu, tapi jangan cuekin aku kek gini juga"
"Trus kau maunya aku harus gimana?"
"Lihat aku, Lex." Jessica menuntun tangan Alex kepinggangnya. "Aku sangat merindukanmu, sayang" Tangan Jassica membelai manja wajah tampan Alex. Rupanya wanita itu sudah tidak tahan dianggurin suaminya selama seminggu ini.
Merasa Alex tidak keberatan atas tidakannya, Jassica semakin memperlancar aksinya. Jari lentiknya semakin liar menggerayang leher hingga dada bidang Alex. Jessica menarik tengkuk Alex, wanita itu langsung melahap dengan liar bibir suaminya.
Keinginan yang ditahan seminggu ini, akhirnya bisa tersalurkan. Alex yang mulai terpancing dengan pemainan Jessica pun langsung membalas ciu*man itu tak kala liarnya. Lama keduanya beradu li*dah, Alex menjeda memberi ruang untuk keduanya menghirup oksigen.
Jassica mengambil kesempat menarik Alex keranjang, wanita itu langsung mendorong tubuh Alex hingga jatuh terlentang diatas kasur.
Cup
Satu kecupan tepat pada junior Alex yang mulai menegang, jemari Jessica kembali beraksi. Tangannya menggosak naik turun junior Alex dari luar celana, wanita itu berusaha menciptakan sensai berbeda agar Alex lebih bergairah lagi.
Melihat Wajah Alex yang mulai masuk dalam permainannya, Jessica mulai melepas kancing celana Alex dan menarik rosletingnya kebawa.
"Sorry, Jess. Aku benar-benar belum bisa melakukannya sekarang" Alex menghentinkan aksi Jessica yang hendak melahap juniornya.
"Alex, apa maksud kamu?" tanya Jessica, ia tidak menyangka Alex menghentikan permainan panas mereka.
Alex masuk ke kamar mandi, tanpa mempedulikan wajah kesal dan ocehan istrinya.
"Dasar pria tidak tau diuntung, apa susahnya tinggal tidur dan nikamti saja. Cukup ya Lex, aku sudah cukup menahan diri selama beberapa hari ini" ucap Jessica dengan kedua rahang mengeras, rupanya wanita itu benar-benar marah atas tindakan Alex.
"Dengarin aku ya Alex, aku bersedia menikahimu bukan untuk kau mengijak-injak harga diriku seperti ini. Jangan salahkan aku jika aku melakukan hal-hal aneh diluar sana." Ancam Jessica dengan nada tinggi, tepat dipintu kamar mandi. Wanita pergi dengan wajah kesal.
Sepuluh menit berlalu, Alex tampak frustrasi ketika keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya sudah tak ada lagi.
Kemana Jessica? Apa wanita itu benaran pergi? Alex kawatir Jessica akan melakukan hal seperti yang dia ucapkan tadi.
Hingga malam menjelang, Jessica belum juga pulang ke rumah. Alex sudah berusaha mencari wanita itu kesemua tempat, tapi tidak menemukannya dimana pun. Bahkan Alex menghubungi beberapa teman Jessica yang ia kenal.
"Jessica" ucap Alex sambil mencengkram kuat setir mobilnya.
Sembari menyetir, tangan Alex tak hentinya menghubungi nomer ponsel Jessica yang sama sekali belum terhubung sejak tadi.
Alex menepikan mobilnya, pria itu bersandar dengan kedua mata terpejema. Apa mungkin dirinya sudah keterlaluan pada Jessica? Alex mungusap kasar wajahnya, ia tidak bermaksud menolak Jessica, tapi Alex belum siap melakukannya, ia masi berduka atas kepergian Kakek Volcan.
Sesaat setelah Alex bercengkram dengan pikirannya, ponselnya bergetar, pertanda ada sebuah pesan masuk.
"Temui aku di hotel xxx kamar nomer 196, kalo mau aku maafkan"
banyak kerananya