Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sombongnya Mantan Mertua
Dengan langkah anggun dan penuh percaya diri, Zulaikha memasuki ruangan tempat acara arisan teman-temannya diadakan. Hari ini, ia tidak datang sendiri. Di sampingnya, berjalan seorang wanita muda yang begitu memesona, Agustine. Zulaikha ingin memperkenalkan menantu kesayangannya kepada teman-temannya.
"Assalamualaikum, teman-teman!" sapa Zulaikha dengan senyum lebar. "Kenalkan, ini Agustine, menantu saya."
Sontak, seluruh mata tertuju pada Agustine. Para ibu-ibu yang hadir di acara arisan itu terkagum-kagum dengan kecantikan dan penampilan Agustine yang begitu elegan.
"Wah, cantik sekali menantu kamu, Zulaikha," puji salah satu teman Zulaikha.
"Iya, Zulaikha. Menantu kamu ini pasti orang hebat ya?" timpal teman yang lain.
Zulaikha tersenyum bangga. Ia kemudian menceritakan tentang Agustine kepada teman-temannya.
"Agustine ini bukan hanya cantik, tapi juga sukses dalam berbisnis. Dia pemilik produk make up terkenal yang banyak dipakai oleh para artis," kata Zulaikha dengan nada bangga.
"Selain itu, Agustine juga punya salon kecantikan yang langganannya artis-artis papan atas," lanjut Zulaikha.
Para ibu-ibu yang hadir di acara arisan itu semakin terkesan dengan Agustine. Mereka tidak menyangka menantu Zulaikha adalah seorang wanita yang begitu sukses dan mandiri.
"Wah, hebat sekali Agustine ini. Muda-muda sudah sukses," puji salah satu teman Zulaikha.
"Iya, Zulaikha. Kamu beruntung sekali punya menantu seperti Agustine," timpal teman yang lain.
Zulaikha semakin bangga mendengar pujian dari teman-temannya. Ia kemudian menceritakan lebih banyak tentang Agustine.
Acara arisan itu pun semakin meriah dengan kehadiran Agustine. Para ibu-ibu yang hadir di acara itu tidak henti-hentinya memuji Agustine. Mereka terkesan dengan kecantikan, kesuksesan, dan kebaikan hati Agustine. Zulaikha pun merasa sangat senang dan bangga. Ia merasa beruntung bisa memiliki menantu seperti Agustine. Ia yakin, Agustine akan membawa kebahagiaan bagi keluarganya.
"Saya harap, Agustine bisa menjadi contoh yang baik bagi wanita-wanita muda lainnya," kata Zulaikha.
"Agustine adalah bukti bahwa wanita juga bisa sukses dan mandiri," lanjut Zulaikha.
****
Wilda tengah membereskan warung nasi uduk dan gorengannya yang sudah sepi. Nurjannah, ibunya, sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah untuk beristirahat. Wilda sendirian membereskan sisa dagangan dan peralatan makan. Tiba-tiba, dua pria berbadan tegap muncul dari kegelapan. Mereka berjalan cepat menuju Wilda, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Wilda yang melihat kedatangan dua pria asing itu, merasa tidak enak hati. Ia berusaha untuk tetap tenang dan melanjutkan pekerjaannya. Namun, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Kedua pria itu semakin dekat, dan Wilda bisa merasakan tatapan mata mereka yang aneh.
"Ada apa ya, Mas?" tanya Wilda dengan nada sedikit gugup.
Tanpa menjawab pertanyaan Wilda, kedua pria itu langsung menarik paksa Wilda masuk ke dalam sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari warung. Wilda terkejut dan panik. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman kedua pria itu, namun tenaganya tidak sebanding.
"Lepaskan saya! Kalian siapa? Mau apa kalian?" teriak Wilda sambil meronta-ronta.
Kedua pria itu tidak menghiraukan teriakan Wilda. Mereka terus saja menariknya paksa masuk ke dalam mobil. Wilda semakin panik. Ia takut dan tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Nurjannah yang mendengar teriakan Wilda, langsung keluar dari rumah. Ia melihat kedua pria itu sedang menyeret Wilda masuk ke dalam mobil. Nurjannah berlari menghampiri mereka dengan panik.
"Hei! Apa yang kalian lakukan pada anak saya?" teriak Nurjannah sambil berusaha menarik Wilda dari cengkeraman kedua pria itu.
