Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.
Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.
Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?
Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Riner
Melisa benar-benar panik kali ini, dia masih memiliki Kevin di luar. Jika dia tidak bisa pergi dari sini, maka apa yang akan terjadi pada anaknya yang masih sangat kecil itu? Pikiran itu membuat Melisa merasa semakin cemas dan khawatir.
"Siapa?" Pertanyaan dari pria itu membuat Melisa melirik padanya. "Anakku," jawab Melisa dengan pasti, berusaha untuk tidak menunjukkan kecemasannya.
Pria itu terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu. "Anak? Kau sudah menikah?" tanyanya, dengan menatap intens manik biru itu.
Melisa terdiam sesaat, ia bingung harus menjawab apa pada pria ini. Jika jujur, maka bukankah itu sama saja memberi tahu pada pria ini jika anaknya adalah anak tanpa ayah? Itu bukanlah sesuatu yang begitu bagus untuk didengar. Melisa merasa bahwa dia harus berhati-hati dalam menjawab pertanyaan itu, agar tidak membuat situasi menjadi lebih rumit.
"Aku sudah menikah," jawab Melisa pelan, berusaha untuk menutupi kebohongannya.
"Menikah?" tampaknya pria itu masih kurang percaya dengan apa yang dikatakan oleh Melisa. Lalu kemudian ia terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Hei, cepat pikirkan cara, kenapa anda justru melamun," tegur Melisa saat melihat pria itu hanya berdiri diam. Melisa merasa bahwa mereka harus segera menemukan cara untuk keluar dari situasi ini, sebelum keadaan menjadi lebih buruk.
"Anakmu perempuan atau laki-laki?" tanyanya.
"Laki-laki," jawab Melisa.
"Sudah lama kau menikah?" tanyanya lagi.
"Iya," jawab Melisa, dengan singkat.
"Apakah pria dari rakyat biasa?" tanyanya lagi.
"Iya," jawab Melisa, dengan nada yang sama.
"Apakah kaya?" tanyanya lagi.
"Tidak," jawab Melisa.
"Tampan?" tanyanya lagi.
"Iya," jawab Melisa, ia mulia merasa risih dengan pertanyaan-pertanyaan dari Ian.
"Kalian menikah karena jatuh cinta?" tanyanya lagi, tampak penasaran.
"Iya," jawab Melisa, masih dengan begitu ramah untuk menyembunyikan kebohongannya.
Melisa benar-benar ahli jika dalam berpura-pura seperti ini. Dia bisa menjawab semua pertanyaan dengan nada yang santai walaupun dalam hati ia sudah muak dengan pria pertanyaan dari pria itu.
"Eh, tapi kenapa anda begitu ingin tahu dengan kehidupan pribadi saya?" ujar Melisa yang mulai lelah menjawab semua pertanyaan dari pria itu. Lagipula, untuk sekarang, dari pada bertanya yang tidak penting, lebih baik memikirkan cara agar bisa bebas dari sini.
"Ini hanya untuk penyelidikan, siapa tahu ternyata kau ikut andil dalam kejadian ini," jawab pria itu, dia menatap Melisa dengan begitu serius seolah-olah bahwa Melisa adalah penjahat yang harus di curigai.
"Anda benar-benar selalu menguji emosi saya," ujar Melisa lalu menghela nafas kasar.
"GROARRR." Baru saja Ian ingin berbicara, tapi erangan itu lebih dahulu terdengar pekat di telinga mereka. Sepertinya monster-monster tadi telah berhasil menyusul ke tempat mereka saat ini.
"Kesialan apa ini," gumam wanita itu, jujur saja ia cukup putus asa kali ini.
"Ikut aku, cepat!" ujar Ian, lalu menarik tangan Melisa untuk bersembunyi di balik semak.
"Dimana mereka?" tanya salah satu monster saat tidak mendapati Melisa dan Ian berada disana.
"Ini benar-benar gawat jika mereka berhasil keluar dan memberitahukan keberadaan kelompok kita ke kekaisaran, maka semua akan sia-sia," ujar salah satu monster di sana.
"Jika begitu, cepat panggil Riner, bagaimana dia bisa begitu ceroboh sehingga dua manusia itu bisa ada di sini!" tegas monster yang tampaknya pimpinan dari mereka karena badan yang cukup lebih besar dari yang lainnya.
Sesaat kemudian, monster itu mengeluarkan sebuah kalung dengan tali berwarna hitam dan bandol berbentuk bintang berwarna hitam.
'Bintang hitam?' pikir Melisa.
Mereka tampak membaca mantra sihir dengan bahasa yang sama sekali tidak dimengerti oleh Melisa.
"Raus kerio sderous giorez pravdeor reez...." Setelah mantra aneh itu dibaca, mendadak kabut hitam muncul di antara mereka, hingga kabut itu hilang lalu muncul sosok berjubah.
Tapi sepertinya Melisa merasa cukup tidak asing dengan punggung itu. Dia bisa merasakan sesuatu yang familiar, seperti ada sesuatu yang mengingatkan dia pada seseorang yang dia kenal.
"Bagaimana kau bisa begitu ceroboh Riner!" tegas pimpinan monster itu, jelas sekali jika dia begitu kesal dengan orang yang bernama Riner itu.
"Maafkan saya, pimpinan saya tidak menyangka bahwa akan ada hal seperti ini. Tapi tenang saja, di dunia nyata saya sudah menyiapkan sebaik mungkin untuk penyerangan kepada manusia," jawab Riner, dengan menundukkan kepalanya.
"Bagus, Riner...tapi sebelum itu, kau harus membantu kami menemukan dua tikus yang bersembunyi di sini," perintah pimpinan monster itu.
"Baik, pimpinan saya akan menemukan dua tikus itu dan memusnahkannya," ujar Riner, lalu melepas penutup kepala jubah tersebut.
"Deg." Melisa merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat wajah Riner yang terlihat begitu jelas.
"Tabib Li," gumam Melisa dengan tidak percaya, saat melihat wajah Riner yang ternyata adalah tabib Li, orang yang ia kenal dan percayai. Melisa merasa bahwa dunia ini semakin aneh dan tidak terduga.