Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia yang Kotor
“Aku tahu Anda memang sangat cantik, Nona Alexa, tapi penampilan Anda hari ini benar-benar berbeda. Seperti melihat karakter lain dari diri Anda,” ucap salah seorang penata gaya setelah selesai merapikan gaun yang dikenakan Alexa.
Wanita yang baru selesai dirias itu melihat penampilannya pada cermin besar di hadapannya. Gaun putih selutut tanpa lengan dengan belahan dada rendah, membungkus sempurna pada pinggang ramping Alexa. Kaki jenjangnya juga terekspos cukup banyak, memperlihatkan tungkai putih mulus yang biasanya selalu tertutup rapat oleh celana.
Rambut palsu berwarna pirang yang dikenakannya tampak jatuh hingga pinggang dengan bentuk yang agak bergelombang di ujungnya, membuat Alexa mempertanyakan penglihatannya sendiri.
Make up cukup tebal dengan lipstik merah muda menghias bibir, bulu mata yang memang lentik dibuat lebih menonjol dengan menambah beberapa riasan di sekitar mata.
Penampilannya terlihat glamour. Alexa sedikit linglung melihat sosok lain yang terbayang di cermin. Alexa tidak pernah didandani sesempurna ini selama memerankan karakter ekstra figuran, wanita yang biasanya hanya lewat di layar kaca tidak lebih dari lima atau sepuluh detik itu biasanya hanya mengenakan pakaian sederhana yang memang sudah dipakainya sejak rumah.
Ini pertama kali bagi Alexa untuk duduk di depan cermin, dirias, memakai rambut palsu yang terasa sangat lembut seperti rambut asli, juga diberi izin memasuki ruang make up para artis utama. Wanita itu juga didandani oleh seorang make up artist yang sangat terkenal.
Semuanya terasa baru untuk Alexa, tapi wanita itu tidak membenci bagaimana semua orang di sekelilingnya tampak sibuk mempersiapkan beberapa hal untuk dikenakannya.
‘Apa seperti ini rasanya saat memerankan karakter utama?’ Alexa membatin sambil menyentuh rambut palsunya, tersenyum, mengakui bahwa ia merasa senang.
“Apa Anda tidak menyukai hasilnya? Mungkinkah ada sesuatu yang kurang atau terlalu berlebihan menurut Anda?” tanya staff yang sebelumnya memuji penampilan Alexa.
Alexa terkekeh pelan. Sepertinya ia melamun dan sibuk mengagumi penampilannya hingga lupa merespon perkataan staff itu sebelumnya.
“Maaf, aku terlalu sibuk terpesona pada penampilanku.” Alexa berucap sambil mundur satu langkah. Wanita itu memegang kedua sisi gaunnya dengan ujung jari, kaki kirinya diletakkan ke belakang. “Terima kasih karena sudah membuatku menjadi sangat cantik,” katanya sambil sedikit menekuk kaki, memberi salam ala bangsawan yang sering ada di novel.
“Astaga, cantik sekali!” Seruan demi seruan para staff di ruangan itu membuat suasana menjadi cukup ramai.
‘Apa aku berlebihan?’ Alexa tetap tersenyum meski hatinya khawatir dengan bunga-bunga imajiner yang tiba-tiba memenuhi seluruh ruangan.
“Bukan hanya cantik, Anda juga sangat anggun dan baik hati. Aku benar-benar bangga diberi kesempatan merias aktris sehebat Anda.”
Alexa tersenyum semakin lebar, kedua tangannya tanpa sadar memegang pipi yang memerah alami, malu dengan perhatian dan pujian yang membanjirinya.
Tentu saja Alexa sudah terbiasa mendengar orang memuji kecantikannya, tapi mendengar langsung pujian itu dari penata rias terkenal membuatnya bangga.
“Terima kasih, aku akan menyelesaikan syuting dengan perasaan bahagia dan percaya diri karena Anda yang merias penampilanku.”
Tepat setelah Alexa mengatakan itu, pintu ruangan diketuk oleh seorang staff yang memberitahu bahwa syuting akan dimulai dalam tiga puluh menit.
“Semangat, Nona Alexa! Aku tahu Anda bisa melakukannya lebih baik dari siapa pun.”
Alexa mengangguk dengan senyum lembut terpoles di bibir. Ia tahu dan mengakui, bahwa bakat yang dimilikinya dalam berakting tidak akan kalah dari para aktris dan aktor dunia. Sayangnya, wanita itu tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan seluruh kemampuannya. Alexa hanya bisa menjadi seorang figuran demi memuaskan hasratnya terhadap akting. Meski tentu saja ia sama sekali tidak puas.
“Kau yakin bisa melakukannya?” Alena yang melihat perubahan suasana hati pada wanita di sisinya bertanya, sedikit terlambat saat mereka sudah sampai di set lokasi.
