Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 23 - Menemukan Debarnya Lagi
Aruni menjatuhkan air matanya setelah mendengar pernyataan tulus dari sang anak, dia bahkan bergerak untuk memeluk Adrian dengan erat.
Di tempat persembunyian yang terasa menakutkan itu keduanya saling memeluk memberi kekuatan satu sama lain. Bukan hanya bagi Adrian, bagi Aruni pun sama ... Selama masih ada Adrian disisinya semuanya akan baik-baik saja.
"Ibu jangan menangis, bukankah kita sudah berjanji untuk tidak menangis lagi," ucap Adrian.
Aruni menganggukkan kepalanya dengan cepat di dalam pelukan sangat anak, dulu Adrian mungkin anak kecilnya, tapi sekarang Adrian benar-benar sudah tumbuh dewasa. Bahkan tingginya pun telah melebihi Aruni.
"Ayo kita keluar sekarang, papamu pasti sudah jauh," ucap Aruni dengan menghapus air matanya sendiri, bahkan langsung memasang wajah tegar di hadapan sang anak.
"Tunggu sebentar," jawab Adrian, dia kembali mengintip keadaan sekitar. Kembali memeriksa benarkah keadaannya sudah benar-benar aman, yang dia lihat hanyalah sepi, tak nampak satu orang pun di dalam gang tersebut.
"Ayo kita keluar, Bu," ajak Adrian.
Mereka berjalan dengan cepat keluar dari tempat persembunyian, sedikit berlari untuk meninggalkan gang ini dan kembali menuju jalan raya.
Namun alangkah terkejutnya Adrian dan Aruni, ketika tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka berdua.
Mobil yang sangat Adrian hapal, sebab mobil itu adalah mobil milik tuan Gionino.
Sejak tadi Gio tahu Hendra mengikuti Adrian dan Aruni, tahu saat ibu dan anak itu bersembunyi di balik gardu keamanan yang kosong.
Namun Gio pilih untuk tetap diam, memperhatikan dari jauh. Hingga akhirnya kini memutuskan menunjukkan diri.
"Pak Gio," ucap Adrian setelah pria itu keluar.
Sementara Aruni tergugu, dia pikir beberapa hari tak nampak pria ini telah pergi. Namun tiba-tiba Gio kembali muncul di hadapannya dan sang anak.
Kenapa harus datang lagi?
Bukankah pergi jauh lebih baik.
Toh tak ada yang menarik lagi di masa kini.
Aruni merasa hidupnya sudah penuh dengan masalah.
Aruni juga langsung memeluk lengan Adrian dengan lebih erat, seolah menghalangi sang anak untuk mendekati pria di hadapan mereka.
"Ayo ku antar pulang, sebelum Hendra menemukan kalian berdua," ucap Gionino langsung.
"Bapak tahu?" tanya Adrian
"Aku hanya melihat sekilas saat dia memasuki gang ini, tak lama setelahnya kalian keluar dengan berlari," jelas Gio.
Adrian tersenyum kecil sekali saat mendengar hal tersebut, dia tahu mungkin saja tuan Gio sebenarnya telah tahu sejak awal. Sejak dia keluar dari sekolah.
Diikuti oleh tuan Gionino, Adrian justru merasa aman. Seolah kini dia memiliki dewa penolongnya sendiri.
"Terima kasih tawarannya, tapi _"
"Bu, ayo kita ikut pak Gio, aku tidak mau Papa menemukan kita," ucap Adrian, bicara sampai menghentikan ucapan sang ibu.
Gio juga langsung membuka pintu mobilnya, sebuah isyarat meminta Aruni untuk segera masuk.
Aruni gelagapan.
Dalam keadaan seperti ini entah kenapa Aruni merasa ada sesuatu yang janggal, dia merasa Adrian dan Gionino sedang bersekongkol untuk membuatnya masuk ke dalam mobil.
Terlebih Adrian langsung mendorongnya masuk, waktu seperti cepat sekali berlalu sampai tiba-tiba kini dia telah berada di tengah-tengah Adrian dan juga Gionino.
Duduk di kursi belakang bertiga.
Mobil mulai melaju.
Posisi sedekat ini tentu membuat Aruni merasa tidak nyaman. Berulang kali dia merapatkan kedua kakinya agar tidak menyentuh kaki Gio.
Jantungnya yang telah lama mati kini perlahan menemukan debarnya lagi.
Dan hal ini membuatnya begitu takut, dia tak ingin jatuh ke lubang yang sama. Dulu disaat muda dia tak bisa membedakan mana cinta dan kebodohan.
Kini Aruni tahu bahwa apa yang terjadi di masa lalu adalah salah satu kebodohannya.
"Tidak perlu terlalu jauh, kami akan berhenti di persimpangan depan," ucap Aruni.
"Bu, pak Gio sudah membantu kita. Bagaimana jika kita undang ke rumah dan minum teh?" tanya Adrian.
Gionino tersenyum lebar, bangga sekali dengan inisiatif Adrian.
"Tapi Nak_"
"Tidak apa-apa jika Adrian memaksa, tunjukkan saja di mana alamat rumah kalian yang baru," ucap Gionino, pura-pura tidak tahu.
Aruni makin terpojok.
lagi dong...
semoga gio mengikuti andrian td saat keluar rmh🤲
belum puas nih kak😢