Salah satu pria itu mendorong Nurjannah hingga terjatuh ke tanah. Nurjannah meringis kesakitan. Ia berusaha untuk bangun kembali, namun pria itu dengan kasar menahannya.
"Jangan ikut campur urusan kami, wanita tua!" kata pria itu dengan nada kasar.
Nurjannah tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk melawan kedua pria itu. Namun, tenaganya semakin melemah. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Wilda yang melihat ibunya terjatuh ke tanah, semakin histeris. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cengkeraman kedua pria itu.
"Ibu! Ibu!" teriak Wilda sambil menangis.
Kedua pria itu tidak menghiraukan teriakan Wilda. Mereka terus saja menyeretnya masuk ke dalam mobil. Setelah Wilda berhasil dimasukkan ke dalam mobil, kedua pria itu langsung menutup pintu mobil dan melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Nurjannah yang masih tergeletak di tanah, hanya bisa menangis dan berteriak memanggil nama Wilda. Ia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini pada anaknya. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa melindungi Wilda.
"Wilda! Wilda!" teriak Nurjannah dengan nada putus asa.
****
Mobil yang membawa Wilda melaju kencang, membelah jalanan malam yang sunyi. Wilda masih dalam keadaan panik dan ketakutan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Ia hanya bisa berdoa dan berharap ada keajaiban yang akan menolongnya.
Mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah gubuk tua yang tampak kumuh dan tidak terawat. Kedua pria itu keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Wilda. Mereka menarik Wilda keluar dari mobil dan membawanya paksa masuk ke dalam gubuk.
"Lepaskan saya! Kalian mau apa dari saya?" teriak Wilda sambil meronta-ronta.
Kedua pria itu tidak menghiraukan teriakan Wilda. Mereka terus saja menyeretnya masuk ke dalam gubuk. Di dalam gubuk, Wilda melihat seorang pria tua yang duduk di kursi reyot. Pria tua itu tampak tidak peduli dengan kedatangan mereka.
"Dia sudah datang," kata salah satu pria itu kepada pria tua.
Pria tua itu mengangguk. Ia kemudian menatap Wilda dengan tatapan mata yang aneh.
"Siapa kalian? Apa mau kalian dari saya?" tanya Wilda dengan nada ketakutan.
Pria tua itu tidak menjawab pertanyaan Wilda. Ia hanya tersenyum sinis.
Pria tua itu tidak menjawab pertanyaan Wilda. Ia hanya tersenyum sinis.
"Kalian pasti salah orang. Saya bukan orang yang kalian cari," kata Wilda lagi.
"Kamu tidak bisa berbohong kepada kami," kata salah satu pria itu. "Kami sudah tahu siapa kamu."
"Kalian pasti salah. Saya tidak kenal kalian," kata Wilda, masih berusaha untuk mengelak.
"Sudah cukup sandiwara ini," kata pria tua itu. "Kamu tidak bisa lari dari kami."
Pria tua itu kemudian memberikan isyarat kepada kedua pria itu. Kedua pria itu langsung menarik Wilda masuk ke dalam sebuah kamar kecil yang gelap dan pengap.
"Lepaskan saya! Tolong! Jangan lakukan ini pada saya!" teriak Wilda histeris.
Di dalam kamar, Wilda terus berusaha untuk melawan kedua pria itu. Ia mencoba untuk melarikan diri, namun kedua pria itu terlalu kuat untuknya.
"Jangan melawan! Kamu tidak akan bisa lolos dari kami," kata salah satu pria itu sambil mencengkeram tangan Wilda dengan erat.
"Kalian jahat! Kalian tidak punya hati nurani!" teriak Wilda sambil menangis.
Salah satu pria itu kemudian dengan paksa menarik hijab yang menutupi kepala Wilda. Wilda terkejut dan malu. Ia berusaha untuk menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.
"Jangan sentuh saya! Jangan sentuh saya!" teriak Wilda histeris.
Pria itu tidak menghiraukan teriakan Wilda. Ia terus saja menarik hijab Wilda hingga terlepas dari kepalanya.
"Sekarang kamu tidak bisa lari lagi," kata pria itu sambil tersenyum sinis.
Wilda hanya bisa menangis dan pasrah. Ia sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia hanya bisa berdoa dan berharap ada keajaiban yang akan menolongnya.