“Tentu saja bisa. Lagipula karakter ini sama dengan peran kecil lain yang pernah kumainkan. Aku akan langsung melupakan suasananya saat syuting selesai.” Alexa menjawab dengan suara pelan.
Wanita itu membungkuk sopan dan menyapa semua staff sebelum duduk di salah satu tempat yang disediakan. Masih ada waktu sekitar dua puluh lima menit sebelum syuting dimulai. Alexa menghela napas ketika wajah manajernya terlihat tidak senang.
“Duduklah, Alena.” Alexa menarik lengan Alena hingga wanita itu terduduk di kursi tepat di sebelahnya. “Berhenti memasang wajah seperti itu,” ucapnya mengingatkan.
Sebenarnya ekspresi Alena tidak terlihat aneh, wanita itu setia pada wajah datarnya, setidaknya bagi orang lain. Tapi, Alexa selalu tahu setiap kali Alena sedang memikirkan sesuatu, tanpa wanita itu mengatakannya, juga tanpa perubahan di raut wajahnya. Sama halnya dengan Alexa, hanya Alena juga yang langsung tahu perubahan suasana di sekitar Alexa meski wajah wanita itu dipenuhi kelembutan dan senyum ramah.
“Kau terlihat sangat bahagia saat mendapat pujian dari penata riasmu,” bisik Alena sebelum menarik napas panjang. “Tidak masalah bagiku kalau kau tiba-tiba ingin memberontak, aku pasti memihakmu. Tapi, yang membuatku khawatir adalah kau memilih menahan semuanya seperti biasa dan berakhir sakit.”
Serra, ibu kandung Alena, pernah mengatakan bahwa hubungan Alexa dan Alena sudah seperti anak kembar. Mereka saling memahami kebahagiaan dan rasa sakit masing-masing tanpa perlu mengatakannya. Keduanya memiliki ikatan batin yang lebih erat dari siapa pun.
Hari ini Alexa kembali merasakannya. Ia tidak mengatakan apa-apa tentang perasaannya, juga tidak bilang bahwa Alexa sempat berpikir serakah dan ingin mengejar mimpinya tanpa memedulikan yang lain, sebelum kembali sadar bahwa mimpinya tidak bisa digapai tanpa izin seseorang. Tapi lihat, Alena menyampaikan kekhawatirannya dengan jelas.
“Kurasa mengabaikan semuanya dan bersikap seolah tidak pernah merasakan apa-apa adalah pilihan terbaik.” Alexa memberi jawaban yang sama, selalu berakhir dengan ketidakberdayaan.
“Kau tidak ingin mencobanya sekali saja? Kalau kau mengatakannya dengan jujur, bahwa dunia ini, di depan kamera, berakting dan memerankan berbagai karakter adalah mimpi yang ingin kau capai, mungkin saja Bibi Valisha ….” Alena menghentikan perkataannya saat ponsel di tasnya berdering, “Bibi Valisha menelepon,” ucapnya lemah.
“Wah, apa Mama menyelipkan alat penyadap suara di sekitar? Bagaimana ia bisa langsung menelepon saat kita sedang membicarakan masalah ini?” Alexa menerima benda persegi panjang yang layarnya menyala.
“Masih ada lima belas menit, selesaikan pembicaraanmu sebelum waktu syuting dimulai.”
Alexa membulatkan ibu jari dan telunjuknya, memberi tanda ‘oke’. Wanita itu beranjak menjauh, mencari tempat yang cukup sunyi.
Menarik napas panjang, Alexa mengangkat telepon setelah menghembuskan napasnya perlahan. “Halo, Ma?” sapanya.
“Kau di mana? Mama mengirim beberapa model pakaian untuk koleksi terbaru musim ini ke apartement, tapi katanya tidak ada yang membukakan pintu.”
“Aku sedang bersama Alena, Ma. Ada syuting,” jawab Alexa tenang.
“Perannya?”
“Ekstra figuran seperti biasa. Mama sudah makan belum? Jangan sampai kelelahan karena sibuk mengurus pekerjaan.”
“Kalau boleh Mama tahu … sampai kapan kau akan bermain-main di dunia entertaint? Sudah dua tahun, Alexa.”
Wanita yang tengah mengenakan wig itu menunduk, membuat rambut pirangnya jatuh hingga menutupi sebagian wajah.
“Aku juga ingin tahu sesuatu, Ma.” Wanita itu menelan ludah, jantungnya berdebar keras saat akan menanyakan hal yang sudah lama ingin diketahuinya. “Kenapa aku tidak boleh menekuni karir sebagai aktris?”
Keheningan menyambut selama beberapa saat, di tengah kesunyian yang berat itu Alexa mendengar helaan napas wanita di seberang.
“Dunia entertaint itu menakutkan, kotor dan hitam, Alexa. Mama tidak mau kau berkubang di lumpur dan menderita.”